Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dosen STEI ITB & Founder Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Indonesia
Bergabung sejak: 18 Feb 2022

Dimitri Mahayana adalah pakar teknologi informasi komunikasi/TIK dari Bandung. Lulusan Waseda University, Jepang dan ITB. Mengabdi sebagai Dosen di STEI ITB sejak puluhan tahun silam. Juga, meneliti dan berbagi visi dunia TIK kepada ribuan profesional TIK dari ratusan BUMN dan Swasta sejak hampir 20 tahun lalu.

Bisa dihubungi di dmahayana@stei.itb.ac.id atau info@sharingvision.com

Survei 2023 dan Prediksi 2024 e-Lifestyle di Indonesia (Bagian II-Habis)

Baca di App
Lihat Foto
dok. Shutterstock/LookerStudio
Ilustrasi talenta digital
Editor: Sandro Gatra

SETELAH membahas frekuensi penggunaan, m-Banking, dan bank digital, fenomena menarik berikutnya adalah e-Money, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), e-Commerce, dan fintech lending.

Baca juga: Survei 2023 dan Prediksi 2024 e-Lifestyle di Indonesia (Bagian I)

Kita awali dengan e-Money, di mana 92 persen responden riset kami (n=10.150) telah menggunakan eMoney.

Angka tersebut cukup stabil dari tahun ke tahun, dengan tiga nama terbanyak digunakan adalah Gopay, ShopeePay, dan OVO.

Khusus ShopeePay, posisinya tahun lalu berhasil menyaingi, bahkan nampaknya sudah menyalip OVO seiring dengan gencarnya aktivitas pemasaran yang mereka lakukan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adapun merek lain di luar tiga besar adalah Dana, eMoney Mandiri, Flazz BCA, LinkAja, Brizzi, JakCard, iSaku, dan lainnya.

Saat penulis dan tim tanya apa alasan mereka aktif gunakan uang digital itu, motivasi utamanya adalah simple dan efisien secara waktu.

Sebagian besar responden menggunakannya, secara berurutan, adalah untuk membayar jasa antar makanan, transportasi daring, membayar eCommerce, bayar tol, bayar tiket parkir, membayar restoran/kafe, beli pulsa, bayar transportasi umum, membayar di minimarket, serta membayar utilitas (PLN, PDAM, dll).

Lebih dari 50 persen responden melakukan top up e-money minimal sekali seminggu atau frekuensi sering dan sangat sering.

Sementara itu, persentase responden yang hanya mengisi jika akan menggunakan pada tahun lalu turun drastis. Hal ini menunjukkan tingginya kebutuhan terhadap penggunaan e-money di masyarakat kontemporer.

Pun demikian, sisi keluhan tetap ada karena lebih dari 50 persen responden pula pernah mengalami tidak bisa mengakses aplikasi. Persentase ini meningkat cukup jauh dibanding tahun sebelumnya.

Kendala berikutnya adalah setelah top up, saldo tidak bertambah maupun nominal saldo yang berkurang tanpa bertransaksi. Persentase ini juga meningkat cukup besar dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Hal ini tentunya sangat memprihatinkan dan perlu diperhatikan secara khusus oleh para penyedia layanan maupun pemerintah, karena terkait amanah maupun trust, yang merupakan fundamental dalam layanan finansial .

Berikutnya kita bahas hasil survei terkait QR-Code, yang hasilnya digunakan untuk transaksi pembayaran yang semakin masif.

Sebanyak 87 persen responden mengaku pernah menggunakan QR Code untuk pembayaran, dengan layanan terbanyak digunakan secara berurutan adalah QRIS, Gopay, OVO, LinkAja, dan PayTren.

Kemudian, lebih dari 50 persen responden memilih QRIS sebagai metode pembayaran transaksi yang paling sering digunakan, hal ini jauh melebihi cash maupun kartu debit.

Bahasan berikutnya terkait e-Commerce. Kami di Sharing Vision pascariset menemukan pada poin ini situasi bahwa kecenderungan masyarakat Indonesia semakin bergeser ke transaksi online.

Ada titik kesetimbangan baru, di mana memang realitas ekonomi di masyarakat kita sebagian online dan sebagian offline.

Meskipun terlihat beberapa item yang terus meningkat dalam preferensi pembelian daring, seperti kosmetik dan fashion, tetapi e-Commerce secara keseluruhan di Indonesia benar-benar telah menjadi sesuatu yang mainstream.

Hal ini didorong alasan mayoritas responden karena banyaknya promo yang diberikan, selain tentunya lebih praktis dan mudah.

Untuk pembayaran, transfer via virtual account dan e-Money/e-Wallet menjadi metode pembayaran yang paling disukai pengguna.

Saat kami tanya, di manakah paling banyak belanjanya, lebih dari 90 persen responden memilih berbelanja daring di marketplace –sekalipun jasa delivery online dan website toko daring juga memiliki signifikansi tinggi.

Shopee, Gojek, Tokopedia, dan Grab masih menjadi toko online favorit . Beberapa yang lain seperti Traveloka dan Tiket sangat kuat khusus dalam online travel.

Daftar marketplace yang sering digunakan oleh para responden di survei kami adalah Shopee, Gojek (GoFood, GoShop, dll), Tokopedia, Grab (GrabFood, Grabmart, dll), Tiktok, Lazada, Traveloka, Bukalapak, Blibli, dan seterusnya.

Fenomena menarik lainnya yang kami dapatkan adalah lebih dari 30 persen responden berbelanja melalui media sosial lebih dari dua kali dalam sebulan.

Namun sayangnya, pengalaman tidak menyenangkan ketika belanja di medium ini, proporsinya sangat tinggi. Ada indikasi bahwa penipuan lewat media sosial (social shopping) ini meningkat.

Jadi, perlu adanya pengetatan dari sisi regulasi maupun penegakan hukum untuk menjaga keberlangsungan social shopping dan orang-orang yang ekonominya tergantung pada sektor tersebut.

Fintech lending serta solusi bersamanya

Survei terakhir kami adalah 13 persen responden menggunakan fintech lending (pinjaman daring). Hal ini meningkat dua kali lipat jika dibandingkan tren tahun-tahun sebelumnya.

Adapun rangking nama layanan yang responden gunakan adalah Kredivo, Akulaku, Koinworks, AdaKami, Danacepat, Modalku, Investree, Amartha, Akseleran, dan Flexi Cash by Jenius.

Mengapa masyarakat Indonesia lari ke layanan ini? Jawaban terbesarnya adalah selain proses cepat dan mudah, juga dikarenakan persyaratannya dinilai tidak rumit. Proses pengajuan rata-rata membutuhkan waktu kurang dari 1 jam sampai uang pinjaman cair!

Adapun tujuan pengajuan ini sebagian besar untuk keperluan sehari-hari, sementara beberapa responden menggunakannya sebagai modal usaha.

Untuk nominal yang diajukan cenderung mengalami peningkatan, lebih dari 40 persen mengajukan Rp 1 juta sampai Rp 5 juta. Begitu juga dengan tenor pengajuan, responden cenderung meminjam dengan tenor di atas sebulan.

Senada hal ini, riset kami menemukan 23 persen responden menyatakan pernah menggunakan layanan PayLater dan Shopee Paylater adalah yang paling banyak digunakan.

Motivasi utamanya adalah karena lebih fleksibel saat ada kebutuhan mendesak.
Masyarakat dan pemerintah perlu semakin awas melihat kecenderungan booming pinjaman online (pinjol) yang diindikasikan oleh hasil survei ini, maupun realitas yang memang sedang ramai diperbincangkan oleh publik.

Kenyataan bahwa kebanyakan menggunakannya untuk keperluan konsumtif sehari-hari menambah beratnya permasalahan ini.

Pemerintah, regulator, dan masyarakat perlu bahu membahu mencegah semakin menggilanya permasalahan pinjol dan pay later ke depan.

Keamanan

Setelah semua lanskap penggunaan e-Lifestyle ini, penulis juga harus bahas dari sisi keamanan siber karena terdapat data yang layak kita pelototi.

Lebih dari 20 persen responden mengaku akun media sosial-nya pernah dibobol/ dicuri dengan 9 persen di antaranya mengalami data pribadinya digunakan orang lain untuk penipuan.

Kemudian, 4-11 persen dari total responden pernah menjadi korban berbagai penipuan digital. Paling banyak mengalami, yaitu SMS/WA penipuan yang meminta mengirimkan kode OTP.

Sebagian besar responden mengalami kerugian waktu karena penipuan, sementara lebih dari 30 persen responden mengalami kerugian uang akibat penipuan digital.

Melihat banyaknya korban ini, pemerintah, regulator, para penyedia layanan maupun masyarakat pengguna layanan perlu strategi baru yang lebih efektif dalam mengurangi jumlah korban penerobosan keamanan informasi maupun penipuan cyber, serta bersama-sama mengawal dan melaksanakan implementasinya.

Dalam 10 tahun terakhir, transformasi e-lifestyle di Indonesia nampaknya sudah mencapai titik/kondisi di mana gaya hidup digital ini telah menjadi keseharian.

Ada tiga insight yang bisa kita terus kembangkan agar tren ini kian memudahkan masyarakat tanah air ke depannya.

Pertama, mobile banking menjadi kuda hitam/primadona di antara berbagai pilihan layanan eChannel Banking.

Kedua, QRIS dan eMoney menjadi kuda hitam untuk metode pembayaran di berbagai bidang, bahkan sedang dan telah mengalahkan cash dan debit.

Ketiga, preferensi belanja daring masyarakat sangat tinggi di hampir semua kategori.

Di samping tiga insight tersebut, ada tiga hal penting yang perlu menjadi perhatian kita bersama, karena memiliki potensi merusak secara catastrophic dan bahkan menggoncangkan ekosistem ekonomi digital yang telah mulai terwujud.

Pertama, masih cukup banyak keluhan pelanggan tentang kehandalan dan keamanan layanan. Misalnya, sudah melakukan top up namun saldo tidak bertambah, atau tidak melakukan pendebitan, tetapi saldo terpotong.

Kedua, booming pinjol tidak untuk hal produktif, tapi konsumtif, apalagi didukung dengan realitas negatif pinjol yang terjadi di publik, misalnya praktik debt collector, bunga yang amat tinggi, dll.

Ketiga, tingginya jumlah responden yang pernah menjadi korban berbagai penipuan digital maupun sabotase akun media sosial serta pencurian data pribadi, dan proporsi yang cukup besar dari responden hingga mengalami kehilangan finansial.

Merujuk hal ini, maka perlunya upaya mengantisipasi baik dari pemerintah, industri, serta masyarakat untuk mengurangi risiko.

Khususnya pemerintah, perlu peningkatan regulasi terkait berbagai lini yang terhubung e-lifestyle, khususnya peningkatan kehandalan layanan, pengetatan ijin, pengawasan pelaksanaan pinjaman online dan pay later, serta peningkatan cyber security.

Sementara masyarakat, marilah terus tingkatkan sisi melek digital dan kehati-hatian kita bersama karena copet/pencuri zaman now sudah kian bergentayangan di dunia maya. Waspadalah!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi