Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Spesies Baru Anakonda Terbesar di Dunia Ditemukan di Amazon

Baca di App
Lihat Foto
University of Queensland/Yesus Rivas
Ular anakonda hijau utara [Dok. University of Queensland/Yesus Rivas]
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sejumlah peneliti dari University of Queensland, Australia berhasil menangkap spesies anakonda raksasa yang diyakini sebagai spesies ular terbesar di dunia.

Ular anakonda hijau utara berukuran raksasa ini ditemukan di pedalaman hutan Amazon, Ekuador, Amerika Selatan.

Spesies baru ini, dijelaskan dalam jurnal Diversity, berbeda dari anaconda hijau selatan yang telah ada sekitar 10 juta tahun yang lalu, dan secara genetik berbeda sebesar 5,5 persen.

Penemuan spesies ular anakonda terbesar itu terjadi saat syuting serial National Geographic berjudul Pole to Pole with Will Smith yang disiarkan Disney+ pada Februari 2024.

Tim peneliti yang dipimpin profesor Bryan Fry menemukan anakonda tersebut dengan bantuan penduduk asli Waorani.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Bukan Anaconda, Ini Ular Terbesar yang Pernah Ada di Dunia


Penemuan anakonda terbesar di dunia

Bryan Fry dan tim dari University of Queensland melakukan penjelajahan di hutan terpencil Amazon untuk syuting serial Pole to Pole with Will Smith berama para kru film.

Dikutip dari rilis resminya, Bryan Fry memimpin tim tersebut untuk menangkap dan mempelajari beberapa spesimen anakonda hijau utara (Eunectes akayima) . Spesies ular tersebut baru diberi nama.

Mereka lalu melakukan pejelajahan di wilayah Bameno, Baihuaeri Waorani dalam hutan Amazon, Ekuador.

Mereka ke sana atas undangan masyarakat setempat Waorani untuk mengumpulkan sampel dari populasi anakonda yang katanya terbesar di dunia.

Selama sepuluh hari ekspedisi, mereka ditemani pemburu setempat masuk ke hutan Amazon untuk mencari spesies ular yang dianggap keramat. 

“Kami mendayung kano menyusuri sistem sungai dan cukup beruntung menemukan beberapa anakonda bersembunyi di perairan dangkal, menunggu mangsa," kata Bryan.

Tak lama kemudian, mereka menemukan seekor anakonda betina dengan ukuran panjang 6,3 meter. 

"Ukuran makhluk menakjubkan ini sungguh luar biasa," ungkap Bryan.

Sementara itu, masyarakat Waorani melaporkan pernah melihat anakonda lain di daerah tersebut yang berukuran panjang lebih dari 7,5 meter dan berat sekitar 500 kilogram.

Tim peneliti lalu mengambil sampel darah dan jaringan dari ular besar tersebut. Mereka juga mengamati ciri-ciri fisik, menghitung sisik, serta mengamati corak dan warnanya.

Baca juga: BRIN Temukan Jenis Ular Air Baru di Sulawesi, Berekor Pipih

Spesies anakonda raksasa terbaru

Dilansir dari CNN World (23/2/2024), anakonda hijau memang ular terberat di dunia

Museum Sejarah Alam Inggris mencatat, ular anakonda hijau yang pernah tercatat memiliki berat 227 kilogram, panjang 8,43 meter, dan lebar 1,11 meter.

Bila dibandingkan ular lain, sanca batik hanya mempunyai panjang 6,25 meter.

Dilihat dari temuan Bryan Fry dan tim University of Queensland, ular anakonda hijau yang pernah tercatat itu memiliki ukuran lebih panjang. Namun, hewan tersebut berspesies anakonda hijau selatan.

Spesies anakonda hijau utara yang baru ditemukan sebagai ular terbesar punya genetik yang berbeda dengan anakonda hijau selatan.

Diberitakan The Independent (23/2/2024), spesies baru ini memiliki gen yang sangat berbeda dari anakonda hijau selatan yang ditemukan sejak 10 juta tahun lalu. Secara genetik, perbedaannya sebesar 5,5 persen.

Sebagai gambaran perbandingan, manusia hanya berbeda gen sekitar 2 persen dari simpanse.

Para peneliti juga membandingkan genetika anakonda hijau dengan spesimen ular yang dikumpulkan di tempat lain.

Menurut mereka, temuan ini sangat penting untuk konservasi anakonda selaku hewan predator puncak rantai makanan yang memengaruhi keseimbangan ekosistem.

Baca juga: Waspadai 4 Jenis Ular yang Sering Masuk Rumah di Musim Hujan, Lakukan Ini untuk Mengusirnya

Habitat anakonda raksasa terancam

Sebagai spesies ular raksasa yang baru ditemukan, para peneliti menyoroti kondisi sekitar hutan Amazon habitat reptil tersebut mengkhawatirkan.

“Deforestasi di lembah Amazon akibat ekspansi pertanian diperkirakan mengakibatkan hilangnya habitat sebesar 20-31 persen, yang mungkin berdampak pada 40 persen hutan Amazon pada tahun 2050,” katanya.

Selain itu, wilayah tersebut terancam polusi logam berat akibat pertambangan, kebakaran hutan, kekeringan, dan perubahan iklim. Kondisi ini mengancam kehidupan anakonda raksasa dan makhluk hidup di sana.

Karena itu, Bryan mengungkapkan, pihaknya akan melakukan penelitian lebih lanjut terhadap spesies dan ekosistem di hutan Amazon.

“Yang paling mendesak adalah penelitian tentang bagaimana petrokimia dari tumpahan minyak mempengaruhi kesuburan dan biologi reproduksi ular langka ini dan spesies penting lainnya di Amazon," imbuh dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi