Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Musim Pancaroba Terjadi di Indonesia? Simak Tanda-tandanya

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Shvoeva Elena
Ilustrasi hujan es. Fenomena hujan es adalah peristiwa wajar. Di Indonesia sering terjadi di masa pergantian musim atau musim pancaroba.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan, puncak musim hujan di sejumlah wilayah Indonesia sudah terlewati, khususnya bagian selatan Indonesia.

Setelah melewati puncak musim hujan, wilayah Indonesia tersebut akan memasuki musim pancaroba atau peralihan musim, sebelum akhirnya mengalami musim kemarau.

Musim pancaroba adalah kondisi transisi atau pergantian musim ke musim lainnya. Misalnya musim hujan ke kemarau atau sebaliknya.

Dilansir dari laman BPBD Jawa Timur, musim pancaroba berdampak pada perubahan cuaca dengan cepat dan tidak menentu. Hal tersebut dapat memicu terjadinya potensi bencana alam.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, kapan musim pancaroba terjadi?

Baca juga: BMKG: Ini Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 25-26 Februari 2024

Penjelasan BMKG

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati memperkirakan, musim pancaroba di Indonesia akan terjadi pada Maret-April 2024.

Pihaknya menyebutkan, analisis dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG mendapati saat ini puncak musim hujan telah terlewati di sejumlah wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan Indonesia.

"Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di bulan Maret hingga April," kata dia, dilansir dari laman BMKG.

Memasuki musim pancaroba, Dwikorita mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem.

Ia menjelaskan, cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang disertai kilat atau petir dan angin kencang dapat terjadi jelang memasuki musim pancaroba.

Selain itu, potensi bencana seperti angin puting beliung dan fenomena hujan es juga bisa terjadi.

Baca juga: BMKG Ungkap Potensi Banjir pada Maret 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Ciri-ciri musim pancaroba

Menurut Dwikorita, ciri-ciri musim pancaroba adalah terlewatinya puncak musim hujan. Di Indonesia, puncak musim hujan terjadi pada Februari 2024.

Memasuki Maret, kata Dwikorita, Indonesia diperkirakan akan mengalami musim peralihan atau pancaroba.

Selain terlewatinya puncak musim hujan, ciri-ciri musim pancaroba lainnya adalah pola hujan yang terjadi pada sore hingga menjelang malam hari.

Hujan tersebut umumnya didahului adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.

"Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan," terang Dwikorita.

Karakteristik hujan pada musim pancaroba, lanjut Dwikorita, cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat.

Apabila kondisi atmosfer menjadi tidak stabil, potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkatkan.

"Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas," terangnya.

Baca juga: BMKG Deteksi Bibit Siklon Tropis Ex-TC Lincoln, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Dampak musim pancaroba

Curah hujan lebat yang terjadi selama musim pancaroba memicu terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, berdasarkan monitoring yang dilakukan BMKG, terdapat beberapa fenomena atmosfer yang terpantau masih cukup signifikan dan dapat memicu peningkatan curah hujan yang disertai kilat/angin kencang di wilayah Indonesia,

Pertama, aktivitas monsun asia yang masih dominan.

Kedua, aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) pada kuadran 3 (Samudra Hindia Bagian Timur) yang diprediksi akan memasuki wilayah Pesisir Barat Indonesia pada beberapa pekan kedepan.

Ketiga, adanya aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian Selatan, Tengah, dan Timur.

Terakhir, terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di Indonesia Bagian Tengah dan Selatan.

"Seluruh fenomena atmosfer tersebut berkontribusi terhadap terjadinya fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah di Indonesia," kata dia, masih dari sumber yang sama.

Oleh sebab itu, BMKG mengimbau kepada masyarakat khususnya yang tinggal di daerah perbukitan yang rawan longsor agar berhati-hati.

Masyarakat juga diimbau senantiasa menjaga kesehatan tubuh selama menghadapi kondisi cuaca yang cepat berubah setiap harinya akibat pancaroba.

Pasalnya, cuaca panas dan hujan dapat terjadi silih berganti dengan cepat sehingga dapat memicu gangguan daya tahan tubuh.

Selain itu, masyarakat diharapkan dapat menyesuaikan aktivitas di luar ruangan termasuk dengan menggunakan perangkat pelindung diri sinar matahari atau hujan seperti payung, topi, atau jas hujan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi