Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Washington Irving dan Al Hambra

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock
Washington Irving
Penulis: Jaya Suprana
|
Editor: Sandro Gatra

SEJAK mulai sedikit mengerti bahasa Inggris, buku pertama yang saja baca bukan Hamlet atau Macbeth mahakarya William Shakespeare, tetapi cerpen Washington Irving berjudul “The Legend of Sleepy Hollow” dan “Rip van Winkle” yang termuat di dalam buku “The Sketch Book of Geoffrey Crayon, Gent”.

Satu di antara alasan saya berkunjung ke Al Hambra adalah setelah membaca mahakarya Washington Irving berjudul “Tales from Alhambra”.

Buku tersebut juga berperan sebagai rujukan utama bagi saya dalam bekerja sama dengan sineas Indonesia, Harry Simon menggarap film budaya tentang Al Hambra pada awal abad XXI.

Pada masa berkunjung ke Spanyol di belahan awal abad XIX, Washington Irving menyempatkan diri singgah ke Andalusia untuk memelajari warisan budaya Islam di kerajaan Katolik musuh bebuyutan Inggris dalam bidang geopolitik kolonialisme dan kini sepakbola tersebut.

Pada musim semi tahun 1828, Washington Irving tiba di Granada langsung terpesona oleh keindahan Al Hambra meski sebenarnya kawasan bersejarah itu sedang dalam kondisi kumuh, bahkan rusak akibat vandalisme biadab yang dilakukan tentara Napoleon tatkala merambah Granada.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Washington Irving sedemikian terpesona sehingga tinggal di dalam kawasan istana Al Hambra agar bisa lebih secara langsung menghayati getaran sukma keindahan mahakarya arsitektural warisan peradaban Islam di Spanyol tersebut.

Pesona terhadap Alhambra kemudian dituangkan dalam bentuk esai, catatan perjalanan, sketsa verbal dan dongeng-dongeng rakyat yang didengar Washington Irving dari masyarakat setempat.

Buku “Tales of Alhambra” mahakarya Washington Irving yang kemudian sangat popular di masyarakat Granada sehingga kini setiap gerai cendera-mata di Granada menjual buku mahakarya Washington Irving yang namanya sudah melekat pada Al Hambra.

Buku novelis Amerika Serikat tersebut juga memengaruhi pemerintah kerajaan Katolik Spanyol untuk berkenan memugar istana dan sitadel Al Hambra yang sempat ditelantarkan akibat dianggap sebagai sekadar monumen budaya Islam yang layak diabaikan, bahkan kalau bisa dimusnahkan demi terhapus dari sejarah Spanyol.

Kini Al Hambra merupakan destinasi utama wisata budaya Spanyol yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia setara Piramida Giza, Persepolis Ira, Kremlin Moscow, Taj Mahal Agra, Tembok Besar China, Mesa Verde Amerika Serikat, Angkor Wat Kamboja, Fez Marokko, Jerusalem Israel, Borobudur dan Prambanan Indonesia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi