Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lembaga Falakiyah PBNU: Hilal Awal Ramadhan Tak Mungkin Tampak pada 10 Maret 2024

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/ZINTAN PRIHATINI
Pemantauan hilal di Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (20/4/2023). Lembaga Falakiyah PBNU menyebut, ketinggian hilal penentu awal Ramadhan 1445 H tidak memenuhi pada 10 Maret 2024.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Berdasarkan perhitungan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), hilal penentu 1 Ramadhan 2024 tidak mungkin terlihat pada 29 Syakban 1445 Hijriah atau Minggu (10/3/2024).

Awal puasa Ramadhan 1445 H diperkirakan akan jatuh pada Selasa (12/3/2024), sesuai posisi hilal baik tinggi maupun elongasinya.

"Untuk awal Ramadhan tahun ini, dengan memperhatikan posisi hilal baik tinggi maupun elongasinya, secara pengalaman atau tajribah, hilal tak mungkin dapat dirukyat pada Ahad sore 10 Maret," ujar Kepala LF PBNU Sirril Wafa, dikutip dari NU Online, Jumat (23/2/2024).

Wakil Sekretaris LF PBNU Marufin Sudibyo menjelaskan, awal Ramadhan akan terjadi jika pemantauan hilal (rukyah hilal) melaporkan keterlihatan Bulan sabit yang sahih.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sebaliknya, apabila tidak ada laporan yang sahih, dengan merujuk pada Keputusan Muktamar Ke-34 NU di Lampung maka bulan Syakban 1445 H akan digenapkan 30 hari (ikmal)," papar Marufin, saat dihubungi Kompas.com, Senin (26/2/2024).

Baca juga: Awal Puasa Ramadhan 2024 Diprediksi Berbeda, BMKG Ungkap Potensi Keterlihatan Hilal


Ketinggian hilal Ramadhan 2024 belum memenuhi kriteria

Menurut Marufin, LF PBNU secara resmi menggunakan kriteria Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama atau kriteria IRNU sebagai ambang batas keterlihatan hilal.

Kriteria IRNU adalah ambang batas posisi Bulan, di mana hilal berpotensi dapat dilihat, terutama melalui moda kasat teleskop dan kasat kamera.

"Ambang batas tersebut terjadi manakala tinggi hilal mar’ie minimal 3 derajat dan elongasi hilal haqiqy minimal 6,4 derajat," kata dia.

Pada batas tersebut, cahaya hilal sebagai pantulan cahaya Matahari oleh bagian cakram Bulan yang menghadap ke Bumi, terbukti lebih kuat dan lebih kontras dibanding cahaya senja yang mewarnai langit latar belakangnya.

Cahaya yang lebih kuat dan lebih kontras, kata Marufin, merupakan kunci keterlihatan hilal dan benda-benda langit lain pada saat senja setelah Matahari terbenam.

"Jadi, angka-angka tersebut bukan angka-angka asal comot. Namun, memiliki landasan pengetahuan fisis optika di baliknya," ucapnya.

Baca juga: Amankah Minum Obat Penunda Haid Selama Bulan Ramadhan? Ini Kata Dokter

Selain telah memenuhi kriteria IRNU, kredibilitas laporan pemantauan hilal juga harus ditunjang oleh faktor meteorologis.

Di antaranya, titik pemantauan tidak hujan, langit barat tidak tertutupi mendung, dan ufuk barat masih bisa mendeteksi Matahari menjelang terbenam.

"Untuk rukyah dengan moda kasat kamera, kredibilitas laporan juga harus melalui analisis geometri citra," papar Marufin.

Marufin menambahkan, posisi hilal pada Minggu (10/3/2024) petang di seluruh Indonesia memiliki tinggi kurang dari 3 derajat dan elongasi kurang dari 6,4 derajat.

"Secara keilmuan, kami di Lembaga Falakiyah PBNU sudah bisa memprakirakan hasilnya. Akan tetapi, sesuai dengan etika maka keputusan formal terkait hal tersebut menanti hasil rukyah hilal pada Ahad 10 Maret mendatang," tuturnya.

Baca juga: Israel Akan Batasi Akses Jemaah ke Masjid Al-Aqsa Selama Ramadhan 2024

Muhammadiyah tetapkan awal Ramadhan 10 Maret

Sebelumnya diberitakan, Muhammadiyah resmi menetapkan awal puasa Ramadhan 1445 H jatuh pada Senin (11/3/2024).

Penetapan tersebut berdasarkan hasil perhitungan secara astronomis atau hisab hakiki wujudul hilal Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.

Menurut PP Muhammadiyah, pada Minggu (10/3/2024) atau bertepatan dengan 29 Syakban 1445 H, ijtimak menjelang Ramadhan 1445 H telah terjadi pada pukul 16.07.42 WIB.

Ijtimak adalah saat berakhirnya Bulan sebelumnya dan munculnya Bulan baru dalam penanggalan Hijriah.

Muhammadiyah menyebut, Bulan saat Matahari terbenam di Yogyakarta pada hari itu sudah berada di atas ufuk, sehingga dapat menjadi penanda awal bulan.

Pada waktu yang sama, Minggu, Bulan di banyak wilayah Indonesia juga berada di atas ufuk atau hilal sudah wujud.

Namun, kondisi Bulan ini dikecualikan untuk beberapa wilayah Indonesia Timur, seperti Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.

Baca juga: Kemenag Gelar Sidang Isbat Awal Ramadhan 1445 H pada 10 Maret 2024

1 Ramadhan 1445 H menurut pemerintah

Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Agama akan menetapkan 1 Ramadhan 1445 H setelah melakukan pemantauan hilal dan sidang isbat pada Minggu (10/3/2024).

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag Adib mengatakan, pelaksanaan sidang isbat awal Ramadhan tersebut bertepatan dengan 29 Syakban 1445 H.

"Kami memutuskan akan menggelar rukyatul hilal (pengamatan hilal) di 134 lokasi di seluruh wilayah Indonesia," terang Adib, Selasa (20/2/2024).

Menurut Adib, sidang isbat penentuan awal Ramadhan 1445 H digelar dengan mempertimbangkan informasi awal berdasarkan hasil hisab.

Informasi awal tersebut kemudian dikonfirmasi dengan temuan di lapangan melalui mekanisme pemantauan hilal.

Kendati demikian, berdasarkan posisi hilal, terdapat kemungkinan awal puasa Ramadhan 2024 di Indonesia antara pemerintah dan Muhammadiyah akan berbeda.

Baca juga: PP Muhammadiyah: 1 Ramadhan 1445 H Jatuh pada 11 Maret

1 Ramadhan 2024 diprediksi berbeda

Koordinator Bidang Tanda Waktu BMKG Himawan Widiyanto menjelaskan, keterlihatan hilal pada Minggu (10/3/2024), masih sangat kecil, sekitar kurang dari nol derajat.

Ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 10 Maret 2024 berkisar antara minus 0,33 derajat di Jayapura, Papua sampai 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatera Barat.

Sementara elongasi hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 10 Maret 2024 berkisar antara 1,64 derajat di Denpasar, Bali sampai 2,08 derajat di Jayapura.

Tinggi dan elongasi tersebut, menurut Himawan, belum memenuhi kriteria baru sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Kriteria baru MABIMS mengharuskan ketinggian hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.

"Jika dilihat dari peta ketinggian hilal dan kriteria MABIMS yang baru, maka pemerintah akan menetapkan tanggal 1 Ramadhan 1445 H pada tanggal 12 Maret 2024," jelas Himawan, Jumat (23/2/2024).

"Kita tunggu keputusan dari lembaga yang berhak memutuskan kapan tanggal 1 Ramadhan, yaitu dari Kementerian Agama Republik Indonesia," imbuhnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi