Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Hari Raya Galungan yang Diperingati Umat Hindu

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
Mapeed, salah satu tradisi Hari Raya Galungan di Bali
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Galungan adalah hari raya penting dalam agama Hindu di Indonesia. Hari raya ini dirayakan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada setiap rabu wuku Dungulan.

Masyarakat Hindu merayakan Galungan setiap enam bulan atau 210 hari sekali. Hari raya Galungan jatuh pada hari Rabu, tepatnya Budha Kliwon wuku Dungulan.

Pada tahun ini, hari raya Galungan 2024 diperingati pada Rabu (28/2/2024).

Baca juga: Ramai soal Gelang Tridatu, Apakah Boleh Dipakai oleh Selain Umat Hindu?


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggal peringatan Galungan

Keputusan mengenai libur Hari Raya Galungan tercantum dalam Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 7 Tahun 2023 tentang Libur Nasional, Cuti Bersama, dan Dispensasi Hari Raya Suci Hindu di Bali Tahun 2024.

Berdasarkan surat edaran tersebut, pemerintah Provinsi Bali menetapkan hari raya Galungan jatuh pada Rabu, 28 Februari 2024.

Selanjutnya, peringatan Galungan yang kedua jatuh pada Rabu, 25 September 2024.

Berbeda dari peringatan Nyepi, pemerintah Indonesia tidak menetapkan hari raya Galungan sebagai hari libur.

Peringatan ini juga tidak diatur dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri yang ditandatangani Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Namun bagi warga Bali, pemerintah Provinsi Bali menetapkan Galungan sebagai hari libur dan dispensasi. Hal tersebut agar umat Hindu di Bali dapat melaksanakan hari raya suci keagamaan sesuai swadarmanya.

Baca juga: Apa Saja yang Dilakukan Umat Hindu Saat Hari Raya Nyepi?

Makna hari raya Galungan

Hari raya Galungan diadakan setiap hari Rabu setiap 6 bulan atau 210 hari sekali.

Dikutip dari situs Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, kata "Galungan" diambil dari bahasa Jawa Kuno yang artinya "bertarung" atau dari kata "dungulan" yang berarti "menang".

Umat Hindu merayakan hari raya Galungan untuk memperingati terciptanya alam semesta beserta seluruh isinya.

Galungan juga diadakan untuk merayakan kebaikan atau dharma yang menang melawan kejahatan atau adharma.

Sebagai ucapan rasa syukur atas kemenangan dharma, umat Hindu di Bali akan memberikan persembahan kepada Sang Hyang Widhi Wasa dan Dewa Bhatara.

Galungan diselenggarakan agar umat Hindu mampu membedakan dorongan hidup antara kebaikan dan keburukan dalam diri manusia. 

Agama Hindu meyakini kebahagiaan dapat diraih jika manusia mampu menguasai kebenaran. Karena itu, manusia harus selalu dapat melawan keburukan dan menegakkan kebaikan.

Hari raya Galungan memiliki hakikat menyatukan kekuatan rohani agar mendapatkan pikiran dan pendirian yang terang. Pikiran tenang adalah wujud dharma dalam diri manusia. Sementara kekacauan pikiran adalah wujud dari adharma.

Baca juga: Tradisi dan Makna Hari Raya Nyepi bagi Umat Hindu...

Peringatan Galungan di Bali

Perayaan Hari Raya Galungan identik dengan memasang penjor atau bambu yang dihias di sepanjang tepi jalan raya Bali.

Dilansir dari situs Pemerintah Kabupaten Buleleng, umat Hindu akan menjalani sejumlah rangkaian peringatan Galungan sejak jauh-jauh hari sebelum hari raya tersebut berlangsung. Berikut rangkaian acara Galungan.

Tumpek wariga

Umat Hindu akan mengadakan acara Tumpek Wariga pada hari Sabtu Kliwon wuku Wariga atau 25 hari sebelum Galungan.

Hari ini dijalani dengan memuja Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kemakmuran dan Keselamatan Tumbuh-tumbuhan.

Kemudian, warga menjalani tradisi berupa memberikan sesaji berupa bubur sumsum warna-warni yang melambangkan tumbuhan. Selain itu, pepohonan di Bali akan disiram dengan air suci dan diberi bubur sumsum tersebut.

Sugihan Jawa

Sugihan Jawa merupakan hari penyucian segala sesuatu yang ada di luar manusia. Umat Hindu akan melangsungkan upacara dan membagikan hantaran berupa guling babi.

Sugihan Bali

Sugihan Bali diadakan setiap Jumat Kliwon wuku Sungsang. Tradisi ini berupa pembersihan diri dengan mandi dan memohon penyucian jiwa raga.

Hari Penyekeban

Hari ini dirayakan setiap Minggu Pahing wuku Dungulan. Warga akan mengekang diri untuk tidak melakukan hal terlarang dalam Hindu.

Hari Penyajan

Hari ini dirayakan setiap Senin Pon wuku Dungulan. Umat Hindu akan memantapkan diri dan mengendalikan diri agar bisa merayakan Galungan meski akan mendapat ujian.

Hari Penampahan

Hari tersebut jaruh sehari sebelum Galungan atau Selasa Wage wuku Dungulan. Umat Hindi akan sibuk membuat penjor dari bambu sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan. Warga juga akan menyembelih babi untuk pelengkap Gulungan.

Hari raya Gulungan

Peringatan ini diawali dari sembahyang di rumah masing-masing warga kemudian ke Pura sekitar rumah. Hari ini akan menjadi waktunya para perantau mudik ke rumah.

Setelah peringatan Galungan, umat Bali masih akan memeringati hari raya lain seperti Hari Pemaridan Guru, Ulihan, Hari Pemacekan Agung, Hari Kuningan, dan Hari Pegat Wakan.

Hari Suci Kuningan dirayakan umat Hindu dengan cara memasang simbol senjata para dewa. Peringatan Galungan diakhiri dengan sembahyang dan mencabut penjir pada Rabu sebulan usai Galungan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi