Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Popok Palestina, Orangtua Mulai Gunakan Plastik sebagai Pengganti

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Shutterstock
Ilustrasi ibu sedang mengganti popok bayi.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Seorang pengungsi di Rafah, Palestina, Inas Al-Masry mulai menggunakan popok plastik untuk anaknya.

Tak punya pilihan lain, ia mengaku tidak mampu membeli popok dengan harga yang kini melambung tinggi.

Pedagang umumnya mematok harga 180-190 shekel Palestina atau sekitar Rp 775.600-Rp. 818.700 per paket popok.

Dalam seminggu, ibu dua anak ini hanya mampu membeli satu paket popok untuk kedua anak kembarnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Bahkan dengan penutup (celana dari plastik) yang saya kenakan pada bayi, saya harus menggantinya keesokan harinya. Mereka semua butuh pakaian, tapi pakaian tidak tersedia, selimut tidak tersedia untuk anak-anak, sementara kami tidak punya apa-apa," ungkapnya, dikutip dari Reuters.

Baca juga: Dikenakan Menlu Retno Marsudi Saat Dukung Palestina di ICJ, Apa Makna Keffiyeh?


Palestina krisis popok

Perang antara Israel Hamas di Gaza telah memicu bencana kemanusiaan yang menyebabkan kekurangan kebutuhan pokok.

Kurangnya popok telah memperburuk kondisi sanitasi bagi sekitar 1,7 juta pengungsi Palestina.

Bayi, anak-anak, dan orang tua menjadi kelompok yang paling merasakan dampaknya, ketika popok dan susu formula sulit didapat atau harganya melonjak tinggi.

Seorang pengungsi lain bernama Raafat Abu Wardeh mengatakan, ia harus menjual makanan agar dapat membeli popok, dilansir dari AP News.

Bantuan popok yang diberikan tidak menjangkau semua orang. Stok popok yang terbatas ini menyebabkan harganya meroket.

Dengan hancurnya perekonomian Gaza, hanya sedikit warga Palestina yang memiliki pendapatan tetap dan sebagian besar menghabiskan tabungan mereka atau hidup dari bantuan.

Baca juga: Israel Akan Batasi Akses Jemaah ke Masjid Al-Aqsa Selama Ramadhan 2024

Di kios-kios darurat, anak-anak yang lebih besar bekerja sebagai pedagang asongan dan menjual popok satuan.

Mereka menjualnya dengan harga lima shekel Palestina atau setara dengan Rp 21.500 dan satu paket seharga 170 shekel Palestina atau sekitar Rp 775.600.

Sebagai informasi, satu paket popok sebelum perang di Palestina dijual dengan harga 12 shekel Palestina atau sekitar Rp 51.700.

Pengungsi lainnya, Anis al-Zein mengatakan bahwa anak yang menjual popok harus menyetor sebanyak 20 shekel Palestina atau sekitar Rp 86.190 setiap penjualannya.

“Dalam situasi buruk seperti ini, semua harga melambung tinggi dan tidak ada pendapatan bagi masyarakat. Bahkan tidak ada bantuan,” ungkap al-Zein.

Beberapa orang tua menggunakan popok kain, namun popok tersebut perlu dicuci dengan air. Padahal, Palestina saat ini juga mengalami krisis air.

Baca juga: Banyak Negara Cabut Donasi ke UNRWA, Apa Dampaknya bagi Palestina?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi