KOMPAS.com - Unggahan video yang memperlihatkan sistem peringatan dini (early warning system) yang berbunyi saat banjir melanda Kampung Terban dan Klitren di Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, viral di media sosial.
Video tersebut diunggah oleh akun media sosial X (Twitter) @txtfromjogja pada Senin (26/2/2024).
"Jadi Begini Early Warning System, saat banjir ada di Kampung Terban dan Klitren Kecamatan Gondokusuman, Minggu (25/2/2024)," tulis narasi dalam unggahan.
Dalam video itu, terdengar peringatan banjir dan imbauan kepada warga yang berada di sekitar sungai. Berikut isi imbauannya:
"Awas banjir, kondisi air sungai dalam kondisi awan banjir atau status merah. Diimbau kepada warga agar segera mengevakuasi diri dan menjauh dari sungai. Tunggu informasi selanjutnya."
Baca juga: Dampak Banjir Bandar Lampung: Ratusan Bangunan Rusak dan Listrik Padam
Penjelasan BPBD
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Nur Hidayat membenarkan adanya Early Warning System (EWS) di kedua wilayah tersebut.
Menurutnya, EWS merupakan upaya yang dilakukan pemerintah setempat untuk memberi peringatan lebih cepat akan ancaman banjir yang melanda.
"EWS itu dari pemerintah daerah dan dipasang di sepanjang bantaran sungai di 17 titik," ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (27/2/2024).
Tak hanya itu, ada juga empat perangkat telemetri untuk mengukur debit air sungai di hulu.
Nur menyampaikan, hingga kini sudah ada 17 titik EWS yang tersebar di beberapa titik berikut:
- Sungai Winongo: 4 titik
- Sungai Code: 8 titik
- Sungai Gajah Uwong: 5 titik.
Ia menjelaskan, EWS akan otomatis berbunyi jika terdapat banjir atau hujan lebat yang melanda wilayah-wilayah tersebut.
"Kalau indikator sudah merah, otomatis menyambung ke suara dan berbunyi," ujarnya.
Baca juga: 6 Wilayah Pesisir Indonesia yang Berpotensi Alami Banjir Rob 19-29 Februari 2024
Cara kerja Early Warning System
Nur menuturkan, ketika debit sungai telah mencapai ketinggian tertentu dan berpotensi banjir, petugas akan menginformasikan hal itu ke permukiman di bantaran sungai melalui pengeras suara.
Hal tersebut dilakukan agar warga dapat segera mengevakuasi diri ke tempat yang telah ditentukan.
"Saat air kali menyentuh level rawan banjir, pengumuman untuk melakukan evakuasi otomatis berbunyi," ujar Nur dikutip dari Kompas.id, Selasa (27/2/2024).
Dari 17 titik tersebut, salah satunya telah berfungsi otomatis atau tanpa perlu pemantauan petugas, yakni di Kampung Klitren yang dilintasi Kali Belik.
Baca juga: Dampak Fenomena Squall Line dan Bow Ercho, Hujan Deras Akan Guyur Jawa Tengah
Saat air kali menyentuh level rawan banjir, pengumuman untuk melakukan evakuasi otomatis berbunyi. Hal ini seperti yang terjadi saat hujan deras pada Minggu (24/2/2024).
"Tahun ini kami berencana menambah EWS otomatis itu untuk tiga kali kecil lainnya, yakni Buntung, Widuri, dan Tekik," terang Nur.
Pasalnya, ketiga kali kecil tersebut dinilai lebih rawan banjir dari luapan sungai lantaran memiliki alur yang sempit.
Selain itu, kondisi permukiman di bantaran kali-kali itu juga lebih padat penduduk.
Warga di kampung bantaran sungai tersebut juga telah dilengkapi dengan pengetahuan manajemen kebencanaan, serta jalur evakuasi dan titik kumpul yang aman saat terjadi banjir.
”Jadi, ketika ada peringatan dari EWS, warga diharapkan sudah sampai ke titik kumpul,” ucapnya.
Baca juga: Masuk Pancaroba, BMKG Ungkap Indonesia Rawan Puting Beliung dan Hujan Es
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.