Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Sebut Psikopat Wanita Kemungkinan Lebih Banyak Dibanding Perkiraan

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash
Ilustrasi psikopat. Ahli mengatakan, jumlah psikopat wanita mungkin lebih banyak dari perkiraan, yakni sekitar 1:1 dengan psikopat pria.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Istilah psikopat mengacu pada seseorang yang tidak mengikuti norma moral masyarakat dan kurang memiliki empati serta penyesalan.

Orang yang menunjukkan sifat psikopati adalah orang yang tidak berperasaan, manipulatif, serta gemar menipu.

Dilansir dari laman Verywell Health, mereka cenderung sering melakukan tindak kekerasan, pencurian, atau penipuan untuk membuat orang lain menuruti apa yang mereka inginkan.

Tidak ada penyebab pasti dari kondisi psikopati. Namun genetika, trauma, struktur otak, paparan kekerasan selama masa kanak-kanak, dan kondisi lingkungan mungkin menjadi faktor penyebabnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikopat ada di hampir setiap budaya dan kelompok etnis. Psychology Today melaporkan, diperkirakan sekitar 1 persen pria dan 0,3-0,7 persen wanita dapat diklasifikasikan sebagai psikopat.

Kendati sebagian besar psikopat adalah pria, pakar menyebut perilaku psikopati pada wanita bisa jadi lebih banyak dari jumlah saat ini. Mengapa demikian?

Baca juga: Ada di Sekitar Kita, Ini Cara untuk Mengenali Seorang Psikopat


Psikopat wanita mungkin lebih sulit diidentifikasi

Pakar psikopat di dunia bisnis dari Anglia Ruskin University, Inggris, Clive Boddy mengungkapkan, ada sejumlah kecil bukti menggambarkan psikopat wanita cenderung mengekspresikan kekerasan secara verbal dibandingkan fisik.

Mereka menggunakan kekerasan yang bersifat relasional dan emosional, sehingga tampak lebih halus dan kurang kentara daripada psikopat pria. Misalnya, perilaku menyebarkan rumor dan kebohongan demi keuntungan pribadi.

"Perilaku psikopat wanita tampaknya cukup halus dan kurang kentara dibandingkan psikopat laki-laki dan oleh karena itu mereka tidak begitu diidentifikasi," kata Boddy, dikutip dari The Guardian, Senin (26/2/2024).

Akibatnya, data jumlah wanita dengan psikopati juga cenderung lebih rendah dibandingkan psikopat pria.

Boddy mengatakan, bagian dari penilaian yang digunakan untuk mengidentifikasi psikopat, yang dikenal sebagai Skala Psikopati Laporan Diri Levenson (LSRP), condong ke arah identifikasi gangguan tersebut pada pria dibanding wanita.

LSRP merupakan skala untuk mengukur kondisi psikopati primer dan sekunder pada seseorang.

Psikopati primer mengacu pada individu yang sepenuhnya rasional, tidak memiliki kecemasan atau ketakutan, dan memiliki tingkat pesona interpersonal yang tinggi.

Menurut Boddy, penilaian tersebut melihat betapa tidak terikatnya emosi, egois, tidak peduli, dan manipulatifnya seseorang sebagai sosok psikopat primer.

Sementara psikopat sekunder, mengarah pada individu yang cenderung menderita gairah emosional dan masalah psikologis yang intens. Kelompok ini cenderung gegabah, impulsif, emosional, cemas, agresif, dan merusak diri sendiri.

Dengan demikian, kata Boddy, sekunder mencakup gaya hidup psikopat, serta lebih berfokus pada kekerasan dan perilaku antisosial.

"Elemen sekunder dan langkah-langkah untuk mengatasinya, sebagian besar didasarkan pada penelitian terhadap penjahat yang berada di penjara dan merupakan seorang psikopat, sehingga para peneliti saat ini merasa bahwa langkah-langkah tersebut tidak cocok untuk mengidentifikasi psikopati wanita," kata Boddy.

Penelitian yang mengamati psikopati pada wanita juga lebih sedikit dibandingkan pada pria, sehingga mungkin para penilai enggan menyebut kaum hawa sebagai psikopat.

Baca juga: 3 Psikopat Dunia yang Sejak Kecil Gemar Membunuh Hewan

Kemungkinan rasio perbandingan 1:1

Psikopat pria dan wanita awalnya diperkirakan memiliki rasio perbandingan sebesar 10:1. Namun, penelitian Boddy, angka tersebut sangatlah berbeda jika hanya dengan mengacu pada bagian primer LSRP.

"Hampir satu banding satu," kata Boddy, merujuk perkiraannya soal perbandingan psikopat pria dan wanita.

Kendati demikian, diperlukan penelitian skala besar terhadap orang dewasa yang dipilih secara acak untuk mendapatkan gambaran lebih pasti.

Boddy melanjutkan, meski diperkirakan 1 persen pria di dunia adalah psikopat, diagnosisnya berada pada salah satu ujung spektrum.

"Perkiraan (menggunakan bagian pertama dari LSRP menunjukkan) ada sekitar 23 persen pria yang meski bukan psikopat, memiliki cukup banyak sifat yang menjadi masalah bagi masyarakat," paparnya.

Merujuk penelitiannya sendiri yang didasarkan pada survei terhadap pekerja kantoran, ciri-ciri "pembawa masalah" yang sama juga dapat ditemukan pada wanita.

"Sekitar 12 persen hingga 13 persen wanita memiliki ciri-ciri tersebut, sehingga berpotensi menjadi masalah," imbuhnya.

Boddy pun menyebut, mengenali psikopati pada wanita dan pria adalah hal yang penting lantaran orang-orang seperti itu dapat berdampak besar di lingkungan kerja.

Dia mencontohkan, mereka mungkin akan mengesampingkan, menganiaya, atau bahkan mengintimidasi karyawan.

Selain itu, dia mencatat, bisnis yang dipimpin oleh orang-orang psikopat juga dapat kehilangan arah, yang memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap organisasi besar.

"Mereka melihat keserakahan, ketidakjujuran, serta kekejaman dari para petinggi dan ini melemahkan demokrasi dan supremasi hukum," ungkapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi