Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Head of Education Ecosystem PT Telkom Indonesia Tbk
Bergabung sejak: 12 Apr 2022

Dr. Sri Safitri, ST, B.Eng (Hons), M. Eng adalah Head of Education Ecosystem PT Telkom Indonesia Tbk. Sebelumnya adalah Direktur Marketing Telkomtelstra, perusahaan patungan Telkom Indonesia dan Telstra Australia.
Uni Fitri, sapaannya, merupakan Doktor Manajemen Universitas Brawijaya, juga pembicara internasional dan aktif di asosiasi industri seperti ACIOA (ASEAN CIO Association) sebagai Konselor Indonesia.
Saat ini, juga menjabat Wakil Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF), Co-Founder Indonesia Blockchain Society (IBS), Ketua Umum Indonesia CX Professional (ICXP), Secretary General Partnership Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecedasan Artifisial (KORIKA) dan President FAST (Forum Alumni Universitas Telkom) 2021-2025.

AI dalam Pemilu 2024: Kampanye Modern hingga Susunan Regulasi Baru

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/biancoblue
ilustrasi artificial intelligence
Editor: Sandro Gatra

PEMILU yang gembira dan damai adalah tema pemilu yang banyak digadang-gadangkan dalam proses pesta demokrasi di Indonesia tahun 2024 ini.

Meski sudah terlaksana pada 14 Februari 2024 lalu, namun perbincangan tentang pelaksanaan pemilu masih berlangsung hingga kini. Mulai dari surat kabar, media sosial, koran harian hingga TV nasional.

Pesta demokrasi kali ini memang memiliki banyak keunikan yang seru dibahas, salah satunya adalah penggunaan kecerdasan buatan - Artificial Intelligence (AI) dalam kampanye yang dilakukan untuk meningkatkan elektabilitas pasangan calon peserta pemilu.

Media televisi asing, BBC News, bahkan mengangkat hal ini secara khusus dua minggu menjelang Pemilu.

Dari 287 juta jumlah penduduk di Indonesia, sebanyak 167 jutanya adalah pengguna aktif media sosial. Tidak heran jika banyak kampanye dilakukan secara masif di ranah digital.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut KPU, sebanyak 53-55 persen pemilih didominasi generasi muda dengan rentan usia di bawah 40 tahun atau sebanyak 107-108 juta orang.

Menurut hasil riset yang dilakukan oleh Departemen Politik dan Perubahan Sosial Center for Strategic and International Studies (CSIS) 2023 menunjukkan pemilih muda cenderung dinamis, adaptif dan responsif.

Dengan kata lain, mereka adalah pemilih yang kritis terhadap setiap gerakan kampanye yang dilakukan oleh pasangan calon.

Lalu, bagaimana peran AI membantu dalam pelaksanaan pemilu kali ini?

Melihat hasil kampanye dan perolehan suara saat ini, bisa dilihat jika penggunaan AI untuk visualisasi dalam kampanye salah satu pasangan calon memperoleh respons positif dari masyarakat dan menciptakan keviralan di dunia maya.

Visualisasi yang imut menggunakan AI dan tagar di salah satu media sosial TikTok bahkan menembus angka 19 juta pelihat.

Salah satu pemilih muda menyatakan di surat kabar online nasional jika dia akan memilih salah satu pasangan calon karena terlihat ‘gemoy’ secara visual AI.

Fenomena seperti inilah yang menjadi salah satu bukti kampanye kreatif yang positif lebih dekat dengan sentimen mayoritas pemilih muda dalam pemilu 2024.

Momentum ini juga membuat penyampaian sosialisasi program lebih kreatif dan mudah diterima oleh masyarakat.

Menariknya, fenomena ini juga membuat pemilu Indonesia jadi atraktif untuk media luar negeri yang mengapresiasi kreativitas dari seluruh tim peserta pemilu di 2024 ini.

Selain dari kreativitas visual untuk menarik massa, AI juga memiliki peranan sebagai alat analisis data, salah satunya untuk mengukur sentimen, media sosial monitoring, hingga prediksi hasil.

Tidak bisa dipungkiri, kampanye pemilu kemarin juga merupakan ‘war’ atau perang awareness di media sosial antarpaslon (pasangan calon). AI juga membantu para calon peserta pemilu untuk mengidentifikasi karakteristik publik atau masyarakat tempat mereka berkontestasi.

Dilansir dari Reuters, Yose Rizal, seorang Konsultan Politik yang merupakan pengembang aplikasi Pemilu.AI menyatakan bahwa dalam kontestasi pemilu kemarin, alat AI yang digunakan oleh kandidat merupakan alat komunikasi untuk membuat daftar prioritas politik maupun retargeting dan membantu menggambarkan citra karakter dari kandidat yang disesuaikan dengan daerah-daerah pemilih.

Dia juga mengungkapkan, berdasarkan pengumpulan data dari aplikasi Pemilu.AI diketahui sosok pemimpin yang paling diinginkan dari mayoritas masyarakat Indonesia yang merupakan Muslim adalah kriteria yang rendah hati dan religius.

Hadirnya kecerdasan buatan juga mempermudah para kandidat untuk membuat copywriting kebutuhan kampanye seperti naskah pidato, orasi dan lain sebagainya.

Hal ini terlihat dari susunan dan pemilihan kata-kata yang sangat menarik dan mengalir satu dengan lainnya.

Penggunaan Bots juga sangat berarti dalam meningkatkan dan mempermudah tim kampaye paslon dalam mengumpulkan umpan balik, integrasi media sosial, ketersediaan layanan 24 jam hingga polling dan survei.

Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan juga dilakukan pada saat penghitungan hasil suara. Sirekap, yang merupakan teknologi Optical Character Recognition (OCR) yang resmi digunakan oleh KPU diklaim mampu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas hasil pemungutan suara.

Meski dalam pelaksanaannya masih menuai banyak kritik dan ruang untuk improvement, fenomena ini menjadi bukti bagaimana kecerdasan buatan sudah digunakan dalam proses pemilu 2024 ini.

Bukan tidak mungkin, kedepan Pemilu akan sepenuhnya bergantung pada kecerdasan buatan. Sebut saja teknologi Computer Vision yang mampu mengartikan data visual dan menggantikan peran mata manusia, hal ini bisa dimanfaatkan untuk mengurangi kecurangan saat pemungutan suara.

Menanggapi fenomena AI dalam pemilu, Kominfo menerbitkan Surat Edaran (SE) yang bersifat panduan etik dalam penggunaan AI dalam kontestasi pemilu dengan anjuran mencantumkan deklarasi apa pun produk yang menggunakan alat bantuan AI harus secara terbuka dinyatakan kepada publik.

Namun, panduan tersebut bukanlah regulasi yang mengikat secara hukum melainkan sebagai pedoman.

Dalam konteks politik, penggunaan teknologi seperti kecerdasan buatan dapat menjadi faktor penting dalam mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun strategi kampanye, serta berinteraksi dengan pemilih.

Namun, informasi lebih lanjut mengenai hal ini harus diperoleh dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan aktual agar tidak menyesatkan publik.

AI sebagai kemajuan teknologi yang memudahkan saat ini memang harus dimanfaatkan dengan bijaksana.

Sejatinya, produk AI memberikan ruang kreativitas yang lebih luas dan beragam, namun harus tetap pada koridor nilai-nilai etika, kemanusiaan, hak cipta dan hukum yang berlaku.

Pemerintah sebagai lembaga yang berwenang diharapkan dapat memberikan perlindungan dan susunan regulasi yang jelas di mata hukum agar pemanfaatan kecerdasan buatan dalam hal kontestasi politik maupun kehidupan sehari-hari mampu memberikan manfaat positif, bukan sebaliknya. Semoga!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi