Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakai Topi Terbalik Disebut Efektif Mencegah Serangan Harimau, Ini Penjelasan Pakar

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/Sergey Fediv
Mengenakan topi terbalik disebut sebagai cara ampuh mengantisipasi serangan harimau.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Pengelola Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TN BBS) bersama pemerintah daerah (pemda) setempat mengeluarkan surat imbauan agar warga sekitar memakai topi terbalik dengan lidah topi menghadap ke belakang untuk mengantisipasi serangan harimau.

Dikutip dari Kompas.id, Selasa (27/2/2024), surat imbauan itu dikeluarkan lantaran diketahui adanya keberadaan harimau di Kecamatan Bandar Negeri Suoh dan Suoh, Lampung Barat, Lampung.

Adapun surat yang dibuat pada Kamis (22/2/2024) itu ditandatangani oleh sejumlah pihak, seperti Camat Bandar Negeri Suoh dan Suoh, Kepala Resor Suoh Balai Besar TN BBS, Kapolsek Bandar Negeri Suoh dan Suoh, Koramil Batu Brak, serta Kepala Wes WWF.

“Jika bertemu dengan harimau jangan membelakangi dan jika memungkinkan memakai topi terbalik (topi menghadap ke belakang),” bunyi keterangan dalam surat tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kronologi dan Dugaan Penyebab Harimau Berkeliaran di Jalanan Lampung

Alasan memakai topi terbalik

Bagian Humas Balai Besar TN BBS Decis Maroba mengungkapkan, warga diimbau memakai topi terbalik tersebut sebagai salah satu upaya pencegahan agar tidak diserang oleh harimau sumatera.

”Karena secara insting alami harimau sumatera selalu menerkam mangsanya dari belakang atau bagian tengkuk leher,” ucap Decis.

“Dengan pakai topi terbalik, harimau sumatera menyangka kita sedang berhadapan dengannya,” lanjutnya.

Ia menyebut, cara tersebut sebenarnya merupakan modifikasi. Sebelumnya, cara populer yang berkembang di masyarakat untuk mencegah serangan harimau adalah dengan memakai topeng pada bagian kepala belakang.

Namun, kebanyakan masyarakat atau petani hanya memakai topi. Dari situ, masyarakat diimbau menggunakan topi terbalik sebagai pengganti topeng wajah yang dipasang pada bagian kepala belakang.

Baca juga: Ramai Jadi Perbincangan, Mengapa Raja Hutan Itu Singa dan Bukan Harimau?

Perilaku harimau saat menyerang manusia

Dosen kedokteran hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Slamet Raharjo membenarkan bahwa penggunaan topi terbalik menghadap ke belakang menjadi salah satu antisipasi serangan harimau.

“Harimau mempunyai behavior (perilaku) menyerang dari belakang dan langsung menerkam leher,” ujar Slamet saat dihubungi Kompas.com, Rabu (28/2/2024).

Ia mengungkapkan, ada kepercayaan di masyarakat India bahwa cara menghindari atau mencegah serangan harimau liar adalah dengan memasang topeng wajah manusia di posisi belakang kepala atau menghadap ke belakang.

Menurutnya, penggunaan topeng di masyarakat India terbukti cukup signifikan menurunkan kasus serangan harimau pada manusia.

“Ketika ada topeng menghadap ke belakang, harimau mengira orang dapat melihat posisinya, sehingga harimau tidak berani menyerang atau menyergap,” kata dia.

“Tips ini banyak ditemukan pada literatur atau buku-buku konservasi satwa liar,” lanjutnya.

Meski begitu, ia tidak bisa memastikan seberapa signifikan pemakaian topi terbalik menghadap ke belakang itu.

Pasalnya, topi tidak terlalu berbentuk seperti wajah manusia yang tampak di topeng.

“Kalau topeng, ada bentukan mulut, hidung, dan mata. Jadi harimau seperti melihat wajah manusia,” tuturnya.

Baca juga: Disebut Sengaja Dibuat untuk Hiburan, Benarkah Harimau Putih Merupakan Kelainan Genetik?

Dipercaya muncul pada tahun 2000-an

Masih dari Kompas.id, menurut Landscape Manager Program Bukit Barisan Selatan Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP) Firdaus Affandi, tips menggunakan topi terbalik ini pertama kali muncul saat maraknya serangan harimau di Riau pada tahun 2000-an.

Cara itu, kata dia, diketahui dari pengalaman beberapa warga yang selamat dari serangan harimau tersebut.

Masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan hutan dan perkebunan sawit kemudian banyak menerapkan tips itu agar lolos dari terkaman hewan buas itu.

Meski begitu, Firdaus mengungkapkan bahwa manusia sebenarnya bukan mangsa harimau.

Dia menyebut, satwa liar itu mempunyai sifat alamiah untuk cenderung menghindar ketika mendeteksi keberadaan manusia, seperti dari suara dan langkah kaki.

”Kebanyakan peristiwa penyerangan harimau ke manusia merupakan suatu kondisi kecelakan atau ketidaksengajaan,” ucap Firdaus.

“Manusia kaget ketika bertemu harimau sehingga memicu reaksi dari satwa liar itu,” sambungnya.

Baca juga: Peningkatan Populasi Harimau di Nepal Harus Dibayar Mahal dengan Nyawa Manusia

Imbauan lain

Selain pemakaian topi terbalik, surat imbauan tersebut juga meminta masyarakat menghindari aktivitas sendirián di kebun, setidaknya berkelompok minimal tiga orang.

Masyarakat juga diimbau tidak beraktivitas di kebun pada waktu tertentu, ketika harimau sedang menjadi agresif, yakni sejak pukul 15.00 WIB hingga keesokan paginya pukul 10.00 WIB.

Surat edaran itu juga menyebutkan, jika bertemu harimau, warga diimbau tidak berjalan membelakangi hewan buas itu.

Dalam surat tersebut, juga diimbau agar tidak pergi ke kebun yang terdampak konflik harimau (wilayah TN BBS) selama proses penangkapan pada 22 Februari-7 Maret 2024.

Baca juga: Selamatkan Harimau Sumatra!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi