Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Paparan Kipas Angin Berlebih Bisa Menyebabkan Bell's Palsy pada Anak?

Baca di App
Lihat Foto
Instagram
Tangkapan layar soal narasi kipas angin bisa menyebabkan bells palsy pada anak.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Unggahan yang menyebutkan bahwa penggunaan kipas angin berlebih dapat menyebabkan kondisi bell's palsy, ramai di media sosial.

Unggahan tersebut dimuat di akun Instagram @sehatyuks.id pada Selasa (19/12/2023).

"GUNAKAN KIPAS ANGIN SEWAJARNYA ATAU SELALU BERSIHKAN KIPAS ANGIN AGAR ANAK TIDAK TERKENA BELLS PALSY," tulis narasi dalam unggahan.

Untuk diketahui, bell's palsy adalah kondisi yang menyebabkan kelemahan otot secara tiba-tiba di salah satu sisi wajah.

Hingga Sabtu (2/3/2024) siang, unggahan tersebut sudah disukai sebanyak 43.800 pengguna dan mendapatkan lebih dari 1.590 komentar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, benarkah penggunaan kipas angin berlebih pada anak bisa picu bell's palsy?

Baca juga: China Jadi Negara dengan Biaya Membesarkan Anak Termahal di Dunia

Penjelasan dokter 

Dokter spesialis anak di Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Aisya Fikritama mengatakan bahwa masyarakat seringkali keliru dalam persoalan bell's palsy, terutama pada anak-anak.

"Ini seringkali terjadi mitos di masyarakat, sebenarnya bell's palsy sendiri adalah suatu kondisi lumpuh atau lemahnya satu sisi otot wajah yang disebabkan oleh peradangan pada saraf yang bertugas untuk mengendalikan otot wajah," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (2/3/2024).

Aisya mengatakan, peradangan tersebut diduga terjadi karena infeksi virus.

Meskipun ada pula dugaan bila bell's palsy itu terjadi karena paparan udara dingin seperti penggunaan AC dan kipas angin, namun hal tersebut tidak sepenuhnya benar.

"Memang paparan udara dingin seperti penggunaan AC atau kipas angin menjadi salah satu faktor yang bisa memicu munculnya bell's palsy. Ini karena keduanya itu bisa menjadi alat pembantu dalam penyebaran virus yang bisa menyebabkan bell's palsy," jelasnya.

"Jadi penyebab bell's palsy itu bukan sepenuhnya karena kipas angin, melainkan dari infeksi virus dan kekebalan tubuh yang lemahlah yang menjadi penyebab utama dari kondisi bell's palsy," imbuhnya.

Baca juga: Viral, Video Perempuan Terkena Bells Palsy Diduga Sering Gunakan Kipas Angin, Ini Kata Dokter

Penyebab belum diketahui secara pasti

Meski demikian, ia mengatakan bahwa hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab bell's palsy itu sendiri.

"Untuk penyebab secara pasti dari kondisi bell's palsy belum diketahui secara pasti, tapi ini diduga karena kondisi saraf yang mengendalikan wajah itu terganggu," ucap Aisya.

Akan tetapi, ada beberapa kondisi yang mungkin menjadi pemicu munculnya bell's palsy, seperti:

  • Cedera pada kecelakaan
  • Luka robek pada dagu
  • Retak pada tulang tengkorak
  • Kelumpuhan wajah turunan

Selain itu, bell's palsy juga bisa terjadi pada anak yang terlahir dengan kelemahan pada wajah.

Tak hanya itu, beberapa infeksi virus dicurigai juga berperan sebagai penyebab bell's palsy, beberapa di antaranya seperti:

  • Herpes simpleks
  • Cacar air
  • Herpes zoster
  • Cytomegalovirus atau CMV
  • Adenovirus
  • Campak jerman atau rubella
  • Gondongan dan beberapa lainnya.

"Jadi kalau stres dan sedang sakit, itu bisa menjadi pemicu potensial. Begitu juga dengan trauma fisik yang baru terjadi, kurang tidur, dan kondisi imun yang lemah," imbuhnya.

Baca juga: Ramai soal Susu Campur Kemiri untuk Masker Wajah, Ini Kata Dokter

Bell's palsy bisa terjadi pada segala usia

Aisya menyampaikan, gejala bell's palsy muncul secara tiba-tiba, biasanya ditandai dengan salah satu sisi wajah yang mengalami kelumpuhan.

"Jadi wajahnya sulit berekspresi atau 'perot' tapi bukan stroke, air liurnya berlebih, nyeri di sekitar rahang atau di belakang telinga, lebih peka terhadap suara, dan sakit kepala," jelas dia.

Gejala bell's palsy kemudian berkembang lantaran wajah kekurangan suplai darah dan adanya tekanan pada saraf kranial, tepatnya pada saraf fasialis, yang menyebabkan kelumpuhan saraf.

Saraf tersebut berperan dalam mengontrol gerakan menutup mata, ekspresi wajah, menerima rangsangan rasa pada lidah, dan merangsang produksi air liur.

Ia menambahkan, bell's palsy dapat dialami oleh segala usia, namun umumnya lebih sering terjadi pada orang tua dibandingkan anak-anak.

"Sebetulnya orang tua lebih sering mengalami bell's palsy daripada anak-anak, meskipun gangguan ini dapat terjadi di segala usia," ucapnya.

Baca juga: Benarkah Kulit Wajah Perih Tanda Skincare Mengandung Merkuri? Ini Kata Ahli

Pengobatan untuk bell's palsy

Selain itu, kata Aisya, ada beberapa orang yang lebih berisiko mengalami bell's palsy, yakni wanita hamil, penderita penyakit pernapasan, dan penderita diabetes.

Meski begitu, Aisya mengungkapkan, kebanyakan kasus bell's palsy bisa sembuh sepenuhnya.

Kemudian, menurut dia, pada kasus ringan, bell's palsy tidak memerlukan tindakan medis tertentu karena bisa pulih dengan sendirinya.

"Akan tetapi kalau menunjukkan gejala yang berat, dokter akan menanganinya dengan penggunaan obat-obatan ataupun fisioterapi untuk mengoptimalkan fungsi saraf," jelas dia.

Sementara itu, ada beberapa pengobatan rumahan yang mungkin bisa dicoba untuk mengurangi efek dari bell's palsy, seperti:

  • Menggunakan obat tetes mata pada siang hari dan salep mata pada malam hari untuk mengurangi iritasi pada mata karena sarafnya terganggu.
  • Istirahat yang cukup
  • Memakai kacamata saat keluar rumah
  • Mengindari paparan udara yang dingin.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi