Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makanan Ultra Proses Dikaitkan dengan 32 Masalah Kesehatan, Termasuk Obesitas

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan layar website Kemenkes
Bahaya makanan ultra proses.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Memperingati Hari Obesitas Sedunia yang digelar setiap 4 Maret, dokter gizi komunitas dari Dr Tan & Remanlay Institute, Tan Shot Yen mengungkap penyebab obesitas dari sisi pola makan.

Menurutnya, faktor terbesar penyebab obesitas adalah konsumsi makanan ultra proses. Sayangnya, makanan ultra proses ini berisiko menggantikan produk makan lain karena lebih mudah ditemui dan dikonsumsi.

Makanan ultra proses adalah makanan yang telah diubah untuk memasukkan lemak, pati, gula, garam, dan minyak terhidrogenasi yang diekstrak dari makanan lain.

"Problemnya ada di mana produk pangan ultra proses ini? Tentu sebagai pencetus obesitas," kata Tan, dikutip dalam siaran langsung di Youtube Kementerian Kesehatan, Senin (4/4/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tan juga menyampaikan bahwa makanan ultra proses dirancang untuk menciptakan kecanduan.

Produk makanan ultra proses ini dijual dengan menyasar anak-anak yang sedang dalam proses pertumbuhan dan masyarakat dengan kelompok menengah ke atas.

Saat ini, makanan ultra proses mencakup hampir 60 persen makanan untuk orang dewasa dan 70 persen untuk anak-anak.

Lantas, apa saja bahaya konsumsi makanan ultra proses bagi tubuh?

Baca juga: 7 Manfaat Jalan Kaki, Turunkan Risiko Obesitas dan Penyakit Jantung

Bahaya makanan ultra proses

Makanan ultra proses seringkali mengandung lemak jenuh, garam, dan gula dalam tingkat yang tinggi. Ada juga dugaan bahwa makanan ini mengandung zat aditif sehingga berdampak negatif bagi kesehatan tubuh.

Tingginya konsumsi terhadap makanan ultra proses bisa menyebabkan munculnya risiko penyakit kronis seperti obesitas.

Empat dari lima penelitian menemukan bahwa konsumsi makanan ultra proses dikaitkan dengan kelebihan berat badan atau obesitas, seperti dilansir dari National Library of Medicine.

Studi tambahan melaporkan hubungan antara makanan ultra proses dan glukosa puasa yang lebih tinggi, sindrom metabolik, peningkatan kolesterol total dan LDL, serta risiko hipertensi.

Penelitian terbaru yang melibatkan para ahli dari sejumlah institusi terkemuka, termasuk Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di AS, University of Sydney, dan Sorbonne University di Perancis menemukan bahwa konsumsi makanan ultra proses dikaitkan dengan 32 masalah kesehatan.

"Secara keseluruhan, hubungan langsung ditemukan antara paparan makanan ultra-olahan dan 32 parameter kesehatan yang mencakup kematian, kanker, dan hasil kesehatan mental, pernapasan, kardiovaskular, pencernaan, dan metabolisme," tulis penelitian tersebut, dilansir dari The Guardian.

Studi itu mengungkap, konsumsi yang lebih besar pada makanan ultra proses dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terhadap kesehatan, seperti kardiometabolik, gangguan mental umum, dan kematian.

Temuan ini memberikan alasan untuk mengembangkan dan mengevaluasi efektivitas penggunaan langkah-langkah berbasis populasi dan kesehatan masyarakat untuk menargetkan dan mengurangi paparan makanan ultra-olahan untuk meningkatkan kesehatan manusia.

Berikut beberapa jenis makanan yang termasuk ke dalam kategori makanan ultra proses:

  • Minuman ringan
  • Camilan kemasan
  • Roti produk massal
  • Produk nugget dan makanan beku
  • Aneka produk yang tidak lagi mengandung bahan utuh
  • Sereal manis
  • Makanan siap saji
  • Makanan yang melewati proses industri dan sering kali mengandung pewarna, pengemulsi, perasa, dan bahan tambahan lainnya. Produk-produk ini juga cenderung tinggi gula, lemak, dan/atau garam, namun rendah vitamin dan serat.

Baca juga: 8 Bahaya Minum Es Teh Setiap Hari, dari Diabetes hingga Obesitas

Tanda dan gejala obesitas

Umumnya, pada tahap awal, tidak ada gejala yang dirasakan penderita obesitas.

Namun, penyakit obesitas bisa didiagnosis dari indeks massa tubuh (body mass index/BMI) yang dimiliki seseorang.

IMT dihitung dengan berat badan (dalam kg) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter).

Apabila IMT seseorang lebih dari 27, maka dia dianggap mengalami obesitas, merujuk pada Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Berikut faktor yang meningkatkan risiko obesitas:

  • Faktor genetik
  • Pola makan tidak sehat
  • Jarang bergerak
  • Kurang olahraga
  • Menderita penyakit tertentu
  • Usia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi