Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Fenomena Awan Berputar di Langit Bali, Warganet Kaitkan dengan Tornado

Baca di App
Lihat Foto
Instagram
Tangkapan layar video awan berputar di Bali, Jumat (1/3/2024).
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sebuah video yang menunjukkan terjadinya fenomena awan berputar di langit Bali ramai di media sosial Instagram.

Kejadian tersebut diunggah oleh akun @silviadewi_18 kemudian ditayangkan ulang akun @punapibali pada Minggu (3/3/2024).

Dalam video, awan di kawasan Siligita, Nusa Dua, Bali pada Jumat (1/3/2024) tampak pekat dan berputar dengan kecepatan yang lambat.

Warganet kemudian mengaitkan fenomena tersebut dengan kejadian angin kencang yang beberapa hari lalu terjadi di Bandung dan Sumedang, Jawa Barat, tepatnya pada Rabu (21/2/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mirip super cell, awas bisa membentuk petir, lebih baik berteduh di tempat yg aman," tulis akun @cang******.

"Waduh semoga gak kenapa2, bbrp hari yg lalu juga sempat terjadi Tornado di Jawa Barat," kata akun yang lain.

Baca juga: Warganet Sebut Beberapa Wilayah Sering Dilanda Petir, Ini Kata BMKG

Penjelasan BMKG Bali

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Bali merespons beredarnya video awan berputar di Nusa Dua.

Forecaster on Duty BMKG Stasiun Klimatologi Bali, Diana Hikmah, mengatakan beberapa pihak mengaitkan fenomena tersebut dengan angin puting beliung.

Namun, pihaknya memastikan belum terlihat adanya pusaran angin yang terhubung dari permukaan hingga awan cumulonimbus (CB) yang menjadi ciri khas dari angin puting beliung.

"Jadi berdasarkan hal tersebut, dapat kami simpulkan sementara bahwa itu adalah hanya angin kencang," ujar Diana kepada Kompas.com, Rabu (6/3/2024).

"Disebabkan oleh hembusan arus vertikal awan cumulonimbus," tambahnya.

Diana menjelaskan, pertumbuhan awan cumulonimbus sangat bergantung pada dua faktor, yakni kondisi atmosfer pada saat itu dan ketersediaan uap air di atmosfer.

"Karena wilayah Bali masih dalam periode musim hujan menuju musim kemarau maka potensi untuk tumbuhnya awan cumulonimbus juga masih tinggi," terang Diana.

Baca juga: Warga Rekam 2 Matahari di Mentawai, Ini Kata BMKG tentang Matahari Kembar

Prakiraan cuaca Bali hingga 10 Maret 2024

Sementara itu, BMKG Stasiun Klimatologi Bali menyampaikan bahwa Bali berpotensi dilanda hujan sedang-lebat hingga 10 Maret 2024.

Hal tersebut disampaikan BMKG Stasiun Klimatologi Bali melalui akun Instagram resminya @iklim_bali pada Jumat (1/3/2024).

BMKG Stasiun Klimatologi Bali menjelaskan, wilayah yang berpotensi diguyur hujan sedang-lebat adalah Bali bagian tengah dan timur.

"Kondisi ini dapat juga disertai dengan petir dan angin kencang," tulis BMKG dalam keterangan unggahan.

Selain itu, BMKG juga menyebutkan, Bali masuk wilayah yang berpotensi dilanda gelombang tinggi hingga 2,5 meter.

Gelombang tinggi disebabkan oleh pola angin di wilayah Indonesia bagian utara yang umumnya bergerak dari Timur Laut-Timur dengan kecepatan angin berkisar 6-25 knot.

"Sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan umumnya bergerak dari Barat Daya-Barat dengan kecepatan 4-20 knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di Selat Sunda, perairan selatan Jawa Timur, Laut Jawa, Selat Makassar, Laut Sulawesi, perairan utara Kep. Sangihe," tulis BMKG dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Rabu.

Baca juga: Warganet Mengeluh Cuaca Terasa Gerah Walau Turun Hujan, Ini Penjelasan BMKG

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi