Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Guru SMA Kena Gejala Mirip Flu, Berakhir Tangan dan Kaki Diamputasi

Baca di App
Lihat Foto
Dok. David Moody
Potret Sherri Moody yang alami gejala mirip flu tapi ternyata idap pneumonia ganda sehingga harus diamputasi [Dok. David Moody].
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sherri Moody (51) yang bekerja sebagai guru SMA di Texas, Amerika Serikat terbiasa mengalami flu setahun sekali. Sayangnya, gejala mirip flu yang dialaminya pada 2023 berujung pada amputasi pada beberapa bagian tubuhnya.

Pada April 2023, Sherri mengikuti karyawisata bersama muridnya. Saat itu, dia mulai merasa tidak enak badan, layaknya gejala flu.

Awalnya Sherri tidak menganggap kondisi ini sebagai masalah besar.

Beberapa hari kemudian, gejala mirip flu itu menjadi lebih serius. Sherri menjadi lesu, terkena demam tinggi, muntah, dan kesulitan bernapas. Sang suami, David (53) pun memaksanya untuk pergi ke rumah sakit.

“Saya belum pernah pergi ke UGD sebelumnya dalam hidup saya. Saya sangat sehat, sangat bugar. Saya makan dengan benar, berolahraga," ujar Sherri, diberitakan People (27/2/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil pemeriksaan menunjukkan, Sherri menderita pneumonia ganda yang menyerang kedua paru-parunya akibat bakteri Streptococcus.

Baca juga: Batuk, Demam, dan Sakit Kepala, Kenali 9 Gejala Pneumonia yang Perlu Diwaspadai Berikut Ini


Alami pneumonia dan sepsis

Orang yang mengidap pneumonia Streptococcus akan mengalami gejala yang sekilas mirip flu, termasuk demam menggigil, batuk, kesulitan bernapas, dan nyeri dada.

Dokter juga memberi tahu keluarga bahwa Sherri menderita sepsis atau peradangan ekstrem akibat infeksi tersebut.

Sepsis adalah reaksi berlebihan dari sistem imun tubuh dalam melawan infeksi, dan kondisi ini biasanya bisa mengancam jiwa.

Dokter tidak tahu Sherri tertular bakteri penyebab infeksi selama karyawisata sekolah atau sebelum itu. Namun, mayoritas penderita infeksi terjadi karena tertular di tempat kerja, sekolah, atau rumah.

Kondisi Sherri semakin rumit karena perempuan itu mengonsumsi obat penekan sistem kekebalan tubuh untuk mengobati penyakit rheumatoid arthritis.

Obat tersebut meringankan gejala gangguan autoimun dengan menekan sistem kekebalan tubuh, namun akibatnya, obat tadi dapat menurunkan kemampuan seseorang untuk melawan infeksi.

Sherri menganggap kondisinya saat itu sebagai "badai yang sempurna". Sang suami menyebutnya, "berperang melawan penyakit tanpa senjata".

Baca juga: Risiko Penyakit Diabetes pada Kaki, Bisa Berujung Amputasi

Kondisi memburuk dan diamputasi

Dua hari setelah pulang dari UGD, Sherri mengalami komplikasi syok septik ginjal. Keadaan ini menyebabkan tekanan darah sangat rendah dan kegagalan organ.

Saat itu, paru-paru dan ginjal Sherri mulai mati. Dokter terpaksa membuat Sherri koma dengan diinduksi secara medis. Tindakan ini dilakukan agar dokter dapat menyelamatkan nyawanya di UGD.

Metode pengobatannya dengan pemberian obat vasopresor untuk menjalankan organ tubuh. Namun, obat ini memiliki efek samping menyempitkan pembuluh darah, menghambat aliran darah, dan memaksa jantung bekerja lebih keras.

Hal ini menyebabkan nekrosis atau kematian sel dan jaringan, yang akhirnya berakhir pada  amputasi. .

“Saya benar-benar menyaksikan kaki dan tangan istri saya mati. Semua jadi hitam dan mirip mumi," ujar David, dikutip dari Today (27/2/2024).

Ketika bangun dari koma, Sherri mengetahui dokter menyelamatkan nyawanya tapi tidak bisa menyelamatkan anggota tubuhnya.

Kakinya diamputasi dari bawah lutut pada Juni 2023. Lengannya diamputasi dari bawah siku bulan berikutnya. Sherri baru pulang pada Agustus setelah dirawat empat bulan di rumah sakit dan satu bulan di fasilitas rehabilitasi.

Baca juga: 3 Penyebab Infeksi Pneumonia, Faktor Risiko, dan Gejalanya

Berusaha positif meski sulit

Sherri kini menggunakan kursi roda listrik untuk beraktivitas. Dia menggunakan karet di lengannya untuk memegang garpu saat makan.

Ibu dari satu anak laki-laki itu mengaku punya mental yang kuat. Namun, dia tetap merasa frustrasi karena kehilangan kemandirian dan tidak mampu melakukan hobinya membuat kue.

“Saya hanya memilih untuk bahagia. Bukan berarti saya tidak mengalami gangguan mental sesekali dan hanya menangis sedikit. Saya tidak membiarkannya bertahan lama," katanya.

Sherri juga mendapatkan dukungan dari orang-orang sekitarnya yang membantu menggalang dana dan membuat halaman khusus di Facebook. Sementara itu, David keluar dari pekerjaannya demi merawat Sherri penuh waktu.

Sayangnya, Sherri perlu menjalani perawatan selama tiga hari seminggu. Karena itu, dia belum bisa mendapatkan prostetik untuk kaki dan tangan palsu.

Sherri masih akan menjalani operasi kompleks untuk memperbaiki tempurung lututnya. Jika tidak berhasil, dokter harus mengamputasi kakinya dari atas lutut sehingga dia mungkin tidak bisa berjalan dengan kaki palsu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi