Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Fenomena Hujan Berlian di Planet Uranus dan Neptunus, Apa Penyebabnya?

Baca di App
Lihat Foto
dok. NASA
Ilustrasi planet Uranus dan Neptunus.
|
Editor: Muhammad Zaenuddin

KOMPAS.com - Uranus dan Neptunus adalah dua planet terjauh dari Matahari sebagai pusat tata surya.

Kedua planet tersebut adalah memiliki warna biru yang serupa untuk penampilannya, dan sering kali dijuluki sebagai raksasa es.

Jauh di bawah puncak awan hijau atau biru Uranus dan Neptunus, terdapat banyak air, amonia, dan metana.

Disamping penampilannya yang eksotis, planet Uranus dan Neptunus juga memiliki salah satu fakta unik yang dikenal sebagai fenomena diamond rain atau hujan berlian.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Memiliki 146 Bulan, Berikut 7 Fakta Menarik tentang Planet Saturnus


Lantas, apa itu hujan berlian yang terjadi di planet Uranus dan Neptunus?

Mengenal planet Uranus dan Neptunus

Dikutip dari laman NASA, Uranus adalah planet yang sangat dingin dan berangin. Raksasa es ini dikelilingi oleh 13 cincin samar dan 28 bulan kecil.

Satu hari di Uranus membutuhkan waktu sekitar 17 jam waktu bumi. Ini adalah jumlah waktu yang dibutuhkan Uranus untuk berputar satu kali pada porosnya.

Kemudian Uranus menyelesaikan orbitnya mengelilingi Matahari (satu tahun waktu Uranus) dalam waktu sekitar 84 tahun waktu Bumi.

Baca juga: Mengenal Planet Terpanas di Tata Surya, Punya Suhu Rata-rata 464 Derajat Celsius

Sedangkan Neptunus adalah planet yang tidak memiliki permukaan padat. Atmosfernya sebagian besar terdiri dari hidrogen, helium, dan metana.

Kurang lebih 80 persen atau lebih massa Neptunus terdiri dari cairan padat panas yang terdiri dari material "es" – air, metana, dan amonia – di atas inti kecil berbatu.

Satu hari di Neptunus atau waktu yang dibutuhkan untuk berotasi memakan waktu sekitar 16 jam di Bumi.

Namun, Planet Neptunus melakukan orbit penuh mengelilingi Matahari (satu tahun waktu Neptunus) dalam waktu sekitar 165 tahun Bumi.

Baca juga: Mengapa Mars Dijuluki sebagai Planet Merah? Ini Alasannya

Penyebab hujan berlian di Uranus dan Neptunus

Dilansir dari laman Space.com, gagasan tentang hujan berlian pertama kali diusulkan sebelum misi Voyager 2 diluncurkan pada 1977.

Alasannya cukup sederhana, bahan Uranus dan Neptunus terbuat dari air, amonia, dan metana.

Dan benda-benda tersebut dapat menjadi semakin panas dan padat jika semakin jauh masuk ke dalam planet.

Baca juga: Alasan Pluto Dikeluarkan dari Daftar Planet Tata Surya, Mengapa?

Pemodelan matematis membantu memberikan rincian bahwa wilayah terdalam dari mantel planet-planet ini kemungkinan memiliki suhu sekitar 6.727 derajat Celcius dan tekanan 6 juta kali lipat dari atmosfer bumi.

Model yang sama memberi tahu peneliti bahwa lapisan terluar mantel planet agak lebih dingin, yakni 1.727 Celsius dan tekanannya tidak terlalu kuat (200.000 kali tekanan atmosfer bumi).

Pada suhu dan tekanan seperti itu, khususnya pada metana, tekanan yang kuat dapat memecah molekul dan melepaskan karbon.

Baca juga: Mengapa Planet-planet di Tata Surya Berbentuk Bulat? Berikut Penjelasannya

Karbon kemudian menemukan karbon lain dan membentuk rantai panjang. Rantai panjang tersebut kemudian saling berdempetan membentuk pola kristal seperti berlian.

Formasi berlian yang padat kemudian turun melalui lapisan mantel hingga menjadi terlalu panas, di mana mereka menguap dan mengapung kembali dan mengulangi siklus tersebut.

Fenomena pengulangan tersebut yang kemudian disebut sebagai hujan berlian.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi