Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Kasus Kalideres, Mengapa Orang Menginginkan Sertifikat Habib?

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/Milos Lopusina
Ilustrasi penipuan sertifikat habib.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Seseorang berinisial JMW (24) ditangkap polisi karena membuat sertifikat habib palsu di Kalideres, Jakarta Barat pada Rabu (28/2/2024).

Dalam aksinya, JMW menggunakan situs bernama https://maktabdaimi.blogspot.com. Situs tersebut berisi nasab (keturunan) semua habib yang sudah terdata di Rabithah Alawiyah.

Sehingga, JMW juga mencatut nama organisasi Rabithah Alawiyah dalam modus penipuannya.

JMW menawarkan pada orang-orang yang ingin namanya terdaftar di Rabithah Alawiyah untuk mengurus lewat dirinya, yaitu jalur tidak resmi dengan membayar tarif Rp 4 juta.

Setidaknya, sudah ada enam orang yang tertipu pembuatan sertifikat habib palsu oleh JMW tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pada sekitar Desember 2023, korban (pelapor) mendapat informasi bahwa ada blogspot yang mengaku sebagai blogspot resmi milik organisasi Rabithah Alawiyah," ujar Direktur Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Kombes Ade Safri Simanjuntak, dikutip dari Kompas.com, Senin (4/3/2024).

Perlu diketahui, gelar habib diberikan kepada mereka yang mempunyai garis keturunan langsung dengan Nabi Muhammad SAW.

Total, JMW mendapatkan keuntungan setidaknya Rp 18,5 juta dari aksi penipuannya tersebut.

Kasubdit Tipid Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Ardian Satrio Utomo mengatakan, total keuntungan tersebut masih penghitungan sementara.

"Kerugian (keuntungan bagi pelaku) dan jumlah korban sementara. Kami masih menyelidiki lebih lanjut," ucap Ardian, dilansir dari Kompas.com, Senin (4/3/2024).

Lantas, mengapa ada orang yang ingin mempunyai sertifikat habib?

Baca juga: Polisi: Surat E-tilang Dikirim lewat WhatsApp adalah Modus Penipuan

Penjelasan sosiolog

Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Ida Ruwaida menilai, masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan menilai status dan reputasi seseorang dari simbol atau atribut yang digunakan.

Oleh karena itu, kata dia, tidak heran jika beberapa orang menginginkan gelar “habib” di nama mereka.

“Mereka tertipu karena memercayai figur-figur yang tampil agamis, tampil meyakinkan dengan simbol-simbol kemapanan, dan lainnya,” ujar Ida, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (8/3/2024).

Lebih lanjut, menurutnya, orang yang tertipu tersebut belum terbangun atau terbiasa untuk kritis dalam menanggapi sejumlah hal.

Termasuk untuk mempertanyakan atau menggali lebih jelas dan mendalam agar tidak tertipu di kemudian hari.

“Dengan demikian, pada konteks masyarakat Indonesia, keberadaan habib seolah jadi simbol religius, bahkan ada yang dianggap makbul doa-doanya,” tuturnya.

Baca juga: Ramai soal Modus Penipuan Kirim Dokumen WhatsApp Mengatasnamakan BNI, Ini Kata Pihak Bank

Modal mendapat perlakuan khusus

Ida mengatakan, beberapa orang menginginkan sertifikat habib lantaran adanya anggapan bahwa masyarakat akan memperlakukan seorang habib beda dibandingkan orang biasa.

Kebanyakan masyarakat akan menempatkan habib di lapisan sosial yang perlu dihormati dan disanjung. Mengingat, habib adalah keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW.

“Dengan penampilan atau gaya pakaian serta juga wajah dan bahasa kearab-araban (meski bukan keturunan Nabi Muhammad SAW), maka dianggap sebagai modal untuk bisa mendapatkan perlakuan khusus,” kata Ida.

“Termasuk bisa mendapat kepercayaan masyarakat, misalnya mengurus umrah dan sebagainya,” imbuhnya.

Baca juga: Awal Mula Terungkapnya Modus Penipuan Dokter Gadungan Elwizan

Sebagai status kehormatan

Terpisah, sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono menerangkan, banyak orang menginginkan gelar habib untuk mendapatkan kehormatan di kalangan masyarakat.

"Untuk dapat pengakuan kalau bisa jadi habib, punya fungsi status kehormatan. Itu kalau di Solo, sama dengan gelar ningrat. Tapi kalau di keagamaan, khususnya Islam, habib itu sangat dihormati," ucap Drajat, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (9/3/2024).

Ketika dihormati orang lain, maka ia akan merasa senang karena lebih dihargai daripada sebelumnya.

Nantinya, gelar habib tersebut bisa digunakan sebagai sarana masuk ke dalam kelompok yang mempunyai gelar sama.

Bahkan menurutnya, jika disalahgunakan, bisa menyangkut kepentingan politik karena diakui oleh banyak orang.

"Kepentingan-kepentingan praktis ini, dalam beberapa hal mungkin juga menyangkut kekuasaan diakui oleh banyak massa, sehingga kemudian menggerakan massa," jelas Drajat.

"Itu sangat berguna untuk politik, atau juga diakui untuk mendapat kemudahan akses-akses sumber ekonomi," sambungnya.

Baca juga: Video Viral Penipuan dengan Modus Uang Kembalian Kurang di Bantul, DIY

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi