Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Editor Buku Lepas, Ghostwritter
Bergabung sejak: 27 Mei 2022

Editor Buku

Tidur

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi pilot.
Editor: Sandro Gatra

PIKIRAN kita acap mengembara kemana-mana. Dari dapur, bisa mengembara ke rumah tetangga. Dari rumah, kadang langsung lari ke ruang kerja di kantor nun jauh di sana.

Pengembaraan yang tak terkontrol mendatangkan halu melelahkan. Pikiran yang lelah membuat hidup tak nyaman.

Maka dari itu, seorang teman berprofesi sebagai dokter, selalu mengingatkan untuk "mematikan" pikiran beberapa saat. Jangan biarkan pengembaraan itu tanpa istirahat.

Istirahat yang tepat adalah tidur. Kata seorang Buddhis, tidur adalah obat mujarab dan tonik terbaik dalam hidup.

Tidur adalah tonik alami untuk menyegarkan kembali manusia yang lelah. Tidur adalah keadaan di mana pikiran beristirahat dengan tenang. Pikiran yang mengembara mendapatkan istirahat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini adalah cara alam mengisi pikiran dengan energi segar dan kedamaian dengan membiarkannya beristirahat pada sumbernya ketika ia lelah dengan menjelajahi jalan-jalan objek melalui arus suka dan duka.

Orang yang sedang tidur tidak sadar akan dunia luar. Dia tidak menyadari tubuh fisiknya sendiri. Dia tidak memiliki kesadaran, bahkan saat dia tertidur.

Namun setelah tidur nyenyak, tubuh, pikiran, dan saraf menjadi vital dan siap untuk aktivitas baru. Manusia merasakan kegembiraan dan kebahagiaan yang luar biasa serta kebebasan dari segala kesakitan saat tidur. Oleh karena itu, tidur sangatlah penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan pikiran.

Tinggal kita mengatur waktu, kapan saat tepat untuk tidur. Acap ditemui orang-orang yang tidur pada waktu salah.

Sempat viral, anggota DPR tidur saat sidang. Jelas, ini tidak tepat waktu. Atau, hari-hari ini lagi trending berita pilot dan kopilot Batik Air ketahuan sama-sama tidur selama 28 menit saat menjalankan tugas "nyopir" Airbus A320 Kendari-Jakarta pada 24 Januari 2024. Ini juga keliru.

"Tertidur itu bukan hal normal ketika kita berada dalam penerbangan sebagai aktif crew (pilot sedang bertugas)," kata seorang mantan senior flight attendant (SFA) maskapai ternama di Asia.

Menurut sang mantan ini, ketika muncul berita pilot dan kopilot tertidur selama 28 menit, tampaknya ada kesalahan di cabin crew.

Kenapa? Kokpit bukanlah ruang istimewa bagi pilot. Crew, terutama SFA, mesti tahu ada apa di dalam kokpit selama penerbangan.

Tugas SFA adalah cek kokpit setiap maksimal 25 menit sekali. Kalau 25 menit tak dikontrol, apalagi sampai 28 menit, berarti kelalaian tugas.

Andai, kata mantan SFA itu, dalam 25 menit dilakukan cek kokpit, maka tak akan kejadian pilot dan kopilot tidur.

"Kalau saya masih terbang dulu, saya tongkrongin tuh kokpit. Saya kayak jadi emak".

Maka dari itu, SFA musti tahu code access kokpit. Jika dari dalam kokpit tak respons, SFA wajib masuk.

SFA hanya satu sisi. Adapun sisi lain tentu dari pilot dan kopilot itu sendiri. Mereka tahu jadwal terbang, dan mereka sadar benar kapan harus istirahat cukup.

Mirip pesepakbola profesional, tahu kapan harus istirahat, kapan latihan, dan kapan menghindari makanan tak bergizi saat akan bertanding.

Bagaimanapun yang bisa mengukur cukup tidaknya kualitas istirahat adalah yang bersangkutan.

Dalam hal kasus Batik Air ini, jelas kopilot kurang istirahat. Dia memberikan keterangan bahwa dia memang sedang kurang istirahat karena habis pindah rumah dan membantu istrinya mengasuh bayi kembar yang baru berusia sebulan.

Seharusnya, ketika kurang istirahat, mesti bilang ke pilot. Bukan justru menggantikan tugas pilot.

Maka yang kemudian terjadi, kopilot tertidur saat menggantikan tugas pilot. Dan pilot kaget saat dia terjaga, kopilot di sisinya dalam keadaan tidur. Hitung punya hitung, 28 menit mereka tertidur.

Dalam hitungan 28 menit jalur pesawat sudah melenceng, keluar dari jalur semestinya. Seorang penumpang mengaku sampai ke Cianjur. Ada juga yang mengaku melihat pantai selatan. Andai lebih 28 menit, bisa-bisa sampai ke Samudera Hindia.

Sungguh, 28 menit yang mengerikan. Nasib 153 penumpang dipertaruhkan karena tidur.
Patut dipertanyakan kepatuhan crew dalam mengikuti pola istirahat sebelum dan sesudah terbang sesuai Fatigue Risk Management System (FRMS) perusahaan. Sekalian dipertanyakan kualitas FRMS maskapai.

Dari pendalaman itulah bisa ditentukan sanksi. Bukan sanksi basa-basi demi meredam viral dan trending. Namun sanksi proporsional dengan 153 nyawa penumpang.

Kita tunggu, sejauh mana sanksi yang bakal dijatuhkan. Senyampang menunggu, bolehlah tidur lebih dari 28 menit.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi