KOMPAS.com - Sepanjang Ramadhan, masyarakat Indonesia disebut dapat menikmati pemandangan bentangan Galaksi Bimasakti di langit.
Bimasakti atau Milky Way adalah salah satu galaksi yang berada di alam semesta. Galaksi yang mirip cakram dan warna menyerupai susu ini menjadi tempat Tata Surya termasuk Bumi berada.
Berdasarkan informasi yang dibagikan akun X (dulu Twitter) @infoAstronomy, Senin (11/3/2024), Galaksi Bimasakti dapat diamati sembari sahur pada dini hari.
Namun, pengamatan harus dilakukan di lokasi yang gelap, minim polusi cahaya, serta cuaca yang cerah.
"Sambil sahur sepanjang Ramadan ini, kita berkesempatan mengamati bentangan galaksi Bimasakti!" tulis akun.
Lantas, bagaimana cara menyaksikan Galaksi Bimasakti?
Baca juga: Mengenal Galaksi, Sistem Bintang yang Membentuk Alam Semesta
Cara menyaksikan Galaksi Bimasakti
Astronom Amatir Indonesia Marufin Sudibyo menjelaskan, bentangan Bimasakti memang akan tampak di langit Indonesia saat maghrib selama Ramadhan 2024.
"Per teori akan terlihat saat Isya, membentang di langit barat dari utara ke selatan," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/3/2024).
Namun, bukan hingga sahur atau dini hari, Bimasakti akan menghilang karena terbenam pada tengah malam.
Oleh karena itu, masyarakat mungkin dapat menikmati pemandangan indah langit ini mulai Isya hingga tengah malam di langit bagian barat.
"Selempang Bimasakti akan hilang karena terbenam pada tengah malam," kata Marufin.
Sayangnya, menurut Marufin, masih ada faktor meteorologis yang dapat mencegah penampakan Bimasakti sepanjang Ramadhan.
Pada Maret hingga April, wilayah Indonesia masih dilanda musim hujan, sehingga akan banyak awan yang menghalangi pemandangan benda langit.
"Peluang langit terbuka tanpa awan di malam hari adalah kecil," tuturnya.
Dia pun menyebut, bagi para astronom amatir, waktu terbaik menyaksikan Bimasakti sebenarnya terjadi mulai Juli hingga September mendatang.
Baca juga: Asal Usul Nama Tata Surya dan Bimasakti Digunakan di Indonesia
Melihat struktur Bimasakti dari dalam
Marufin mengungkapkan, menyaksikan Bimasakti dari Bumi seperti halnya melihat struktur rumah dari dalam.
Keberadaan Bumi yang menjadi bagian dari Bimasakti ini memungkinkan manusia untuk melihat bagian galaksi dari sisi dalam.
"Ini sama seperti kita di dalam rumah. Bisa melihat atap dan dinding-dinding rumah, sehingga bisa merekonstruksi kira-kira bagaimana bentuk rumah tersebut," kata dia.
Dengan memetakan bagian-bagian tertentu Bimasakti dalam skala besar, misalnya menggunakan teleskop radar pada panjang gelombang 21 sentimeter, manusia pun dapat merekonstruksi struktur Bimasakti.
Dia melanjutkan, jika semua hasil pengamatan digabungkan, akan tampak jelas bentuk Bimasakti yang tipis memanjang dengan penggelembungan pada bagian tengah.
"Menandakan bahwa Bimasakti kita cenderung pipih kecuali di bagian tengah yang menggelembung," paparnya.
Sementara itu, manusia juga mulai mengetahui bagaimana galaksi ini bergerak dari mengukur kecepatan radial bintang-bintang di setiap bagian Bimasakti.
Menurut Marufin, Bimasakti berbentuk galaksi spiral, yakni memiliki piringan datar yang berputar dengan tonjolan pada bagian tengah yang dikelilingi oleh lengan spiral.
Dilansir dari Kompas.com, Rabu (20/12/2023), gerakan berputar dengan kecepatan ratusan kilometer per detik, dapat menyebabkan materi dalam piringan tersebut berbentuk spiral yang khas, seperti kincir kosmik.
Sebagai salah satu contoh galaksi spiral, Bimasakti tempat di mana Bumi dan Tata Surya berada ini memiliki batang linier berbintang di pusatnya.
"Dengan mengukur kecepatan radial bintang-bintang di setiap bagian, akan diketahui bahwa Bimasakti berotasi pada sumbunya sendiri dan berbentuk galaksi spiral," tandas Marufin.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.