Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendagri Ingin Jakarta seperti New York dan Melbourne Usai Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/NICHOLAS RYAN ADITYA
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian saat menghadiri rapat bersama Badan Legislasi DPR membahas RUU Daerah Khusus Jakarta, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (13/3/2024).
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengutarakan harapannya untuk menjadikan Jakarta sebagai pusat perekonomian Indonesia usai tak lagi menjadi ibu kota negara.

Ia berharap agar Jakarta bisa menjadi kota bisnis global seperti New York di Amerika Serikat (AS) atau Sydney dan Melbourne di Australia.

"Kita ingin juga agar Kota Jakarta menjadi salah satu pusat utama di bidang perekonomian, jasa, perbankan, dan lain-lain. Intinya adalah kira-kira sama seperti New York-nya Amerika atau Sydney, Melbourne-nya Australia," kata Tito dilansir dari Antara, Rabu (13/3/2024).

Meski demikian, diperlukan komitmen bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan pemerintah untuk dapat membangun Jakarta supaya menjadi kota kelas dunia ataupun kota global.

"Yang tidak hanya bersaing atau memiliki daya saing pada tingkat regional Asia Tenggara, tetapi juga setara dengan kota-kota maju lainnya di dunia," ucapnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Profil Tito Karnavian yang Ditunjuk Jokowi Jadi Plt Menko Polhukam Gantikan Mahfud MD


Pemerintah setujui adanya pembahasan RUU DKJ

Lebih lanjut, Tito yang mewakili pemerintah menyetujui dilakukannya pembahasan Rancangan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) sebagai implikasi dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara (UU IKN).

"Kami atas nama pemerintah menyetujui dilakukan pembahasan lebih lanjut secara bersama-sama atas usulan atau inisiatif RUU tentang Daerah Khusus Jakarta dengan tetap memperhatikan keselarasan, keseluruhan, dengan peraturan perundang-undangan terkait," ungkap dia.

Sementara itu, Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Supratman Andi Agtas mengatakan, Jakarta perlu dirancang agar tidak hanya sebatas menjadi pusat perekonomian nasional dan kota global.

Menurut dia, pemerintah juga perlu membuat Jakarta dapat tumbuh berkembang sebagai kota utama megapolitan di tingkat nasional, regional, dan global.

Kondisi ini didukung dengan terbentuknya kawasan aglomerasi sebagai penopang daerah penyangga yang terintegrasi, yaitu Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur.

Baca juga: Ibu Kota Indonesia Masih Jakarta, Kapan Resmi Pindah ke IKN Nusantara?

Saat ini Jakarta masih Ibu Kota Indonesia 

Untuk diketahui, saat ini Jakarta masih menyandang status sebagai Ibu Kota Indonesia sebelum Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerbitkan keputusan presiden (Keppres) pemindahan ibu kota ke Kalimantan.

Staf Khusus (Stafsus) Presiden Bidang Hukum Dini Purwono menyampaikan, ketentuan tersebut sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2023 tentang Perubahan atas UU Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara (UU IKN).

"Berdasarkan Pasal 39 UU IKN, DKI Jakarta tetap sebagai ibu kota negara sampai dengan terbitnya keppres pemindahan IKN ke Nusantara," ujar Dini dikutip dari Kompas.com (7/3/2024).

Baca juga: Jokowi Akan Berkantor di IKN Juli 2024, Bagaimana Progres Pembangunannya?

Mengintip New York, pusat perekonomian AS

Kota New York dulunya bukanlah kota besar seperti sekarang ini. Kota ini baru mendapatkan nama "New York" dan mulai berkembang pesat pada 1760.

Dikutip dari History, pada tahun 1790, New York dihuni oleh 18.000 jiwa, melampaui Boston,  menjadi kota terbesar kedua di koloni Amerika.

Meskipun pernah terlibat dalam perang, pada abad ke-19, kota ini pulih dengan cepat. Pada 1810, New York kemudian menjadi salah satu pelabuhan terpenting di AS.

Seiring pertumbuhan kota, perbaikan infrastruktur lainnya juga turut dilakukan.

Pada 1811, “Rencana Komisaris” menetapkan jaringan jalan dan jalan raya yang teratur untuk bagian Manhattan yang belum berkembang di utara Houston Street.

Pada 1837, pembangunan saluran air Croton dimulai, yang menyediakan air bersih bagi populasi kota yang terus bertambah.

Kemudian, delapan tahun setelah itu, kota ini mendirikan badan kota pertamanya, yakni Departemen Kepolisian Kota New York.

Meningkatnya jumlah imigran dari Jerman dan Irlandia pada antara 1840 hingga 1850-an dan kemudian dari Eropa Selatan dan Timur, telah mengubah wajah kota ini.

Para imigran menetap di lingkungan etnis yang berbeda, memulai bisnis, bergabung dengan serikat pekerja dan organisasi politik, serta membangun gereja dan klub sosial.

Pada pergantian abad ke-20, barulah New York menjadi kota yang kita kenal sekarang ini.

Saat ini, lebih dari 8 juta warga New York tinggal di lima wilayah, di mana lebih dari sepertiganya lahir di luar Amerika Serikat.

Berkat keberagaman dan kehidupan intelektualnya yang dinamis, kota ini tetap menjadi ibu kota budaya Amerika Serikat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi