KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan awal musim kemarau 2024 mundur.
Hal tersebut dikatakan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring, Jumat (15/3/2024) pagi.
Dwikorita juga mengatakan, awal musim kemarau 2024 diprediksi tidak terjadi secara serempak di berbagai wilayah.
Sebagian besar wilayah diperkirakan mengalami musim kemarau normal dan di atas normal.
Sementara musim kemarau di sebagian kecil wilayah lain diprediksi di bawah normal.
"Jika dibandingkan dengan rerata klimatologinya 30 tahun terakhir, yaitu periode 1991-2020 maka awal musim 2024 di Indonesia diprediksi akan mundur sebanyak 40 persen dari ZOM," jelas Dwikorita.
Baca juga: Indonesia Masuk Musim Kemarau Maret 2024, Mengapa Masih Hujan?
Wilayah yang diprediksi masuk awal musim kemarau 2024
Dwikorita menjelaskan, awal musim kemarau berkaitan dengan angin baratan atau Monsun Asia dan angin timuran atau Monsun Australia.
BMKG memprediksi awal musim kemarau terjadi seiring aktifnya Monsun Australia pada April 2024 yang akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Bali.
"Lalu wilayah Jawa kemudian mendominasi hampir di seluruh wilayah Indonesia pada periode Mei hingga Agustus 2024," terang Dwikorita.
Ia menjelaskan, dari 699 zona musim atau ZOM, sebanyak 90 persen atau sekitar 13 persen akan memasuki musim kemarau pada April 2024.
Wilayah tersebut terdiri dari:
- Sebagian Bali
- NTB
- NTT
- Pesisir utara Banten, Jakarta, dan Jawa Barat
- Pesisir Jawa Timur.
Kemudian, sebanyak 133 ZOM atau 19 persen wilayah yang diperkirakan memasuki musim kemarau pada Mei 2024 terdiri dari:
- DKI Jakarta
- Sebagian kecil Jawa Barat
- Jawa Tengah
- Daerah Istimewa Yogyakarta
- Sebagian Jawa Timur
- Sebagian kecil Maluku
- Sebagian Papua
- Papua Selatan.
BMKG juga memperkirakan 167 ZOM atau 24 persen wilayah memasuki musim kemarau pada Juni 2024.
Wilayah tersebut meliputi:
- Sebagian Sumatera
- Banten
- Sebagian besar Jawa Barat
- Sebagian besar Kalimantan Barat
- Sebagian kecil Kalimantan Timur
- Sebagian Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara
- Maluku bagian Kepulauan Aru dan Tanimbar.
Dwikorita menjelaskan, sebanyak 113 ZOM atau 16 persen lainnya adalah wilayah yang mempunyai musim hujan atau musim kemarau sepanjang tahun.
Baca juga: Februari Akan Berakhir, Kapan Indonesia Masuk Musim Kemarau?
Wilayah yang awal musim kemaraunya diprediksi mundur
Secara rinci, Dwikorita membeberkan daftar wilayah yang awal musim kemaraunya diperkirakan mundur.
Wilayah tersebut terdiri dari:
- Sebagian Sumatera Utara
- Sebagian besar Riau
- Lampung
- Banten
- DKI Jakarta
- Jawa Barat
- Daerah Istimewa Yogyakarta
- jawa Timur
- Sebagian besar Kalimantan
- Sebagian Bali
- NTB
- Sebagian NTT
- Sebagian Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat
- Gorontalo
- Sebagian Maluku.
Baca juga: Penjelasan BMKG soal Suhu Dingin Malam dan Pagi Hari di Musim Kemarau
Wilayah yang awal musim kemaraunya diprediksi di atas normal
Dwikorita juga menjelaskan, sebanyak 359 ZOM atau 51,36 persen wilayah diprediksi mengalami musim kemarau secara normal.
Sementara sebanyak 279 ZOM atau kurang lebih 39,91 persen akan mengalami musim kemarau di atas normal dan 60 ZOM atau 8,73 persen di bawah normal.
Adapun, wilayah yang diperkirakan mengalami musim kemarau di atas normal, yakni:
- Sebagia kecil pesisir selatan Sumatera Barat
- Bengkulu
- Sumatera Selatan
- Lampung
- Sebagian besar Jawa
- Bali
- NTT
- NTB
- Sebagian Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur
- Sebagian kecil Kalimantan Utara
- Bagian selatan Sulawesi Selatan
- Sulawesi Tenggara
- Sulawesi Barat
- Gorontalo
- Sulawesi Utara
- Sebagian Maluku
- Papua Barat
- Papua Selatan.
Wilayah lain yang sifat musim kemaraunya diprediksi di bawah normal meliputi:
- Sebagian kecil Aceh, Sumatera Utara, dan Riau
- Sebagian Kepulauan Bangka Belitung
- Sebagian Jawa Timur
- Sebagian Kalimantan Barat
- Sebagian Sulawesi Selatan, Sulwesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara
- Sebagian NTT
- Maluku Utara
- Sebagian Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan.