Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Alami Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 16-17 Maret 2024

Baca di App
Lihat Foto
iStockphoto/kulkann
BMKG ungkap potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia pada 16-17 Maret 2024.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan adanya potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia pada Sabtu (16/3/2024) hingga Minggu (17/3/2024).

Cuaca ekstrem tersebut berupa hujan lebat dan angin kencang yang dapat disertai kilat dan petir. 

Selain itu, kondisi ini juga dapat memicu adanya bencana hidrometeorologi basah berupa banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah yang terdampak.

Lantas, mana saja wilayah yang berpotensi alami hujan lebat dan angin kencang pada 16-17 Maret 2024?

Baca juga: BMKG Ungkap Penyebab Banjir di Sejumlah Wilayah di Jawa Tengah, Salah Satunya karena Bibit Siklon Tropis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Wilayah yang berpotensi alami hujan lebat dan angin kencang

Berdasarkan data yang dirilis oleh BMKG, ada sejumlah wilayah di Indonesia yang berpotensi alami cuaca ekstrem pada 16-17 Maret 2024.

Berikut sebaran wilayah yang diperkirakan alami hujan lebat dan angin kencang 16-17 Maret 2024:

16 Maret 2024

1. Wilayah yang berpotensi alami hujan lebat yang dapat disertai kilat, petir, dan angin kencang:

2. Wilayah yang berpotensi alami hujan yang dapat disertai kilat, petir, dan angin kencang:

3. Wilayah yang berpotensi alami angin kencang:

17 Maret 2024

1. Wilayah yang berpotensi alami hujan lebat yang dapat disertai kilat, petir, dan angin kencang:

2. Wilayah yang berpotensi alami hujan yang dapat disertai kilat, petir, dan angin kencang:

3. Wilayah yang berpotensi alami angin kencang:

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Penyebab Wilayah Semarang Dilanda Banjir

Penyebab cuaca ekstrem di Indonesia

BMKG mengatakan, kondisi cuaca ekstrem yang berpotensi melanda sejumlah wilayah pada 16-17 Maret itu dipicu adanya Bibit Siklon Tropis 91S yang terpantau di Samudra Hindia bagian tenggara, selatan Bali.

Bibit siklon tersebut memiliki kecepatan angin maksimum 35 knot dan tekanan udara 993 hPa serta bergerak ke arah selatan.

Potensi sistem untuk menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan dalam kategori tinggi.

Sistem ini menginduksi daerah peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knot (low level
jet) di Samudra Hindia selatan Jawa-NTT, yang mampu meningkatkan tinggi gelombang di sekitar bibit siklon tropis tersebut.

Selain itu, bibit siklon tropis ini juga membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dan pertemuan angin yang memanjang dari Samudra Hindia barat Sumatera hingga perairan selatan Banten dan dari Bengkulu hingga Lampung.

Selain itu, adanya Bibit Siklon Tropis 94S yang terpantau di Laut Arafuru bagian selatan juga memengaruhi kondisi cuaca ekstrem di Indonesia.

Bibit Siklon Tropis 94S itu memiliki kecepatan angin maksimum 30 knot dan tekanan
udara 998 hPa serta bergerak ke arah tenggara.

Potensi sistem untuk menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan dalam kategori tinggi.

Sistem ini menginduksi daerah peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knot (low level jet) di Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, perairan selatan Jawa-NTT, Laut Arafuru, dan Laut Banda, yang mampu meningkatkan tinggi gelombang di sekitar bibit siklon tropis tersebut.

Selain itu, bibit siklon tropis ini juga membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dan pertemuan angin yang memanjang di NTT bagian barat.

Daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang di Semenanjung Malaysia, di Aceh, di Kepulauan Bangka Belitung, dari Kalimantan Utara hingga Kalimantan Barat, di Sulawesi bagian tengah, di utara Maluku Utara dan di Papua.

"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut," pungkas BMKG.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi