Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Ruang Angkasa Gelap, meski Lebih Dekat dengan Matahari?

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/tawatchai07
Ilustrasi luar angkasa
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Ruang angkasa atau antariksa kerap menarik minat banyak orang, karena pemandangan dan beragam teka-teki yang masih belum terpecahkan.

Tak heran, astronot menjadi salah satu cita-cita yang sering diimpikan oleh anak-anak.

Salah satu hal menarik terkait ruang angkasa yang mengundang tanya adalah pemandangan hitam dan gelap.

Hal ini tampak dari beragam foto-foto ruang angkasa yang memiliki latar belakang hitam gelap.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padahal, ruang angkasa semestinya lebih dekat dari Matahari dibandingkan dengan Bumi.

Lantas, mengapa ruang angkasa tampak gelap?

Baca juga: Kalimat Terakhir Kosmonot Uni Soviet Sebelum Jatuh dari Ruang Angkasa

Tak ada atmosfer

Dikutip dari Astronomy Magazine, tidak adanya atmosfer menjadi alasan di balik gelapnya ruang angkasa.

Pasalnya, atmosfer planet menyebabkan cahaya terang tersebar. Begitu cahaya mengenai dan memantulkan suatu objek, atmosfer akan memberikan hamburan dalam spektrum yang terlihat oleh mata manusia.

Pada siang hari, atom, molekul, dan debu atmosfer berinteraksi dengan foton, yang menyebabkan cahaya berhamburan ke berbagai tempat yang berada di waktu terang.

Namun, ketika berada di planet atau satelit yang memiliki atmosfer atau sangat tipis, kita akan melihat langit berwarna hitam, baik pada siang maupun malam hari.

Di Bumi, atmosfer lebih sering menyebarkan cahaya biru, sehingga langit siang hari tampak biru.

Apabila melihat foto yang diambil oleh pesawat antariksa Apollo di Bulan, kita akan melihat bahwa langit di sana berwarna hitam, meskipun sinar Matahari yang cerah berada di permukaannya.

Baca juga: NASA Kembali Terima Sinyal Laser Pesawat Ruang Angkasa, Kali Ini dari Jarak 32 Juta Kilometer

Paradoks Fotometrik Olbers

Para ilmuwan telah lama mempertanyakan mengapa cahaya dari banyak bintang tidak dapat menerangi alam semesta.

Namun, pertanyaan ini dapat dijawab dengan sesuatu yang disebut sebagai Paradoks Fotometrik Olbers.

Dikutip dari Live Science, Paradoks Olbers dapat dijelaskan dengan teori perluasan ruang waktu.

Teori tersebut berpendapat bahwa alam semesta mengembang lebih cepat dari kecepatan cahaya.

Padahal, cahaya dari galaksi jauh meregang dan berubah menjadi berbagai jenis gelombang, seperti gelombang inframerah, gelombang mikro, dan gelombang radio.

Komponen cahaya yang terdiri dari berbagai gelombang itu semuanya tidak dapat dideteksi oleh mata manusia.

Karena mata tidak dapat mendeteksi berbagai gelombang tersebut, manusia di Bumi akan melihat bahwa ruang angkasa akan tampak gelap.

Baca juga: 3 Teori Terbentuknya Kehidupan Awal di Bumi, Berasal dari Luar Angkasa atau dari Lautan Dalam

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi