Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alami 16 Kali Matahari Terbit dan Terbenam dalam Sehari, Bagaimana Astronot Tidur di Stasiun Antariksa?

Baca di App
Lihat Foto
NASA
Astronot tidur di luar angkasa
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Astronot di Stasiun Antariksa Internasional (ISS) perlu menyesuaikan jam tidur karena waktu siang dan malam yang berbeda dengan Bumi.

ISS mengorbit antara 370 hingga 460 kilometer di atas permukaan Bumi, dengan kemiringan 51,6 derajat atau mencakup sekitar 90 persen wilayah berpenduduk Bumi.

Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), proyek gabungan multinasional yang melibatkan lima badan antariksa ini akan melewati tempat yang sama di Bumi setiap tiga hari sekali.

Stasiun luar angkasa ini membutuhkan waktu sekitar 90 menit untuk mengelilingi planet Bumi. Oleh karena itu, ISS bisa mengorbit Bumi sebanyak 16 kali dalam sehari.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Astronot di dalamnya pun bisa menyaksikan 16 Matahari terbit serta 16 Matahari terbenam setiap hari.

Dengan jam yang tidak wajar tersebut, para astronot tentu kesulitan menemukan ritme alami tubuh yang tepat selama berada di luar angkasa.

Lantas, bagaimana cara mereka tidur selama di ISS?

Baca juga: Tomat yang Dipanen di Luar Angkasa Hilang, Ditemukan 8 Bulan Kemudian


Cara astronot tidur di ISS

Guna memudahkan dan menjaga jadwal tetap konsisten, ISS mengikuti zona waktu standar Greenwich Mean Time (GMT).

Dengan mengikuti zona waktu GMT, para astronot bisa memperkirakan kapan waktu tidur dan bangun selama menetap di luar angkasa.

Kendati demikian, ritme sirkadian dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar, termasuk paparan sinar Matahari dan iklim.

Ritme sirkadian sendiri merupakan ritme alami yang meliputi proses internal tubuh untuk mengatur waktu bangun-tidur selama 24 jam guna memastikan semua fungsinya berjalan optimal.

Karenanya, Matahari yang terbit dan terbenam hingga 16 kali dalam sehari pun menjadi eksperimen bagi astronot untuk menemukan ritme tidur yang tepat.

Dalam eksperimen Circadian Light oleh astronot Badan Antariksa Eropa (ESA) Andreas Mogensen, tim menciptakan lampu yang dirancang untuk mendukung ritme sirkadian astronot di luar angkasa.

Dilansir dari laman ESA, Andreas memasang lampu tersebut di dalam kabin awak, tempatnya tidur, pada hari ketiga berada di luar angkasa.

Di malam hari waktu GMT, saat Andreas tertidur, lampu menyala merah untuk menyimulasikan Matahari terbenam yang menenangkan.

Sementara itu, pagi harinya, saat Andreas bangun, cahaya lampu berubah menjadi biru yang menyerupai warna langit pagi.

Menurut ESA, warna cahaya dipilih secara cermat untuk meniru cahaya alami pagi dan siang hari, yang tidak akan dialami astronot saat berada di ISS.

Selain menggunakan lampu bantu, peneliti dalam eksperimen Sleep in Orbit juga telah mengembangkan alat pengukur kecil di telinga untuk mengukur kualitas tidur.

Benda mirip earphone tersebut berfungsi sebagai elektroensefalogram untuk mengetahui aktivitas kelistrikan dari otak.

Dengan demikian, peneliti bisa menganalisis aktivitas otak astronot sepanjang malam untuk membantu memahami kualitas tidurnya.

Baca juga: Mengapa Ruang Angkasa Gelap, meski Lebih Dekat dengan Matahari?

Astronot tidur di kantong dan diikat

Sementara itu, sama seperti luar angkasa pada umumnya, ISS tidak memiliki gravitasi yang bisa menahan astronot dan benda-benda tetap berada di tempatnya.

Dikutip dari laman Badan Penjelajah Antariksa Jepang (JAXA), para astronot di ISS sebenarnya bisa tidur di mana saja dan menghadap ke mana saja.

Namun demikian, tidak mengenakkan rasanya jika melayang-layang ke suatu tempat selama tertidur.

Guna mengakali nihilnya gravitasi, para astronot pun tidur di kompartemen kecil menggunakan kantong tidur.

Bukan hanya masuk ke kantong tidur, mereka juga mengikat tubuhnya dengan longgar agar tidak melayang selama terlelap.

Bagi astronot yang tidak dapat tidur karena suara mesin yang bising, ISS menyediakan penutup telinga dan mata untuk membantu tidur lebih nyenyak.

Siklus tidur astronot selama berada di ISS pun ditetapkan kurang lebih delapan jam. Kendati demikian, dalam kebanyakan kasus, mereka akan tidur sekitar 6 jam.

Pasalnya, penghuni ISS umumnya sering bekerja berjam-jam atau menghabiskan waktu menikmati pemandangan luar angkasa dari balik jendela.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi