Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Spesies Manusia Hampir Punah akibat Perubahan Iklim Ekstrem 900.000 Tahun Lalu

Baca di App
Lihat Foto
The Natural History Museum
Ilustrasi Homo Erectus. 900.000 tahun lalu, spesies manusia hampir punah dan melakukan migrasi keluar dari Afrika menuju Eurasia.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Hampir tidak ada tempat di Bumi yang luput dari pengaruh manusia, mulai dari hutan yang diubah jadi permukiman, lautan dalam yang dipenuhi mikroplastik, hingga jet yang mengubah iklim dengan drastis.

Meski saat ini tampak "menguasai" Bumi, tim ilmuwan mengeklaim spesies manusia hampir mengalami kepunahan lebih dari 900.000 tahun lalu.

Para peneliti di China menemukan, sekitar 930.000 tahun lalu, nenek moyang manusia modern mengalami penurunan populasi secara besar-besaran.

Mereka menyebut perubahan iklim drastis yang terjadi sekitar waktu itu sebagai penyebabnya, seperti dilansir New York Times, Kamis (31/8/2023).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut hasil studi terhadap genom dalam jurnal Science (2023), kurang dari 1.280 individu yang berkembang biak selama periode yang disebut sebagai bottleneck atau kemacetan populasi itu.

Kondisi itu berlangsung selama lebih dari 100.000 tahun sebelum akhirnya populasi nenek moyang pulih kembali.

Baca juga: Situs Fosil Langka di Argentina Ungkap Pemandangan Hari-hari Akhir Dinosaurus Sebelum Punah


Penurunan populasi diiringi migrasi keluar Afrika

Bukan hanya ancaman kepunahan, sebuah penelitian baru kini menemukan adanya migrasi massal manusia keluar Afrika pada waktu bersamaan.

Penemuan yang terbit dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, Senin (11/3/2024) ini turut mengonfirmasi kejadian penurunan populasi sebelumnya.

Selain itu, penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa kedua fenomena memiliki kesamaan, yakni sebuah peristiwa yang dikenal sebagai Mid-Pleistocene Transition, di mana iklim Bumi mengalami periode kekacauan total hingga memusnahkan banyak spesies.

Dilansir dari laman Science Alert, Senin (18/3/2024), perpindahan manusia purba dari Afrika melintasi Eropa dan Asia sulit untuk direkonstruksi.

Bukti terbaik yang dimiliki peneliti hanyalah sedikit catatan tulang dan sebagian besar artefak batu, yang masih menjadi tantangan hingga saat ini.

Namun, bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa migrasi manusia purba bukan hanya sebuah rangkaian peristiwa.

Beberapa gelombang hominid awal dan nenek moyang manusia tercatat melakukan perjalanan jauh ke lingkungan baru.

Baca juga: Di Masa Depan Fenomena Gerhana Matahari Total Mungkin Punah, Hanya Ada Cincin Api

Terbukti manusia hampir punah sekitar 900.000 tahun lalu

Penelitian terbaru dilatarbelakangi studi pada 2023 terhadap genom manusia menemukan, periode kemacetan populasi menyebabkan hilangnya keragaman genetik sekitar 900.000 tahun lalu.

Namun, studi lain pada tahun lalu yang mempelajari situs arkeologi awal di Eurasia memperkirakan kemacetan populasi tersebut terjadi lebih awal, sekitar 1,1 juta tahun yang lalu.

Kesenjangan waktu antara dua studi itu menyulitkan identifikasi peristiwa iklim yang mungkin menyebabkan atau setidaknya berkontribusi terhadap penurunan sementara populasi manusia purba.

Oleh karena itu, ahli geologi Giovanni Muttoni dari University of Milan dan Dennis Kent dari Columbia University memulai upaya untuk mempersempit waktu periode kemacetan.

Pertama, para peneliti mengevaluasi kembali catatan situs-situs tempat tinggal hominid awal di seluruh Eurasia.

Dari sana mereka menemukan sekelompok situs yang diperkirakan berasal dari 900.000 tahun yang lalu.

Mereka kemudian membandingkan temuan itu dengan catatan sedimen laut yang menyimpan bukti perubahan iklim dalam bentuk isotop oksigen.

Rasio oksigen yang terperangkap dalam lapisan sedimen bisa menunjukkan apakah iklim lebih hangat atau lebih dingin pada saat mineral tersebut diendapkan.

Data genom dan penanggalan situs hominid menunjukkan, periode kemacetan dan migrasi terjadi secara bersamaan.

Baca juga: Bagaimana Wujud dan Kondisi Bumi Saat Manusia Punah?

Dipicu perubahan iklim ekstrem

Selama Mid-Pleistocene Transition atau Transisi Pertengahan Pleistosen, permukaan laut global turun, sedangkan Afrika dan Asia mengalami kekeringan.

Hominid yang tinggal di Afrika pun menghadapi kondisi mengerikan yang membuat mereka kekurangan makanan dan air.

Untungnya, menurut peneliti, dengan turunnya permukaan laut, jalur darat menuju Eurasia menjadi terbuka dan mereka dapat berjalan cepat.

"Kami berpendapat peningkatan kekeringan selama tahap isotop laut 22 yang menyebabkan penyebaran sabana dan zona kering di sebagian besar benua Afrika mendorong populasi Homo awal di Afrika untuk beradaptasi atau bermigrasi guna menghindari kepunahan," tulis peneliti.

Peneliti melanjutkan, migrasi keluar Afrika merupakan salah satu respons terhadap perubahan iklim parah yang terjadi pada 0,9 juta tahun lalu.

Kendati demikian, peristiwa perpindahan massal ini bukan berarti bahwa hominid belum pernah bermigrasi sebelumnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi