KOMPAS.com - Informasi mengenai fenomena equinox atau gerak semu Matahari tepat di khatulistiwa beredar viral di media sosial X (Twitter).
Dalam narasi yang beredar, disebutkan bahwa fenomena tersebut bisa berdampak terhadap peningkatan suhu panas di Indonesia.
"2 hari menuju fenomena equinox. Gerak semu Matahari tepat di Khatulistiwa," tulis akun @zakiberkata, Senin (18/3/2024).
Lantas, apa itu fenomena equinox?
Baca juga: Siklon Tropis Megan Sebabkan Hujan dan Angin Kencang di Indonesia, Sampai Kapan?
Penjelasan BMKG
Sub Koordinator Hubungan Pers dan Media Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwi Rini Endra Sari mengonfirmasi bahwa fenomena eqiuinox akan terjadi di Indonesia pada Kamis, (21/3/2024).
"Fenomena equinox secara periode berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu tanggal 21 Maret 2024 dan 23 September 2024," kata dia, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/3/2024).
Equinox adalah fenomena astronomi terkait posisi titik semu matahari yang melintasi equator.
Fenomena ini menyebabkan durasi siang dan malam hampir sama, yaitu sekitar 12 jam di atas wilayah masing-masing yang dilaluinya.
Kendati demikian, Rini menegaskan bahwa fenomena equinox merupakan fenomena astronomi yang umum terjadi.
"Fenomena equinox normal dan biasa terjadi. Itu termasuk fenomena astronomi," jelas dia.
Dampak fenomena equinox
Rini menuturkan, fenomena ini bisa menyebabkan peningkatan suhu di Indonesia. Namun, peningkatan itu tidak terlalu signifikan.
"Ya mungkin peningkatan suhu. Cuma tidak terlalu signifikan seperti yang terjadi di Afrika, Timur Tengah," tutur Rini.
Dia juga memastikan bahwa fenomena equinox berbeda dengan gelombang panas, karena tidak mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis.
Menurutnya, fenomena equinox juga tidak berdampak pada musim di Indonesia.
"Tidak memengaruhi musim sama sekali," kata dia.
Senada dengan Rini, prakirawan cuaca BMKG, Nurul mengatakan bahwa fenomena equinox tidak serta merta menyebabkan peningkatan suhu di suatu wilayah.
Baca juga: Beredar Citra Potensi Mata Badai di Wilayah Indonesia, Ini Kata BMKG
Dia memastikan, Indonesia tidak akan mengalami perubahan suhu maksimum selama adanya fenomena ini.
Sebaliknya, peningkatan suhu atmosfer lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lain, seperti radiasi matahari keseluruhan, pola sirkulasi atmosfer, dan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer.
"Selain itu, faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar terhadap suhu di suatu wilayah," terangnya, saat dihubungi secara terpisah, Selasa.
Sebagai contoh, apabila tutupan awan di suatu wilayah sangat sedikit, radiasi matahari yang mencapai Bumi dapat mencapai titik maksimum, sehingga menyebabkan peningkatan suhu.
Kelebihan gas-gas rumah kaca di atmosfer juga dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon yang berakibat pada semakin banyaknya sinar UV yang lolos dari atmosfer bumi dan mencapai permukaan.
Baca juga: Komet Setan Sebesar Gunung Everest Akan Muncul Saat Gerhana Matahari April 2024
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.