Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Lonjakan Kasus DBD Saat Pancaroba, Ini Kata Kemenkes

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/GBALLGIGGSPHOTO
Ilustrasi orang sedang sakit.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sejumlah warganet menyoroti kasus banyaknya orang yang sakit dan harus menjalani perawatan di rumah sakit dalam beberapa waktu terakhir. 

Pengguna akun media sosial X atau Twitter @BaseAnakFK pada Jumat (15/3/2024) menyebutkan, diduga banyak pasien sakit karena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), demam berdarah, tifus, dan flu singapura memenuhi rumah sakit.

Pemilik akun @rgoestama mengungkapkan anaknya sakit batuk dan demam selama hampir seminggu pada Minggu (17/3/2024).

Sementara warganet lain lewat akun @fikrhmn pada Selasa (19/3/2024) menyebut banyak orang di sekitarnya mengalami batuk, pilek, demam, pusing, dan bersin-bersin.

Lantas, benarkah terjadi lonjakan pasien dalam beberapa waktu terakhir ini, apa penyebabnya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Waspada Peningkatan Kasus DBD, Ini Gejala Demam Berdarah Dengue


Peningkatan pasien di rumah sakit

Dikutip dari Tribunnews Bogor, RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor melaporkan peningkatan jumlah pasien yang menderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Maret 2024.

Kepala Subbagian Umum RSUD Ciawi, Waseso menyatakan, sebelumnya hanya ada 19 pasien DBD pada Januari 2024. Jumlah itu bahkan berkurang menjadi 12 orang pada bulan Februari.

Namun pada bulan Maret, angka kasus DBD kembali meningkat menjadi 35 pasien.

Terpisah, peningkatan kasus DBD juga terjadi di RSUD Cibabat, Cimahi, Jawa Barat. Total ada 31 pasien DBD hingga Maret 2024.

"Pasien yang dirawat itu terdiri dari pasien dewasa 9 orang dan pasien anak 15 orang. Kalau pasien meninggal ada 2 orang dewasa pada Januari karena ada komorbid," ujar Wakil Direktur Pelayanan RSUD Cibabat Ars Agustiningsih, dikutip dari Tribunnews.

Pihaknya menyebutkan, dibandingkan tahun lalu, hanya ada tujuh pasien DBD yang dirawat pada periodeMaret 2023.

Sementara itu, kasus DBD di Kabupaten Bangli Provinsi Bali juga naik 65 persen dibandingkan akhir Maret 2023. Saat ini, tercatat ada 119 kasus DBD per Maret 2024.

"Walaupun jumlah kasus DBD di Kabupaten Bangli naik hingga 65 persen dibanding posisi Maret 2023, tapi syukurnya tidak ada pasien DBD yang sampai meninggal dunia," kata Kepala Dinas Kesehatan Bangli I Nyoman Arsana, dilansir dari Antara.

Pada Maret 2023 tercatat ada 32 kasus DBD di Bangli. Sementara Maret 2024 ada 33 kasus.

Baca juga: Daftar Penyakit Kronis yang Ditanggung BPJS Kesehatan, Apa Saja?

Penyebab jumlah orang sakit meningkat

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengonfirmasi adanya peningkatan jumlah penderita DBD pada Maret 2024.

"Ada peningkatan kasus (DBD). Kita pantau penyakit yang sifatnya akan berpotensi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB)," ujarnya saat dikonfimasi Kompas.com, Rabu (20/3/2024).

Nadia belum mengungkapkan data kasus DBD di Indonesia per Maret 2024. Namun, dia menjelaskan kondisi ini terjadi karena beberapa hal.

Menurutnya, musim pancaroba atau peralihan musim hujan ke musim panas disertai curah hujan tinggi tapi Matahari bersinar terik membuat daya tahan tubuh menurun. Ini membuat banyak orang mudah sakit.

Selain itu, bakteri dan virus akan lebih mudah berkembang dengan situasi iklim yang berubah-ubah antara panas dan hujan. Akibatnya, penyakit mudah menyerang manusia.

Untuk menjaga kesehatan, Nadia mengimbau agar masyarakat memastikan kondisi tubuh dalam keadaan baik.

"Tidak jajan sembarangan. Pastikan praktik cuci tangan dijalankan dengan baik. Kalau batuk pilek, pakai masker," tegasnya.

Baca juga: Bagaimana Wolbachia Menurunkan Penyebaran DBD? Berikut Penjelasannya

Penyakit yang banyak menyerang

Terpisah, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman juga menyatakan terjadi peningkatan pasien beberapa waktu belakangan.

"Kondisi saat ini yang pancaroba dan sebagian masih musim hujan menyebabkan penyebaran khususnya infeksi penyakit yang menular lewat udara, makanan, dan air menjadi lebih meningkat," jelasnya ketika dihubungi Kompas.com, Rabu.

Dicky mengungkapkan, keadaan tersebut membuat masyarakat akan mudah terkena penyakit seperti demam berdarah, flu, ispa, demam thyphoid, serta diare.

Dia menambahkan, banyak orang yang masih belum memerhatikan kebersihan dirinya. Ini membuat orang-orang tersebut lebih rentan terkena penyakit.

"Kita harus menyadari juga pascainfeksi Covid-19 (membuat) sebagian masyarakat memiliki kondisi imun yang jauh lebih menurun," lanjutnya.

Dicky mengungkapkan, riset membuktikan penyintas Covid-19 yang beberapa kali terkena virus itu lagi akan mengalami gangguan pada organ tubuhnya, termasuk gangguan pada sistem imunitas.

Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk lebih memerhatikan kebersihan diri.

Masyarakat juga diajak melakukan upaya pencegahan penyakit dengan makan makanan yang sehat dan menjaga sanitasi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi