Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selat Muria Tak Bisa Muncul Lagi, Ini Alasannya Menurut Ahli Geologi UGM

Baca di App
Lihat Foto
X/@nuruzzaman2
Gambaran Selat Muria
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Dosen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Salahuddin Husein mengatakan, Selat Muria di Jawa Tengah tidak bisa muncul kembali.

Ini merespons sejumlah anggapan yang menyebutkan potensi kemunculan Selat Muria usai wilayah perbatasan Kabupaten Demak-Kudus, Jawa Tengah dilanda banjir besar.

"Tidak (muncul lagi), karena proses geologi berupa erosi Lajur Perbukitan Kendeng dan Lajur Perbukitan Rembang oleh jejaring Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana masih terus berlangsung hingga saat ini dan membawa sedimen yang tinggi," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (20/3/2024).

Kondisi ini menyebabkan garis pantai di pesisir Demak maupun pesisir Juwana, Pati, Jawa Tengah akan terus bergerak maju.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Demak-Kudus Dilanda Banjir Besar, Benarkah Selat Muria Bisa Muncul Kembali?

Tak ada tanda-tanda pembentukan selat

Menurutnya, pembentukan selat memerlukan proses geologis berupa pembentukan cekungan laut (sea-basin subsidence) yang membutuhkan waktu hingga jutaan tahun.

"Suatu selat akan terbentuk secara geologis, yaitu apabila kerak Bumi di kawasan tersebut mengalami peregangan (rifting) dan penurunan (subsidence) secara tektonis," kata Salahuddin.

Hingga saat ini, Salahuddin melaporkan bahwa indikasi awal proses tektonis tersebut masih belum terlihat.

Atas dasar itu, dapat disimpulkan bahwa Selat Muria tidak akan terbentuk kembali dalam skala waktu manusia.

Baca juga: Kata Ahli soal Gunung Muria Disebut Terpisah dari Pulau Jawa

Sejarah hilangnya Selat Muria

Ia memaparkan, Selat Muria menghilang karena tingginya laju erosi rangkaian perbukitan di selatan Selat Muria, yaitu Lajur Perbukitan Kendeng dan Lajur Perbukitan Rembang.

"Lajur Perbukitan Kendeng dierosi oleh Sungai Tuntang dan Sungai Serang yang bermuara ke ujung barat Selat Muria, keduanya membentuk dataran rendah Demak di sekitar abad 15-16 Masehi," ujarnya.

Seiring mendangkalnya Selat Muria, kata Salahuddin, terbentuklah Sungai Juwana yang mengaliri ujung timur selat tersebut, kemudian menangkap sedimen hasil erosi Perbukitan Rembang.

Aksi ketiga sungai utama ini menyebabkan pendangkalan dan hilangnya Selat Muria.

Baca juga: Mengapa Banjir di Demak Sulit Surut? Ini Penjelasan dari Ahli

Selanjutnya, proses sedimentasi oleh sungai umumnya berlangsung efektif ketika terjadi banjir yang mengakibatkan endapan sedimennya ditumpuk sebagai dataran limpas banjir.

"Secara geomorfologi atau bentuk rupa Bumi, kawasan Demak-Pati-Juwana merupakan morfologi dataran banjir ketiga sungai di atas. Jadi dapat dikatakan, bila Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana tidak banjir, maka Selat Muria akan ada hingga saat ini," kata Salahuddin.

Karena ketiga sungai tersebut kerap banjir, kata Salahuddin, maka Selat Muria menghilang dan menjadi dataran rendah Demak-Pati-Juwana, seperti yang terjadi saat ini.

Berdasarkan reka catatan sejarah, diperkirakan Selat Muria menghilang sekitar abad 10-18, dengan kecepatan pertumbuhan garis pantai diperkirakan mencapai 40 meter per tahun.

Baca juga: Terdampak Banjir, Pemilu 10 Desa di Demak Ditunda

Penyebab kawasan bekas Selat Muria rawan banjir

Meski demikian, Salahuddin menjelaskan adanya faktor perubahan lahan (land use) berupa pertumbuhan pemukiman yang sangat cepat di kawasan dataran rendah bekas Selat Muria tersebut, juga menimbulkan dampak geologis.

Salah satu dampak geologisnya adalah penurunan permukaan tanah (land subsidence) yang terjadi akibat beban konstruksi bangunan dan penggunaan air tanah berlebihan.

"Kondisi ini menyebabkan kawasan Demak-Pati-Juwana ini rentan terhadap banjir, terutama pada saat meningkatnya bencana hidrometeorologis akibat perubahan iklim global dewasa ini," jelasnya.

Kendati demikian, Salahuddin memastikan bahwa bencana banjir yang terjadi di Demak-Kudus tersebut tidak menyebabkan munculnya Selat Muria.

"Banjir yang akhir-akhir ini kerap melanda kawasan tersebut bukanlah fenomena munculnya kembali Selat Muria, karena fenomena banjir merupakan dampak bencana hidrometeorologis yang bekerja dalam skala dekade," terangnya.

 

Baca juga: Simak, Ini Pengalihan Lalu Lintas Imbas Banjir di Perbatasan Demak-Kudus

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi