Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Equinox dan Dampaknya bagi Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi ekuinoks, fenomena equinox
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Fenomena equinox terjadi di Indonesia pada Kamis (21/3/2024).

Sub Koordinator Hubungan Pers dan Media Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwi Rini Endra Sari mengungkapkan, equinox akan terjadi dua kali di Indonesia.

"Fenomena equinox secara periode berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu tanggal 21 Maret 2024 dan 23 September 2024," ujarnya, dikutip dari Kompas.com (19/3/2024).

Rini menyatakan, equinox termasuk fenomena astronomi yang normal dan biasa terjadi di Bumi.

Lalu, apa itu equinox dan bagaimana dampaknya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Muncul Fenomena Equinox pada 21 Maret, Apa Dampaknya bagi Indonesia?


Mengenal fenomena equinox

Equinox adalah fenomena astronomi ketika Matahari melintasi garis khatulistiwa. Fenomena ini berkaitan dengan posisi titik semu Matahari yang melintasi equator.

Equnox berlangsung dua kali dalam setahun yaitu pada 21 Maret dan 23 September.

Dikutip dari situs BMKG, equinox menyebabkan Matahari dan Bumi memiliki jarak paling dekat dibandingkan waktu lainnya.

Saat terjadi equinox, posisi Matahari akan tepat berada di garis ekuator yakni berada pada posisi zero latitude atau garis lintang 0 derajat.

Kondisi ini membuat wilayah tropis sekitar ekuator Bumi akan mendapatkan sinar Matahari maksimum. Meski begitu, fenomena ini tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis maupun ekstrem.

Fenomena equinox secara umum tidak memengaruhi wilayah di luar equinox. Ini karena setiap daerah memiliki hari tertentu ketika Matahari melintas tepat di atasnya dalam jarak dekat.

Baca juga: Fenomena Equinox di Sejumlah Wilayah Indonesia, Ini Penjelasan Lapan

Dampak equniox

Dilansir dari Kompas.com (23/9/2021), fenomena equinox terjadi ketika Bumi mengitari Matahari dengan orbit yang miring 66,5 derajat terhadap bidang edarnya.

Akibatnya, belahan Bumi akan condong mengarah ke Matahari. Ini membuat durasi waktu siang di Bumi sedikit lebih panjang daripada waktu malam.

Saat equnox, Matahari terbit lebih cepat 2 menit 16 detik dan terbenam lebih lambat 2 menit 16 detik.

Dengan begitu, waktu siang di khatulistiwa saat equinox akan terjadi selama 12 jam 4,5 menit. Sementara malam hari akan berlangsung selama 11 jam 55,5 menit.

Selain memengaruhi durasi waktu di khatulistiwa, Matahari yang bersinar tepat di garis khatulistiwa membuat intensitas cahayanya menjadi lebih besar. 

Ini membuat suhu di wilayah khatulistiwa menjadi lebih panas. Kondisi demikian terutama terjadi ketika wilayah di bawahnya tidak tertutupi awan saat tengah hari.

Namun, fenomena equinox tidak selalu menyebabkan suhu di suatu wilayah meningkat. Hal tersebut karena peningkatan suhu atmosfer dipengaruhi oleh banyak faktor.

Kenaikan suhu dapat dipengaruhi radiasi Matahari, pola sirkulasi atmosfer, dan efek gas-gas rumah kaca di atmosfer.

Selain itu, kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara juga memengaruhi suhu di suatu wilayah.

(Sumber: Kompas.com/Alinda Hardiantoro, Nur Rohmi Aida | Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh, Inggried Dwi Wedhaswary)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi