Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Diperbincangkan, Masih Adakah Penyakit Pes di Indonesia?

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
Ilustrasi Yersinia pestis. Ilustrasi penyakit pes.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Media sosial X (sebelumnya Twitter) diramaikan oleh penyakit pes yang disebut kembali muncul di Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh warganet @afifahafra79 pada Kamis (21/3/2024). Ia mengatakan, temannya melayat tetangganya yang meninggal karena pes.

Kemudian, hal itu direspons oleh warganet lainnya yang menyebut hal itu perlu dikonfirmasi kebenarannya. Karena kata dia, penyakit pes terakhir yang tercatat terjadi di Jawa Tengah terjadi antara tahun 1960-1970.

“Ini perlu dikonfirmasi bener si. Karena di Indonesia pes terakhir terdeteksi di Jawa Tengah taun 60-70an gitu,” tulis @piyopikavet pada Kamis (21/3/2024).

“Awal mulanya terdeteksi awal 1900an. Setelah sekian lama muncul lg ini ga bahaya ta kalo emang bener pes?” lanjutnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu diketahui, penyakit pes sendiri adalah infeksi bakteri serius yang disebabkan oleh Yersinia pestis.

Yersinia pestis ini ditularkan ke manusia yang digigit oleh kutu pemakan hewan pengerat atau oleh manusia yang kontak dengan hewan terinfeksi.

Baca juga: Termasuk Penyakit Endemik Indonesia, Bagaimana Tipes Memengaruhi Tubuh Anda?

Penjelasan Kemenkes

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi membantah munculnya kasus pes di Indonesia baru-baru ini.

Ia mengungkapkan, kasus pes terakhir terjadi pada 2007 atau 17 tahun yang lalu di Pasuruan, Jawa Timur.

“Sebenarnya satu kasus, setelah itu tidak ada kasus pes pada manusia. Hanya pada tikus masih ditemukan, hingga surveilans masih jalan,” ujar Nadia, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/3/2024).

Indonesia sendiri, menurutnya, dinyatakan sebagai daerah wabah pes dengan risiko rendah dan terlokalisasi (bersifat lokal).

Meski demikian, setidaknya terdapat tiga wilayah di Indonesia yang menjadi fokus penularan pes.

“Tiga daerah fokus pes, Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah), Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur), dan Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta),” tuturnya.

“(Ada) satu daerah bekas fokus pes, Kabupaten Bandung (Jawa Barat),” lanjutnya.

Baca juga: Daftar Penyakit Kronis yang Ditanggung BPJS Kesehatan, Apa Saja?

Masih bisa muncul kembali

Terpisah, epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan bahwa penyakit pes bisa muncul karena faktor penularannya masih ada, seperti tikus dan kutu.

Namun perlu ditekankan, berbeda dengan puluhan atau ratusan tahun lalu, penanganan atau pengendalian penyakit pes ini kini jauh lebih baik.

“Asal bisa didiagnosis atau dideteksi segera, kemudian diobati dengan antibiotik karena ini kan disebabkan oleh bakteri,” ucap Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/3/2024).

Oleh karena itu, sejak pertama gejala penyakit pes ini muncul dalam 24 jam, segera periksakan ke dokter untuk dideteksi dan ditangani.

Pasalnya, jika tidak segera diobati, Dicky mengatakan bahwa penyakit pes bisa berakibat fatal atau kematian.

Baca juga: Studi Ungkap Bau Badan Khas Dapat Menandakan Suatu Penyakit

Gejala penyakit pes

Nadia mengatakan bahwa masyarakat bisa lebih memperhatikan gejala penyakit pes yang muncul.

Ia menjelaskan, penyakit pes ini tidak memiliki gejala khas, sehingga bisa mirip dengan penyakit infeksi lainnya.

“Tidak khas, hanya demam menggigil, mual, muntah, tapi bisa tiba-tiba sangat sesak dan syok,” ungkapnya.

“Karena infeksi berat dalam waktu singkat, gejala berat ini muncul kalau tidak diobati dengan antibiotik,” sambungnya.

Sementara Dicky menambahkan, penyakit pes sendiri terbagi menjadi tiga kategori, sesuai dengan bagian tubuh yang terjangkit.

“Ada yang menyerang limfatik (kelenjar getah bening), darah, dan paru. Masing-masing ini mempunyai gejala khas, tentunya harus melewati pemeriksaan laboratorium (untuk diagnosis),” tutur Dicky.

Pes yang menyerang limfatik itu disebut juga sebagai bubonic plague, kemudian pes yang menyerang darah adalah septicemic plague, dan pes yang menyerang paru-paru yakni pneumonic plague.

Meski begitu, terdapat gejala penyakit pes yang umum terjadi pada kasus infeksi-infeksi bakteri lain, seperti demam, menggigil, nyeri otot, dan nyeri kepala.

Namun, Dicky juga mengungkapkan beberapa gejala khas dari masing-masing kategori pes tersebut.

“Kalau menyerang limfatik, ada nyeri di kelenjar getah bening. Kalau menyerang darah, demam menjadi lebih tinggi dan pendarahan. Kalau paru, ada batuk berdarah,” terangnya.

Baca juga: 10 Komplikasi Penyakit Ginjal Kronis yang Perlu Diwaspadai

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi