Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Dinkes Solo soal Warga Meninggal Disebut karena Leptospirosis

Baca di App
Lihat Foto
X/@@Little_secret9
Tangkapan layar isu warga Solo meninggal karena leptospirosis
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Unggahan video yang menyebutkan adanya seorang warga Solo, Jawa Tengah terkena penyakit kencing tikus atau leptospirosis lalu meninggal, ramai dibicarakan di media sosial.

Video tersebut diunggah oleh akun X @Little_secret9 pada Minggu (24/3/2024) pukul 20.09 WIB.

Dalam unggahan tersebut, pengunggah menyebutkan bahwa korban merupakan seorang perempuan (60) dengan gejala demam, pusing, dan mual. Setelah 3 hari mengalami gejala tersebut, pasien meninggal dunia. 

Unggahan tersebut juga menyebutkan bahwa pasien berinisial SH (60) tahun yang diduga leptospirosis merupakan warga Kota Surakarta.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hingga Senin (25/3/2024), unggahan tersebut dilihat lebih dari 716.800 kali, disukai lebih dari 1.400 akun, dan dibagikan sebanyak 701 akun.

Baca juga: Mewabah di Sejumlah Daerah, Kenali Penyebab dan Gejala Leptospirosis


Penjelasan Dinkes

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surakarta, Tenny Setyoharini mengatakan, SH merupakan pasien suspek leptospirosis.

Tenny juga menyebutkan, SH pernah dirawat selama satu hari di salah satu rumah sakit di Solo.

Namun demikian, Tenny membantah dugaan jika SH meninggal diakibatkan penyakit leptospirosis.

“Pasien meninggal pada Rabu (20/3/2024) dan sebelumnya sudah diambil uji sampel ke laboratorium pada Selasa (19/3/2024). Hasil dari lab menyatakan bahwa mendiang negatif leptospirosis,” ungkap Tenny saat dihubungi Kompas.com, Senin (25/3/2024).

Ia menjelaskan, SH sempat diduga terkena leptospirosis karena muncul gejala seperti demam, nyeri otot, mual, muntah, dan pusing.

Pihak rumah sakit lalu mengambil sampel dari pasien untuk diuji dan hasilnya negatif terinfeksi bakteri leptospira penyebab penyakit kencing tikus.

Tenny mengatakan, semua pasien suspek penyakit menular akan dilaporkan ke dinkes melalui Kartu Data Riwayat Sakit (KDRS).

Saat itu, Dinkes Kota Solo memang belum terima laporan dan pasien SH sudah meninggal dunia.

Namun, di media sosial kemudian bermunculan isu bahwa SH meninggal dunia dikarenakan penyakit leptospirosis.

“Jadi sebetulnya semua laporan masuk, tapi saat itu memang belum karena pasien masuk ke rumah sakit dan sehari kemudian meninggal,” tuturnya.

Sementara itu, mengenai penyebab SH meninggal dunia, Tenny mengatakan bahwa pasien tersebut memang memiliki penyakit penyerta.

Baca juga: Tengah Merebak di Pacitan, Apa Penyebab dan Gejala Leptospirosis?

Pencegahan penyakit leptospirosis

Lebih lanjut, Tenny mengungkapkan bahwa penyakit leptospirosis disebabkan oleh kencing tikus yang menginfeksi tubuh.

Infeksi ini dapat terjadi melalui beberapa benda, seperti air banjir atau lingkungan yang kumuh dan sering menjadi sarang tikus.

“Meskipun negatif, saya menghimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan. Sarang tikus di sekitar rumah dapat dibasmi mulai sekarang,” ucapnya.

Selain itu, Tenny juga menghimbau agar masyarakat selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah beraktivitas di luar rumah.

Selanjutnya, masyarakat dapat menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar tidak mengundang tikus ke lingkungan sekitar rumah.

Lalu, apabila sedang bekerja atau berinteraksi di lingkungan dengan risiko penularan leptospirosis tinggi, masyarakat dihimbau menggunakan sepatu dan sarung tangan karet untuk menutupi kedua anggota gerak tubuh tersebut.

“Yang terpenting, jangan sampai ada tikus di rumah, apalagi sampai jadi sarang tikus yang dapat menyebabkan leptospirosis,” jelas Tenny.

Baca juga: Waspada Leptospirosis Saat Banjir, Apakah Bisa Menular Antar Manusia?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi