Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Pramuka di Indonesia, Kini Tak Lagi Jadi Ekskul Wajib Sekolah

Baca di App
Lihat Foto
Arsip Museum Sumpah Pemuda
Anggota Pandu Kebangsaan
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Pembahasan mengenai Pramuka sedang ramai dibicarakan karena disebut-sebut tidak lagi wajib bagi siswa. 

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud Ristek, Anindito Aditomo mengatakan, dalam UU Nomor 12 Tahun 2010 menyatakan bahwa prinsip gerakan pramuka adalah sukarela.

Menurut Anindito, sejak semula, pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler yang sifatnya pilihan bagi murid. Tapi, sekolah harus menyediakannya. 

"UU Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka jelas menyatakan bahwa salah satu prinsip gerakan Pramuka adalah sukarela," tandas Anindito dikutip dari Kompas.com (1/4/2024). 

Dengan aturan ini, murid tak lagi wajib memilih pramuka sebagai ekstrakurikulernya di sekolah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oleh karena itu, murid diharapkan memilih ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

"Betul. Tapi, sekali lagi itu bukan ketentuan baru. Sejak semula memang tidak wajib bagi murid," jelas Anindito.

Lalu, bagaimana sejarah Pramuka di Indonesia?

Baca juga: Pramuka Tak Jadi Ekskul Wajib, Kemenko PMK Sebut untuk Kesetaraan dengan Ekskul Lain

Sejarah Pramuka di Indonesia

Pramuka atau Praja Muda Karana adalah gerakan kepanduan di Indonesia. Gerakan Pramuka secara resmi mulai diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada 14 Agustus 1961. Tanggal tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Pramuka. 

Dikutip dari Kompas.com, awal terbentuknya Pramuka di Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi milik Belanda bernama Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung pada 1912.

Empat tahun setelahnya, Mangkunegara VII dari Surakarta juga membentuk organisasi kepanduan pertama yang bernama Javaansche Padvinder Organisatie (JPO).

Lahirnya JPO menjadi pemicu munculnya gerakan nasional lain yang sejenis, seperti Hizbul Wahton (HW) pada 1918, Jong Java Padvinderij (1923), dan Nationale Padvinders.

Baca juga: Sejarah Pramuka Indonesia

Munculnya sejumlah gerakan pemuda tersebut membuat Belanda mulai melarang keberadaan organisasi kepanduan di luar kepemilikan mereka menggunakan istilah Padvinder.

Seiring berjalannya waktu, antara tahun 1928-1935, gerakan kepanduan Indonesia semakin marak, seperti Pandu Indonesia, Padvinders Organisatie Pasundan, Pandu Kesultanan, Sinar Pandu Kita, dan Kepanduan Rakyat Indonesia.

Kemudian untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) menyelenggarakan acara perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem (PERKINO) di Yogyakarta pada 19-23 Juli 1941.

Pramuka setelah Indonesia merdeka

Setelah Indonesia merdeka, sejumlah tokoh kepanduan berkumpul di Yogyakarta dan kemudian mengadakan kongres pada 27-29 Desember 1945 di Surakarta.

Kongres ini melahirkan Pandu Rakyat Indonesia (PRI) pada 28 Desember 1945, sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang diakui pemerintah.

Akan tetapi, saat Belanda kembali datang ke Indonesia, PRI dilarang dan resmi dicabut pada 6 September 1951.

Kondisi tersebut kemudian mendorong munculnya organisasi lain, seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), dan Kepanduan Indonesia Muda (KIM).

Setelah kondisi Indonesia membaik di tahun1960, pemerintah Indonesia dan MPRS berupaya untuk memperbaiki organisasi kepramukaan di Indonesia.

Baca juga: Aturan Baru Kemendikbud Ristek Dinilai Kembalikan Pramuka pada Posisi Semula

 

Pada 9 Maret 1961, Presiden Soekarno mengumpulkan para tokoh dari gerakan kepramukaan Indonesia dan menyatakan bahwa organisasi kepanduan harus disempurnakan.

Sebagai tindak lanjut, Presiden Soekarno membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka yang beranggotakan Sultan Hamengku Buwono IX, A Aziz Saleh, dan Achamadi.

Hasil kerja dari panitia ini adalah dikeluarkannya lampiran Keppres No 238 tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka. Kemudian melalui Keppres 238/1961, Gerakan Kepanduan Indonesia akhirnya menjadi Gerakan Praja Muda Karana (Pramuka).

Pada 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka secara resmi mulai diperkenalkan ke rakyat Indonesia. Bapak Pramuka Indonesia adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Sejarah kepanduan di dunia

Sejarah kepanduan yang menjadi cikal bakal lahirnya Pramuka di dunia diprakarsai oleh tokoh asal Inggris, Letnan Jenderal Baden Powell pada 25 Juli 1907.

Sewaktu muda, Baden Powell mengelola Aid to Scouting untuk anggota muda dan mengadakan kegiatan perkemahan selama delapan hari di Pulau Brownsea.

Setahun setelahnya, Baden Powell menulis sebuah buku yang mengulas tentang prinsip dasar kepramukaan yang bertajuk “Scouting for Boys.”

Selain itu, ia juga mendirikan gerakan kepanduan yang bernama sama dengan bukunya, yang hanya diikuti oleh kaum laki-laki. Tidak disangka, buku kepanduan ini ternyata mulai menyebar hingga seluruh pelosok negeri.

Pada 1910, Baden Powell memutuskan fokus berkegiatan dalam Pramuka.

Dua tahun kemudian, pada 1912, Baden Powell bersama adiknya, Agnes, membentuk Pramuka untuk perempuan yang bernama Girls Gudides, atau yang dikenal dengan nama Girl Scouts.

Selanjutnya, tahun 1916, didirikan kelompok Pramuka siaga dengan nama CUB (Anak Serigala).

Baca juga: Sejarah Pramuka Indonesia, Organisasi Kepanduan sejak Era Belanda

 

Semakin lama gerakan kepanduan semakin mengalami perkembangan, yang kemudian membuat Baden Powell membentuk Rover Scout.

Rover Scout adalah organisasi untuk mewadahi pemuda yang sudah berusia 17 tahun pada 1918. Baden Powell kemudian berkeliling dunia menyebarkan gerakan kepanduan yang ia buat kepada anak-anak muda lainnya untuk bergabung.

Pada 1920, Bdaen Powell mengundang berbagai kepanduan dari bermacam negara untuk melaksanakan Jambore pertama di Pulau Brownsea. Setelah Jambore terlaksana, dibentuk World Organization of the Scout Movement (WOSM) atau Organisasi Gerakan Pramuka Sedunia.

 Referensi:

  • Sugiarto, Toto. (2017). Ensiklopedi Pramuka 1: Sejarah Pramuka. Bandung: Talenta Buana.
  • Museum Sumpah Pemuda. (2009). Buku Panduan Museum Sumpah Pemuda. Jakarta: Museum Sumpah Pemuda.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi