Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Deteksi Gempa Bumi Tertua dari Batuan yang Berumur Miliaran Tahun

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/ANDREY VP
Ilustrasi gempa bumi.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Para ilmuwan telah menemukan bukti gempa tertua di Bumi dalam batuan berumur 3,6 miliar tahun.

Bukti itu ada di Sabuk Batu Hijau Barberton (The Barberton Greenstone Belt) di Afrika Selatan, yang mengandung beberapa batuan tertua yang ada di Bumi.

Beberapa di antaranya berusia lebih dari 3,6 miliar tahun yang mengandung beberapa lapisan, dikutip dari IFL Science, Sabtu (30/3/2024).

Ahli geologi awalnya dibuat kebingungan karena Barberton Greenstone Belt terlihat seperti kumpulan bebatuan yang berbeda yang kemudian disatukan. Hal ini karena salah satu lapisannya berusia lebih muda dari yang lain.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bebatuan di Barberton Greenstone Belt adalah bagian dari dasar laut kuno dan dalam yang berusia sekitar 3 miliar tahun.

Namun di antara bebatuan tersebut, ada batuan sedimen yang tidak mungkin terbentuk di dasar laut.

Batuan tersebut terbentuk di daratan atau di perairan dangkal, seperti kristal barit, yaitu jenis batu yang terbentuk dari penguapan air.

Hal inilah yang akhirnya menjadi pertanyaan para ilmuwan, bagaimana bisa batu yang berasal dari daratan masuk ke lautan dalam.

Baca juga: Kemenlu: Tidak Ada WNI yang Menjadi Korban Gempa Bumi di Taiwan


Struktur yang mirip dengan The Barberton Greenstone Belt 

Peneliti Simon Lamb dan Cornel de Ronde menemukan bahwa campuran bebatuan di Barberton Greenstone Belt menyerupai struktur yang terlihat di lepas pantai Selandia Baru yang berusia 20 juta tahun.

Di lokasi tersebut pernah tercatat gempa Bumi kuat yang menghasilkan semacam tanah longsor laut yang membawa material dari daratan dan perairan dangkal ke dasar laut yang dalam, dan mengacaukan lapisan batuan yang sudah ada.

"Kami menyadari bahwa peta ini sangat mirip dengan peta geologi (oleh Simon Lamb) yang dibuat setelah terjadinya tanah longsor bawah laut yang lebih baru. Ini dipicu oleh gempa Bumi besar di sepanjang patahan terbesar di Selandia Baru, megathrust di zona subduksi Hikurangi," tulis para penulis di The Conversation.

Peneliti diyakinkan dengan fakta bahwa apa yang dulu terjadi di Selandia Baru, ternyata juga terjadi di masa kini.

Seperti yang terjadi pada November 2016, saat gempa berkekuatan M 7,8 yang menghantam  Kaikoura juga memicu tanah longsor bawah laut yang luas, dan longsoran puing-puing yang  mengalir ke perairan dalam.

Dari kumpulan bebatuan tersebut, ilmuwan akhirnya mengeluarkan hipotesis adanya longsor bawah laut purba akibat adanya gempa yang terjadi di sekitar Barberton Greenstone Belt.

Apabila hipotesis tersebut benar, ilmuwan telah menemukan bukti tertua dari gempa yang pernah menghantam Bumi.

Baca juga: Kemenlu: Tidak Ada WNI yang Menjadi Korban Gempa Bumi di Taiwan

Berhubungan dengan awal kehidupan terbentuk

Dilansir dari Live Science, Bumi terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu dan kemudian mendingin menjadi dunia air.

Tidak ada konsensus ilmiah mengenai kapan lempeng tektonik dimulai. Namun menurut peneliti, besar kemungkinan sebelum 2 miliar tahun yang lalu.

Lamb percaya bahwa gempa Bumi purba bertepatan dengan asal mula kehidupan. 

Para ahli biologi sendiri tidak yakin di mana, kapan, atau bagaimana kehidupan dimulai di Bumi, meskipun fosil tertua yang ditemukan berusia 3,7 miliar tahun.

Namun yang pasti, kehidupan pasti membutuhkan energi untuk bisa berjalan dan kemungkinan besar melibatkan air. 

Lamb percaya bahwa zona subduksi menciptakan kondisi untuk kehidupan dan memungkinkan makhluk apapun bertahan hidup.  

"Saya pikir kehidupan lahir dari kekerasan ekstrem ini," tambahnya. 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi