Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Klaim Detoks Kaki Disebut Bisa Tahu Kondisi Kesehatan, Ini Kata Ahli UI dan IPB

Baca di App
Lihat Foto
X/@BaseBDG
Tangkapan layar unggahan video soal detoks kaki yang diklaim bisa menunjukkan kondisi kesehatan
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Video detoks kaki yang diklaim bisa menunjukkan kondisi kesehatan, ramai menghiasi lini masa media sosial.

Video tersebut diunggah oleh akun TikTok @hansenbrians99, dan kembali disebarkan di media sosial X (dulu Twitter) melalui akun @BaseBDG, Minggu (31/3/2024).

Tampak dalam unggahan, kaki dimasukkan ke wadah berisi air yang teraliri listrik melalui pelat besi. Tidak berapa lama, air yang semula bening berubah menjadi keruh.

Diklaim jadi tanda kondisi kesehatan

Reaksi kaki dan perubahan warna air disebut menjadi tanda kondisi kesehatan tertentu, sehingga berbeda bagi satu orang dengan orang lainnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misalnya, perekam yang mengaku kakinya terasa sangat gatal dan menyetrum, diklaim tanda pembuluh darah tidak lancar.

Sementara orang lain dengan nihil sensasi menyetrum dan lebih sedikit gatal, dinilai memiliki peredaran darah lancar.

Namun, warganet justru skeptis dan menyebut fenomena tersebut merupakan reaksi elektrolisis, bukan detoksifikasi atau pengobatan tradisional.

"Ada anak kimia euy? Boleh tolong jelasin ini dong supaya orang awam ga mudah iya iya aja (apalagi orang tua)," tulis pengunggah.

Lantas, benarkah peristiwa tersebut merupakan detoks kaki yang bisa menunjukkan kondisi kesehatan?

Baca juga: Bisakah Bernapas dan Berjalan dengan Perahu Terbalik di Dasar Laut seperti Kapten Jack Sparrow? 

Bukan detoks kaki tapi reaksi elektrolisis

Ahli Kimia Universitas Indonesia (UI), Prof Budiawan mengatakan, peristiwa dalam unggahan video merupakan reaksi elektrolisis.

"Pada kasus percobaan tersebut merupakan suatu proses yang terjadi berdasarkan prinsip elektrolisis atau elektrolisa," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/4/2024).

Budiawan menjelaskan, elektrolisis adalah proses mengalirkan arus listrik melalui cairan, yang menghasilkan reaksi kimia. Proses ini terjadi dengan mengubah energi listrik menjadi energi kimia.

Proses elektrolisis memisahkan molekul air menjadi gas hidrogen dan oksigen dengan cara mengalirkan arus listrik ke elektroda tempat larutan elektrolit (air dan katalis) berada.

Air menghantarkan listrik dengan lebih mudah karena sejumlah kecil garam dan mineral yang secara alami terkandung di dalamnya, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan zat besi (Fe).

Menurut Budiawan, selain molekul dalam air, elektroda (penghantar listrik) juga terbuat dari besi.

Besi akan bereaksi dengan garam dan mineral yang terkandung dalam air, kemudian mengoksidasi untuk membentuk besi hidroksida, yang umumnya dikenal sebagai karat.

"Karat ini adalah sumber dari lumpur coklat sebagaimana terlihat dalam video. Proses elektrolisa tersebut terjadi sedemikian rupa dalam air, dengan atau tanpa kaki seseorang yang dimasukkan ke dalamnya sebagiamana percobaan tersebut," terangnya.

Baca juga: Bagaimana Cermin Bisa Tahu Ada Obyek Lain di Balik Suatu Benda?

Penyebab perbedaan warna air

Budiawan mengatakan, perubahan warna dan fenomena lain yang berbeda antara satu orang dengan orang lainnya tergantung pada kandungan mineral dalam air.

Perbedaan yang dihasilkan juga sangat bergantung pada kontaminan (pencemar) yang ada dalam air sebagai medianya.

"Sebagai contoh, jika dalam media air terkandung kontaminan berupa senyawa detergen, pestisida, aluminium sulfat, akan terjadi perubahan warna dalam proses elektrolisa menjadi biru," kata dia.

Sementara itu, jika kontaminan dalam media air berupa senyawa arsenik, tetrakloro metan, dan copper oxide akan menyebabkan warna berubah menjadi hijau.

"Peristiwa tersebut perlu pembuktian lebih lanjut dan valid dalam hubungannya dengan deteksi kesehatan manusia," tutur Budiawan.

"Dengan demikian, kita harus berhati-hati terhadap dugaan misinformasi percobaan tes air untuk pemasaran kegunaan detoksifikasi," sambungnya.

Terpisah, Guru Besar Bidang Fisika Teori Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University, Husin Alatas menjelaskan, reaksi elektrolisis adalah reaksi yang dialami oleh sebuah senyawa elektrolit, yang menyebabkan senyawa terpisah menjadi ion-ion pembentuknya.

Pada larutan elektrolit air misalnya, reaksi elektrolisis akan memecahnya menjadi gas hidrogen dan oksigen.

Husin mengatakan, reaksi tersebut dapat terjadi jika pada larutan dilalui arus listrik yang mengalir di antara katoda (elektroda bermuatan listrik negatif) dan anoda (elektroda bermuatan listrik positif).

"Pada kasus klaim terjadinya detoks menggunakan sumber tegangan searah pada larutan yang di dalamnya direndam kaki seseorang, tampaknya tidak ada alasan kuat untuk mengatakan telah terjadi detoks," jelasnya, saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (2/4/2024).

Menurutnya, perbedaan respons atau warna yang tampak lebih disebabkan kandungan larutan yang mungkin saja berbeda.

"Apakah perendaman pada larutan yang dilewati arus searah menyebabkan keluarnya racun dari dalam tubuh, perlu dilakukan penelitian yang mendalam," tuturnya.

Baca juga: Benarkah Cuci Hidung dengan Larutan NaCl Bisa Membersihkan Virus dan Bakteri?

Klaim detoks perlu penelitian lebih lanjut

Senada, Guru Besar Fisika Departemen Fisika FMIPA IPB University, Akhiruddin Maddu menerangkan, reaksi elektrolisis terjadi di dalam sel elektrolitik yang terdiri dari dua elektroda logam (anoda dan katoda) yang dicelupkan dalam elektrolit.

"Reaksi elektrolisis adalah reaksi kimia yang dipicu oleh arus listrik yang dicatu pada elektroda-elektroda menggunakan sumber tegangan seperti baterai atau pencatu daya," paparnya, ketika dihubungi Kompas.com, Rabu.

Saat arus atau elektron dialirkan melalui elektroda katoda, akan terjadi pemisahan ion-ion penyusun elektrolit akibat reaksi reduksi pada katoda.

Akhiruddin menjelaskan, ion positif akan bergerak ke sisi elektroda negatif (katoda), sedangkan ion negatif bergerak ke sisi elektroda positif (anoda), yang mana terjadi reaksi oksidasi.

"Produk-produk reaksi elektrolisis ini mengakibatkan warna larutan elektrolit berubah menjadi kecoklatan atau kehitaman akibat proses pengkaratan (rusting) pada elektroda-elektroda, khususnya di katoda," kata Akhiruddin.

Karat tersebut masuk dan menyebar di dalam larutan elektrolit, sehingga warnanya akan berubah.

Dia mengungkapkan, perbedaan warna larutan salah satunya sangat ditentukan oleh jenis elektroda logam yang digunakan.

Namun, berkenaan dengan detoksifikasi saat kaki dimasukkan ke dalam wadah elektrolit yang teraliri listrik, menurutnya perlu kajian lebih jauh.

"Perlu kajian lebih jauh, terutama dengan meneliti kandungan elektrolit setelah proses elektrolisis, apakah terdapat zat-zat produk detoksifikasi dari tubuh, atau tidak," tandasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi