Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Garis Wallace dan Persebaran Fauna di Indonesia-Australia Terpecahkan, Ini Kata Peneliti

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Encyclopaedia Britannica
Garis khayal pemisah flora dan fauna Indonesia: Garis Wallace (biru, terbaru merah), Garis Weber (ungu), dan Garis Lydekker (hijau).(Encyclopaedia Britannica)
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa.

Indonesia juga berada di posisi strategis, karena berada di antara Benua Asia dan Australia serta Samudra Pasifik dan Hindia.

Diketahui, Indonesia adalah negara yang kaya akan ragam fauna dan floranya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Persebaran hewan Indonesia sendiri terbagi menjadi dua bagian yang dibatasi oleh Garis Wallace.

Diketahui, garis imajiner ini pertama kali dideskripsikan oleh naturalis sekaligus penjelajah Inggris bernama Alfred Russel Wallace pada 1859.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski begitu, terdapat beberapa kali pembaruan sejak saat itu.

Baca juga: Dijuluki Fosil Hidup, Berikut 8 Hewan Purba yang Masih Ada sampai Sekarang

Apa itu Garis Wallace?

Garis Wallace ini mewakili batas nyata persebaran hewan dengan spesies yang sangat berbeda di kedua sisinya.

Dikutip dari IFL Science (5/7/2023), garis imajiner ini dimulai dari Samudra Hindia, membelah antara Bali dan Lombok, menyelinap di sekitar Kalimantan, dan berakhir di sebelah timur Filipina.

"Jika Anda bepergian ke Kalimantan, Anda tidak akan melihat mamalia berkantung, tetapi jika Anda pergi ke pulau tetangga, Sulawesi, Anda akan melihatnya. Di sisi lain, Australia tidak memiliki mamalia khas Asia, seperti beruang, harimau, atau badak," kata Alex Skeels, peneliti dari Australian National University, dilansir dari IFLScience (25/7/2023).

Diketahui, hewan-hewan yang ada di sisi barat Garis Wallace tampak secara eksklusif berasal dari Asia.

Namun di sisi timurnya, hewan-hewan yang ada merupakan campuran dari keturunan Asia dan Australia atau Australasia.

“Penelitian kami menunjukkan jauh lebih banyak kelompok fauna Asia yang menyeberang dan menetap di Australia dibandingkan di arah sebaliknya,” ungkap Skeels.

Mengapa demikian?

Baca juga: 7 Hewan yang Memiliki Pekerjaan Resmi untuk Membantu Manusia

Persebaran dipicu perubahan iklim

Masih dari IFL Science, distribusi di Garis Wallace yang tidak merata itu disebabkan oleh perubahan iklim ekstrem.

Perubahan iklim tersebut diakibatkan oleh aktivitas tektonik sekitar 35 juta tahun lalu.

Awalnya, Australia terletak lebih ke selatan dan terhubung dengan Antarktika. 

"Pada suatu titik dalam garis waktu Bumi, Australia memisahkan diri dari Antarktika dan selama jutaan tahun hanyut ke utara, menyebabkannya menabrak Asia. Tabrakan tersebut melahirkan pulau-pulau vulkanik yang sekarang kita kenal sebagai Indonesia (Melayu)," ujar Skeels.

Pemisahan Australia dari Antartika ini menciptakan jalur laut baru yang jauh lebih dingin, yang menyebabkan pendinginan dramatis pada iklim Bumi pada saat itu. 

Baca juga: 8 Hewan yang Mampu Bertahan Hidup di Lingkungan Ekstrem

Spesies hewan Asia lebih mudah beradaptasi

Untuk mengetahui spesies mana yang telah melakukan perjalanan melintasi Garis Wallace, tim peneliti menganalisis 20.000 spesies, termasuk burung, mamalia, reptil, dan amfibi.

Mereka menemukan bahwa perubahan iklim tidak memengaruhi semua spesies hewan secara merata.

Iklim di Asia Tenggara dan Kepulauan Melayu yang baru terbentuk tetap jauh lebih hangat dan lebih basah daripada di Australia yang menjadi dingin dan kering. Sehingga, hewan-hewan di Asia dapat beradaptasi dengan baik untuk hidup di Kepulauan Melayu.

Lebih lanjut ditemukan fakta bahwa, spesies yang berevolusi di Australia yang kering dan gersang kurang mampu bertahan hidup di pulau-pulau tropis yang basah di utara, dan spesies yang memiliki toleransi curah hujan yang lebih tinggi lebih berhasil dalam melakukan perjalanan menyeberang ke Australia.

“Hal ini (perpindahan) tidak terjadi pada spesies Australia," ucap Skeels.

“Mereka telah berevolusi dalam iklim yang lebih dingin dan semakin kering dari waktu ke waktu dan oleh karena itu, kurang berhasil mendapatkan pijakan di pulau-pulau tropis dibandingkan dengan makhluk yang bermigrasi dari Asia,” lanjutnya.

Studi itu kemudian diharapkan bisa memprediksi bagaimana perubahan iklim di masa modern akan berdampak pada spesies yang hidup.

"(Hal ini dapat) membantu kita memprediksi spesies mana yang mungkin lebih baik dalam beradaptasi dengan lingkungan baru, karena perubahan iklim Bumi terus berdampak pada pola keanekaragaman hayati global," tutur Skeels.

Baca juga: Fakta Menarik 4 Hewan yang Hidup Berkelompok

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi