Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Mudik, Sudah Ada sejak Zaman Majapahit, Populer Saat Lebaran

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/BUDIMAN TANUREDJO
Sejarah mudik yang menjadi kebiasaan saat Lebaran
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Lebaran dan mudik adalah dua kata yang tak bisa dilepaskan.

Hal itu karena pada momen Lebaran, biasanya perantau akan mudik ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga besar.

Dari hasil survei Kementerian Perhubungan RI diperkirakan ada sekitar 193,6 juta penduduk Indonesia akan mudik pada Lebaran 2024.

Jumlah tersebut mencapai sekitar 72 persen dari jumlah penduduk Indonesia, atau dengan kata lain, ada 7 dari 10 orang Indonesia akan mudik Lebaran tahun ini.

Dikutip dari Kompas.id, jika dibandingkan dengan Lebaran 2023, pemudik Lebaran kali ini meningkat sekitar 45 persen. Pada 2023 sekitar 123,8 juta orang melakukan perjalanan mudik.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lalu, sejak kapan sejarah mudik ada di indonesia?

Baca juga: Link CCTV untuk Mengecek Pantauan Arus Mudik Lebaran 2024

Sejarah mudik di Indonesia

Mengenai sejarah mudik, dosen sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Silverio Raden Lilik Aji Sampurno mengatakan, mudik menurutnya sudah ada sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam.

Hal itu karena pada saat itu wilayah kekuasaan Majapahit terbentang hingga ke Sri Lanka dan Semenanjung Malaya.

Oleh karena itu, pihak kerajaan Majapahit menempatkan pejabatnya ke berbagai wilayah untuk menjaga daerah kekuasaannya.

Pada masa penugasan itu, pejabat tersebut akan balik ke pusat kerajaan untuk menghadap Raja dan mengunjungi kampung halamannya.

Hal ini yang menurut Silverio kemudian dikaitkan dengan fenomena mudik.

"Selain berawal dari Majapahit, mudik juga dilakukan oleh pejabat dari Mataram Islam yang berjaga di daerah kekuasaan. Terutama mereka balik menghadap Raja pada Idul Fitri," kata dia dikutip dari Kompas.com, (6/5/2018).

Istilah mudik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik memiliki arti sebagai berikut:

Menurut Silverio istilah mudik sendiri baru tren pada tahun 1970-an.

Mudik merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh perantau di berbagai daerah untuk kembali ke kampung halamannya.

"Mudik menurut orang Jawa itu kan dari kata ‘mulih disik’ yang bisa diartikan pulang dulu. Hanya sebentar untuk melihat keluarga setelah mereka menggelandang (merantau)," ujar Silverio.

Selain itu, masyarakat Betawi mengartikan mudik sebagai "kembali ke udik". Dalam bahasa Betawi, kampung itu berarti udik.

Saat orang Jawa hendak pulang ke kampung halaman, orang Betawi menyebut "mereka akan kembali ke udik".

Akhirnya, secara bahasa mengalami penyederhanaan kata dari "udik" menjadi "mudik".

Baca juga: 30 Ucapan Selamat Mudik Lebaran 2024, Dibagikan Jelang Pulang Kampung

Tradisi mudik dari Ibu Kota

Tradisi mudik ke kampung jelang Lebaran sudah menjadi kultur penduduk Jakarta sejak 53 tahun lalu.

Dikutip dari Harian Kompas edisi 10 Desember 1969, dalam tulisan bertajuk “Tiap Mendjelang Hari2 Raya, Penduduk Djakarta Banjak Berkurang”.

Menurut Maman S Mahayana (2011), fenomena mudik yang dikaitkan dengan Lebaran mulai terjadi pada awal pertengahan dasawarsa 1970-an.

Jakarta tampil sebagai kota besar satu-satunya di Indonesia yang mengalami kemajuan luar biasa.

Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin (1966-1977) disulap menjadi sebuah kota metropolitan.

Bagi penduduk lain yang berdomisili di desa dan kota lain, Jakarta menjadi salah satu kota tujuan impian untuk mengubah nasib.

Mereka berbondong-bondong ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.

Mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan biasanya hanya mendapatkan libur panjang pada saat lebaran saja. Momentum ini dimanfaatkan untuk kembali ke kampung halaman.

Selamat mudik, selamat Lebaran.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi