Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap PR Matematika Lebih Banyak Merugikan Dibanding Memberi Manfaat

Baca di App
Lihat Foto
pexels.com/ Jena Backus
Ilustrasi anak sedang mengerjakan PR atau pekerjaan rumah
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Sebuah studi yang dipublikasikan oleh British Journal of Sociology of Education mengungkapkan, memberikan pekerjaan rumah (PR) matematika kepada siswa lebih banyak kerugian dibandingkan keuntungannya.

Studi ini dimuat dalam jurnal berjudul Mathematics homework and the potential compounding of educational disadvantage yang diterbitkan pada 8 Agustus 2023.

Dalam studi tersebut, PR matematika akan lebih merugikan, terutama ketika terlalu rumit untuk diselesaikan anak-anak, bahkan dengan bantuan orangtua.

Para peneliti dari University of South Australia dan St. Francis Xavier University di Kanada, mewawancarai delapan keluarga dalam studi ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 10 Kampus dengan Jurusan Matematika Terbaik di Indonesia 2023


Mereka mengajukan pertanyaan tentang pengalaman mengerjakan pekerjaan rumah matematika dan dampaknya terhadap keluarga.

Semua keluarga yang terlibat dalam penelitian memiliki anak di kelas 3 sekolah dasar (SD) dan berusia 8 atau 9 tahun.

Sebagai informasi, anak kelas 3 SD di Kanada umumnya sudah mendapatkan tes matematika standar untuk pertama kalinya.

Secara keseluruhan, matematika dibicarakan sebagai mata pelajaran yang tidak disukai dan memerlukan terlalu banyak kerja ekstra.

Dosen senior pendidikan matematika di University of South Australia, Lisa O'Keeffe mengatakan, PR telah lama diterima sebagai praktik yang memperkuat pembelajaran anak-anak dan meningkatkan keberhasilan akademis.

Baca juga: Studi: Duduk Terlalu Lama Memicu Risiko Kematian Dini

PR rumit berpotensi sebabkan pemikiran negatif

Meskipun demikian, jika tugas yang diberikan terlalu rumit, hal ini akan menimbulkan keraguan terkait urgensi pemberian PR itu.

“Seperti banyak hal lainnya, pengajaran matematika telah berkembang seiring berjalannya waktu," ungkap O'Keeffe, dikutip dari Science Alert.

"Tetapi ketika orangtua menyadari bahwa metode yang mereka coba dan benar berbeda dengan yang dipelajari anak-anak mereka, akan sulit untuk beradaptasi. Ini dapat menambah tekanan yang tidak semestinya,” sambungnya.

Para peneliti menjelaskan, kondisi seperti ini nantinya dapat menyebabkan pemikiran negatif lintas generasi.

Ibu-ibu yang terlibat dalam penelitian ini cenderung bertanggung jawab membantu mengerjakan pekerjaan rumah.

Ketika mereka menganggap tugas tersebut sulit, hal ini dapat memperkuat stereotip negatif bahwa matematika bukan mata pelajaran yang secara alami unggul bagi anak perempuan.

Sementara itu, studi lain mengungkapkan bahwa stereotip negatif terhadap matematika dapat berdampak dalam jangka panjang pada nilai dan aspirasi karier seseorang.

Baca juga: Studi Buktikan Lagu Ini Mampu Kurangi Tingkat Kecemasan hingga 65 Persen

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi