Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Sejarah Ketupat dan Maknanya sebagai Makanan Khas Lebaran

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Tiwuk Suwantini
Ketupat Lebaran terbuat dari janur.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Umat Islam di Indonesia biasa merayakan hari raya Idul Fitri dengan makan ketupat, opor ayam, sambal goreng, dan lauk lainnya.

Ketupat terbuat dari beras yang dibungkus anyaman janur kuning. Seperti namanya, makanan itu berbentuk belah ketupat.

Sebagai makanan khas Hari Raya, ketupat juga dinikmati saat tradisi Lebaran Ketupat yang diselenggarakan terutama di Pulau Jawa pada hari kedelapan bulan Syawal.

Lalu, mengapa ketupat menjadi makanan khas Idul Fitri?

 Baca juga: Gerhana Matahari Total Akan Terjadi Jelang Idul Fitri, Bisakah Dilihat di Indonesia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Sejarah ketupat Idul Fitri

Ketupat diyakini berasal dari masa Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Jawa.

Diberitakan Kompas.com (1/5/2023), Sunan Kalijaga menggunakan ketupat sebagai bentuk media syiar Islam pada abad ke-15 dan 16.

Saat itu, ketupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam semasa pemerintahan Raden Patah dari Kerajaan Demak pada abad ke-15.

Sunan Kalijaga lalu memanfaatkan ketupat sebagai media dakwah untuk menyebarkan Islam di kalangan masyarakat pesisir utara Jawa.

Ketupat merupakan bentuk perpaduan budaya Jawa dan Hindu dengan nilai keislaman. 

Ketupat terbuat dari nyiur atau kelapa sehingga menunjukkan identitas masyarakat pesisir yang banyak ditumbuhi pohon kelapa.

Diyakini, ketupat sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha di Nusantara. Walau tidak tercantum dalam prasasti, sejarah mencatat makanan dari beras disajikan dengan dibungkus daun pada masa pra-Islam.

Baca juga: 10 Makanan Unik Idul Fitri dari Berbagai Negara

Makna ketupat sebagai makanan Lebaran

Ketupat menjadi sajian khas Idul Fitri di kawasan Asia Tenggara, seperti Indonesia yang dihuni penduduk Suku Melayu.

Dikutip dari Kompas.com (5/4/2023), masyarakat Jawa dan Sunda menyebut ketupat sebagai kupat yang berarti ngaku lepat atau mengakui kesalahan.

Ketupat juga memiliki simbol lain yakni laku papat atau empat laku yang melambangkan empat sisi dari ketupat. Ketupat memiliki empat sisi yang mengandung makna berbeda sebagai berikut.

Ketupat terbuat dari daun kelapa, nyiur, atau janur yang digunakan untuk menunjukkan identitas budaya pesisiran yang banyak ditumbuhi pohon kelapa.

Warna kuning pada janur ketupat dimaknai sebagai usaha masyarakat pesisir Jawa dalam membedakan warna khas dari warna hijau Timur Tengah atau merah Asia Timur.

Baca juga: Selalu Ada di Hari Raya Idul Fitri, Apa Makna Ketupat?

Jenis masakan ketupat

Ketupat dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman janur atau daun kelapa yang dibentuk menyerupai belah ketupat. Beras tersebut lalu dikukus sampai berasnya matang.

Ketupat disajikan bersama opor ayam, sambal goreng ati, kari, dan sayur lainnya.

Dilansir dari Kontan, masyarakat Jawa mengenal berbagai jenis ketupat khas daerah masing-masing.

Warga Madura mengenal ketupat bawang berbentuk persegi empat. Ketupat ini dimasak dengan bumbu bawang sebagai penyedap.

Masyarakat Tegal mengenal ketupat bernama glabed yang dimasak dengan kuah kuning kental. 

Sementara warga Betawi mengenal ketupat bebanci. Ketupat ini dimakan dengan kuah santan berisi daging sapi berbumbu rempah-rempah seperti kemiri, bawang merah, bawang putih, cabai, dan sebagainya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi