Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Nama "Operation True Promise", Operasi Serangan Iran ke Israel...

Baca di App
Lihat Foto
AFP/ATTA KENARE
Seorang wanita berjalan melewati spanduk yang menggambarkan peluncuran rudal berlambang Republik Islam Iran di pusat kota Teheran, Senin (15/4/2024). Iran meluncurkan ratusan drone ke wilayah Israel, Minggu (14/4/2024), sebagai balasan tindakan Israel yang menghancurkan kedutaan besar Iran di Damaskus pada 1 April 2024.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh


KOMPAS.com - Iran melancarkan serangan langsung ke Israel pada Sabtu (13/4/2024) malam.

Dalam serangan itu, lebih dari 300 drone dan rudal ditembakkan ke wilayah Israel dalam aksi yang disebut Operation True Promise atau Operasi Janji Sejati.

Serangan itu dilakukan sebagai balasan atas serangan ke konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024.

Peristiwa ini menjadi serangan langsung pertama yang diluncurkan sejak Iran dan Israel bermusuhan usai Revolusi Islam pada 1979.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lalu, apa itu Operation True Promise?

Baca juga: Serangan Iran ke Israel Disebut Hanya Ingin Tepati Janji Pembalasan, Jauh dari Potensi Perang Dunia Ketiga


Operation True Promise

Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menamai serangan 13 April 2024 sebagai Operation True Promise.

Dikutip dari Al Jazeera, nama operasi itu digunakan sebagai upaya para pemimpin tertinggi Iran untuk menepati janjinya akan menghukum pihak yang menyerang negara Islam itu, termasuk Israel atau pihak lain.

Sebelumnya, Israel diduga menyerang kantor konsulat Iran di Damaskus, Suriah hingga menewaskan seorang komandan militer Iran, Mayor Jenderal Mohammad Reza Zahed.

Bagi Iran, operasi ini sebagai balasan dari serangan yang dilakukan kepada perwakilan diplomatik mereka yang melanggar Konvensi Wina. 

Baca juga: 4 Potensi Dampak Serangan Iran ke Israel bagi Perekonomian Indonesia

Terkait serangan tersebut, Kepala Angkatan Bersenjata Iran Mayor Jenderal Mohammad Bagheri mewanti-wanti agar Israel tidak membalas dengan serangan lain.

“Respon kami akan jauh lebih besar dibandingkan aksi militer malam ini jika Israel membalas terhadap Iran," katanya, dikutip dari The Guardian.

Bagheri juga memperingatkan Amerika Serikat agar tidak memberikan dukungan apa pun terhadap serangan balik Israel, jika tidak ingin mendapat reaksi balasan yang buruk.

Usai melakukan serangan Operation True Promise, pewakilan Iran di PBB menyatakan masalah tersebut sudah selesai, kecuali ada tindakan lebih lanjut dari Israel.

“Masalahnya dapat dianggap selesai. Namun, jika rezim Israel melakukan kesalahan lagi, tanggapan Iran akan jauh lebih parah,” katanya.

Baca juga: Israel Akan Membalas Serangan Iran pada Waktu yang Tepat

Kekuatan militer Iran

Iran belum mengungkapkan berapa jumlah pasti drone atau rudal balistik yang digunakan untuk menyerang Israel. Selama serangan, ledakan terdengar di seluruh Israel, termasuk Tel Aviv dan Yerusalem.

Dikutip dari Al Jazeera, Daniel Hagari mengatakan bahwa serangan Iran melibatkan lebih dari 120 rudal balistik, ratusan drone, dan lebih dari 30 rudal jelajah.

Diketahui, drone Iran yang digunakan untuk menyerang Israel adalah drone kamikaze Shahed-136 yang membawa hulu ledak relatif kecil dengan berat sekitar 50 kg.

Drone Shahed-238 juga digunakan dalam serangan itu. Model ini memiliki kecepatan yang jauh lebih tinggi, yakni mencapai 600 kmph.

Selain itu, Iran juga menggunakan rudal balistik Fattah yang diperkirakan dapat mencapai Israel dalam waktu tujuh menit.

“Operasi tersebut mencapai tingkat keberhasilan yang melebihi ekspektasi kami,” kata Panglima IRGC Hossein Salami.

Menurutnya, proyektil yang diluncurkan hanya menargetkan lokasi militer, termasuk pangkalan udara Nevatim di Gurun Negev yang diduga menjadi tempat peluncuran serangan Israel ke konsulat Iran di Suriah.

Baca juga: Merunut Hubungan Iran dan Israel, Dulu Kawan, Kini Menjadi Lawan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi