Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 50 Spesies Laut Tak Dikenal Ditemukan di Dekat Pulau Paskah

Baca di App
Lihat Foto
ROV SuBastian/Schmidt Ocean Institute
Leptoseris, hewan terdalam yang bergantung pada fotosintesis, termasuk salah satu dari ratusan spesies yang ditemukan di Punggung Bukit Salas y Gomez.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Puluhan spesies baru telah ditemukan di sepanjang Salas y Gomez, sebuah pulau kecil di lepas pantai Rapa Nui yang juga dikenal sebagai Pulau Paskah, rumah bagi patung manusia batu moai.

Di antara makhluk yang belum pernah dilihat sebelumnya, peneliti juga menemukan cumi-cumi, ikan, karang, moluska, bintang laut, spons, bulu babi, dan kepiting.

Penghuni lautan tersebut ditemukan selama ekspedisi oleh RV Falkor, kapal penelitian oseanografi yang dioperasikan Schmidt Ocean Institute.

Dalam ekspedisi itu, Schmidt Ocean Institute tengah melakukan survei lingkungan bawah air di Samudra Pasifik, jauh di lepas pantai Chile.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Ilmuwan Temukan Gunung Bawah Laut, Tingginya Tiga Kali Burj Khalifa


Lebih dari 50 spesies baru ditemukan

Dilansir dari IFL Science, Punggung Bukit Salas y Gomez merupakan bagian dari rangkaian gunung berapi bawah laut di Samudra Pasifik.

Di sana, tim peneliti berhasil mengidentifikasi 160 spesies berbeda, dengan lebih dari 50 di antaranya dianggap baru bagi ilmu pengetahuan.

Mereka juga menemukan hewan terdalam di dunia yang bergantung pada fotosintesis, Leptoseris, yang kerap dikenal sebagai karang keriput.

"Pengamatan ekosistem yang berbeda pada masing-masing gunung bawah laut menyoroti pentingnya melindungi seluruh punggung bukit, bukan hanya beberapa gunung bawah laut," ujar Erin E Easton, Kepala Ilmuwan di Schmidt Ocean Institute.

Asisten Profesor di University of Texas Rio Grande Valley, Amerika Serikat ini berharap, data yang dikumpulkan dari ekspedisi akan membantu pembentukan kawasan perlindungan laut baru, termasuk di laut lepas di Punggung Bukit Salas y Gomez.

Baca juga: Ilmuwan Ungkap Pembentukan Samudra Keenam, Memecah Afrika Jadi Dua Bagian

Selain melacak keberadaan makhluk hidup, ekspedisi tersebut juga melakukan survei hidrografi (pengukuran dan pemetaan perairan) terhadap fitur geografis dasar laut.

Sebanyak 78.000 kilometer persegi dasar laut telah dipetakan, termasuk enam gunung bawah laut yang belum didokumentasikan.

Di lautan terbuka yang luas, gunung bawah laut turut berfungsi sebagai sarang keanekaragaman hayati.

Tempat ini menyediakan permukaan bagi karang laut dalam, bunga karang, ikan, sefalopoda, dan krustasea.

Gunung-gunung bawah laut, seperti yang ditemukan di Punggung Bukit Salas y Gomez, juga berfungsi sebagai "perhentian" penting yang mendukung migrasi makhluk laut seperti paus, penyu, ikan todak, tuna, dan hiu.

Baca juga: Fosil Mesir Purba Jelaskan Cara Paus Pindah dari Hewan Darat ke Laut

Ekosistem asli yang punya keanekaragaman hayati

Dikutip dari laman Livescience, penelitian ini adalah ekspedisi kedua di Salas y Gomez yang dilakukan Schmidt Ocean Institute pada 2024.

Pada Februari lalu, perjalanan pertama mereka ke kawasan tersebut mengungkap 100 spesies baru, termasuk jenis karang, spons kaca, bulu babi, amphipoda, dan lobster.

Para peneliti menggambarkan ekosistem di kawasan ini sebagai ekosistem yang "asli", dan memiliki keanekaragaman hayati yang unik.

Mereka pun berharap kawasan punggung bukit tersebut bisa mendapatkan perlindungan yang dibutuhkan agar tetap terjaga dengan segala keanekaragamannya.

"Habitat dan komunitas hewan menakjubkan yang kami ungkapkan selama dua ekspedisi ini merupakan contoh dramatis betapa sedikitnya yang kami ketahui tentang kawasan terpencil ini," jelas peneliti Schmidt Ocean Institute, Javier Sellanes.

Profesor di Departemen Biologi Kelautan, Universidad Catolica del Norte, Chile itu melanjutkan, ekspedisi mereka akan membantu mengingatkan para pengambil keputusan tentang pentingnya ekologi di kawasan Salas y Gomez.

"Dan berkontribusi untuk memperkuat strategi perlindungan di dalam dan di luar perairan yurisdiksi," tambah Sellanes.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Samudra di Perut Bumi, Tiga Kali Lipat Lebih Besar dari Lautan Biasa

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi