Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Apa Itu "Cloud Seeding", Modifikasi Cuaca yang Dituding Picu Banjir di Dubai

Baca di App
Lihat Foto
AFP/GIUSEPPE CACACE
Kendaraan melaju di jalan yang tergenang air saat hujan lebat di Uni Emirat Arab, Dubai, pada 16 April 2024. Hujan deras dan angin kencang melanda beberapa bagian Teluk pada tanggal 16 April, ketika jumlah korban tewas akibat badai di Oman meningkat menjadi 18 orang, banyak di antaranya adalah anak-anak. Penerbangan dibatalkan di Dubai, pusat keuangan di kawasan ini, sementara sekolah-sekolah di Uni Emirat Arab dan Bahrain ditutup.
|
Editor: Mahardini Nur Afifah

KOMPAS.com - Cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi menjadi salah satu penyebab banjir di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), pada Selasa (16/4/2024).

Dikutip dari AP News, hujan mulai turun pada Senin (15/4/2024) dengan curah hujan sekitar 20 milimeter.

Namun, intensitasnya terus meningkat hingga mencapai 142 milimeter pada Selasa (16/4/2024) malam waktu UEA. Angka tersebut mendekati rata-rata curah hujan tahunan sekitar 100 milimeter.

Dilansir dari Sky News, akibat banjir tersebut, kawasan permukiman, jalanan utama, dan Bandara Internasional Dubai lumpuh total. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Dihantam Badai, Kota Mewah Dubai Terendam Banjir

Seorang ahli meteorologi UEA, Ahmed Habib menyebutkan, penyemaian awan (cloud seeding) menjadi penyebab curah hujan tinggi berujung banjir di Dubai.

Namun, Wakil Direktur Jenderal Pusat Meteorologi UEA (NCM), Omar AlYazeedi membantah hal tersebut.

Sebagai informasi, NCM merupakan satuan tugas pemerintah yang bertanggung jawab untuk merekayasa cuaca, termasuk kebijakan cloud seeding di UEA.

Omar membantah pendapat Ahmed yang menyebut institusinya telah melakukan teknik modifikasi cuaca menjelang badai besar di seluruh negeri.

Menurut Omar, NCM tidak mengirimkan pilot untuk operasi penyemaian sebelum atau selama badai yang melanda UEA.

“Salah satu prinsip dasar penyemaian awan adalah harus menargetkan awan pada tahap awal sebelum hujan turun. Apabila terjadi situasi badai petir yang parah, maka sudah terlambat untuk melakukan operasi cloud seeding,” ungkap Omar, dikutip dari CNBC, Rabu (17/4/2024).

Baca juga: Saat Dubai Dilanda Banjir, Kota dan Bandara Lumpuh


Apa itu metode cloud seeding?

Dilansir dari BBC, cloud seeding adalah teknologi penyemaian awan yang melibatkan manipulasi awan yang ada untuk membantu menghasilkan lebih banyak hujan.

Ketika akan melakukan cloud seeding, NCM akan memeriksa ramalan cuaca untuk mengamati pola curah hujan di awan.

Lembaga tersebut juga akan mengidentifikasi awan yang cocok untuk dilakukan penyemaian.

Setelah menemukan awan yang cocok, NCM akan menginstruksikan pilot untuk menerbangkan pesawat khusus yang dilengkapi dengan suar higroskopis di sayap pesawat.

Setiap suar akan mengandung sekitar satu kilogram komponen mineral garam. Komponen tersebut membutuhkan waktu tiga menit untuk terbakar.

Usai terbakar, pesawat akan menjatuhkan komponen mineral garam tersebut ke awan yang tepat.

Setelah itu, uap air kemudian akan bertambah dan lebih mudah mengembun sehingga dapat berubah menjadi hujan.

Cloud seeding umumnya dilakukan saat kondisi angin, kelembaban, dan debu tidak cukup untuk menyebabkan hujan.

Baca juga: Dihantam Badai, Kota Mewah Dubai Terendam Banjir

Sejarah panjang UEA melakukan cloud seeding

Pada 1990-an, UEA mulai memperkenalkan metodologi cloud seeding yang dirancang untuk mengatasi masalah kekurangan air.

Sebagai informasi, pada tahun tersebut, UEA merupakan wilayah kering dan jarang turun hujan.

Lalu pada awal 2000-an, Wakil Presiden UEA saat itu, Sheikh Mansour Bin Zayed Al Nahyan, mengalokasikan dana hingga 20 juta dollar Amerika Serikat atau Rp 176,315 miliar pada waktu itu untuk penelitian cloud seeding.

UEA bermitra dengan NASA dan Pusat Penelitian Atmosfer Nasional di Colorado untuk menyiapkan metode program cloud seeding.

Pemerintah UEA membentuk satuan tugas yang disebut NCM di Abu Dhabi, UEA yang melakukan cloud seeding lebih dari 1.000 per tahun untuk meningkatkan curah hujan.

NCM memiliki jaringan radar cuaca dan lebih dari 60 stasiun cuaca yang mengelola operasi penyemaian di negara tersebut.

Selain itu, lembaga tersebut juga bertugas untuk memantau kondisi atmosfer sebelum melakukan cloud seeding.

Baca juga: TKW Asal Cianjur yang Dijadikan Pekerja Seks di Dubai Ditemukan, Ini Kronologinya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi