Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tertidur" Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Baca di App
Lihat Foto
Erupsi yang disertai kilatan petir vulkanik terjadi di Gunung Ruang
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara meletus pada Selasa (16/4/2024) pukul 21.45 Wita.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan mengatakan bahwa Gunung Ruang memiliki karakteristik erupsi eksplosif.

"Ancaman dari Gunung Ruang berupa erupsi eksplosif dan menghasilkan awan panas," ujarnya dikutip dari Antara, Rabu (17/4/2024).

Hendra menjelaskan, letusan eksplosif terjadi ketika magma yang lebih kental dan dingin seperti andesit mencapai permukaan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gas yang terlarut tidak dapat keluar secara mudah yang menyebabkan peningkatan tekanan hingga terjadi ledakan gas yang melontarkan lava dan gas ke udara.

Baca juga: Kata Media Asing soal Gunung Ruang Meletus, Soroti Potensi Tsunami

Penyebab Gunung Ruang meletus

Hendra menerangkan, gempa bumi tektonik sebanyak dua kali yang berpusat di Laut Maluku memicu pergolakan vulkanik pada Gunung Ruang.

Hal tersebut bermula ketika terjadi gempa tektonik berkekuatan M 6,4 dengan kedalaman 94 kilometer di barat laut Pulau Doi, Maluku Utara pada 9 April 2024.

Lima hari setelahnya, terjadi gempa tektonik dengan kekuatan M 5,1 dengan kedalaman 122 kilometer yang berada di barat daya Pulau Doi, Maluku Utara.

Terpisah, Kepala Tim Pengamatan Gunung Api PVMBG, Heruningtyas Desi Purnamasari, mengatakan bahwa salah satu trigger atau pemicu Gunung Ruang meletus adalah gempa.

Berdasarkan catatan PVMBG, telah terjadi 1.439 kali gempa vulkanik dalam (VTA), 569 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), enam kali gempa tektonik lokal, dan 167 kali gempa tektonik jauh pada 1-17 April 2024.

Heruningtyas menyampaikan, gempa yang terasa tercatat sebanyak empat kali dengan skala I MMI.

"Jumlah kegempaan terutama gempa vulkanik dalam yang terjadi pada periode 1-17 April 2024 menunjukkan kenaikan yang signifikan dibandingkan bulan Maret 2024," katanya kepada Kompas.com, Kamis (18/4/2024).

Baca juga: Erupsi Gunung Ruang Berpotensi Ganggu Penerbangan di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara

Lebih lanjut, ia merinci aktivitas kegempaan Gunung Ruang pada 16-17 April 2024:

16 April 2024 17 April 2024

Baca juga: Update Aktivitas Gunung Ruang, Erupsi Eksplosif Masih Terjadi

Peningkatan status Gunung Ruang

Heruningtyas menjelaskan, setelah terjadi kenaikan aktivitas menjadi level waspada pada 16 April 2024 pukul 13.00 dan siaga pada hari yang sama pukul 16.00 Wita, aktivitas visual dan kegempaan menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Ketinggian kolom erupsi cenderung meningkat dengan material erupsi berupa abu disertai lontaran batuan pijar yang mencapai jarak sekitar lima kilometer di Pulau Tagulandang.

"Jumlah kejadian gempa vulkanik dalam meningkat signifikan disertai getaran tremor vulkanik menerus dengan amplitudo overscale," jelas Heruningtyas.

"Menandakan saat ini masih terjadi proses peretakan batuan disertai migrasi magma dari reservoir magma dalam ke permukaan dalam bentuk erupsi eksplosif berselingan dengan erupsi efusif (aliran lava)," tambahnya.

Baca juga: Erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara, Alami Gempa Sebelum Meletus

Kondisi Gunung Ruang terkini

Lebih lanjut, Heruningtyas membeberkan bahwa Gunung Ruang mempunyai interval erupsi antara 1-30 tahun. Erupsi yang terakhir terjadi pada 2002.

Pada saat itu, terjadi erupsi eksplosif pada Gunung Ruang yang disertai awan panas dan menyebabkan kerusakan lahan dan permukiman serta penduduk harus mengungsi.

Terkait kondisi Gunung Ruang saat ini, cuaca di lokasi umumnya cerah, ada kabut, berawan, hingga hujan.

Pada 18 April 2024 pagi, teramati asap kawah berwarna putih kelabu, berintensitas tebal, dan bertekanan lemah hingga sedang dengan ketinggian 500-800 meter dari puncak.

"Pemantauan visual saat ini tanggal 18 April 2024 hingga pukul 12.00 Wita, masih teramati erupsi berupa asap menerus berwarna putih hingga kecoklatan dengan intensitas relatif lemah," jelas Heruningtyas.

"Hasil pemantauan visual juga menunjukkan saat ini aktivitas vulkanik Gunung Ruang masih tinggi.

"Potensi bahaya yang mungkin terjadi adalah erupsi eksplosif menghasilkan lontaran batu (pijar) ke segala arah yang bisa diikuti dengan awan panas maupun erupsi efusif (aliran lava)," imbuhnya.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi