KOMPAS.com - Selain makanan, beberapa orang biasanya mengonsumsi suplemen tertentu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
Suplemen ini biasanya mengandung salah satu nutrisi berupa vitamin atau mineral yang baik untuk kesehatan tubuh.
Meski begitu, terdapat sejumlah mitos yang beredar secara luas sehingga bisa membuat pemahaman masyarakat keliru.
Lantas, apa saja mitos tentang suplemen tersebut?
Baca juga: 7 Kombinasi Suplemen yang Sebaiknya Tidak Diminum Bersamaan karena Picu Efek Samping
4 mitos suplemen
Dihimpun dari berbagai sumber, berikut sejumlah mitos seputar suplemen kesehatan:
1. Berbahan alami bukan berarti pasti baikDikutip dari Live Science, pemahaman mengenai sesuatu yang berasal dari alam atau “alami” dipastikan adalah hal baik adalah salah, terutama pada konteks pemasaran suplemen.
Misalnya, terdapat suplemen herbal yang berbahan alami, tetapi belum terbukti secara klinis, sehingga bisa menimbulkan efek samping setelah mengonsumsinya.
Baca juga: 13 Vitamin dan Suplemen yang Mampu Turunkan Kadar Gula Darah
2. Banyak mengonsumsi, bukan berarti lebih baikAda asumsi yang menyebutkan bahwa lebih banyak mengonsumsi suplemen, hasilnya akan menjadi lebih baik.
Padahal, diketahui bahwa tubuh seseorang akan mengatur dengan ketat kadar vitamin dan mineral yang dikonsumsi.
Jika seseorang tidak mengalami kekurangan, mengonsumsi lebih banyak vitamin atau mineral tertentu melalui suplemen belum tentu memberikan manfaat kesehatan berarti.
Sehingga, nantinya kadar berlebihan itu justru akan dibuang oleh tubuh dengan percuma melalui saluran sekresi.
Baca juga: 15 Suplemen Penurun Tekanan Darah, Baik bagi Penderita Hipertensi
3. Lebih baik mengonsumsi daripada tidak, bukan berarti lebih baikAsumsi salah di kalangan masyarakat lainnya yakni lebih baik melakukan sesuatu daripada tidak sama sekali.
Mengambil tindakan membuat seseorang merasa telah memiliki kendali lebih besar terhadap situasi tertentu. Hal ini sangat berpengaruh terutama dalam bidang kesehatan.
Mengonsumsi suplemen vitamin C, misalnya, dilakukan untuk memastikan bahwa asupan harian vitamin tersebut sudah terpenuhi.
Suplemen bisa mengandung vitamin atau mineral tertentu berkali-kali lipat dari jumlah yang direkomendasikan setiap hari.
Jika terlalu banyak menerima asupan vitamin C, kemungkinan seseorang bisa mengalami diare, mual, dan kram perut.
Baca juga: 9 Suplemen yang Bisa Diminum untuk Menurunkan Kadar Kolesterol
4. Tidak semua suplemen dibarengi dengan makanan yang samaDilansir dari Well and Good, tidak semua suplemen bisa dibarengi dengan makanan yang sama untuk mengonsumsinya.
Pasalnya, cara suplemen diserap ke dalam tubuh dapat bervariasi sesuai jenisnya, seperti vitamin.
Terdapat vitamin yang larut dalam lemak, seperti A, D, E, dan K. Hal itu menandakan sejumlah vitamin ini diserap melalui lemak.
Dengan begitu, seseorang lebih baik mengonsumsi suplemen vitamin ini dengan makanan berlemak untuk meningkatkan penyerapannya.
Kemudian, tingkat penyerapan suplemen mineral pun berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh vitamin tertentu.
Misalnya, kalsium diketahui membutuhkan vitamin D agar dapat diserap dengan baik oleh tubuh, sementara zat besi membutuhkan vitamin C.
Dengan demikian, untuk mendapatkan manfaat yang lebih dalam mengonsumsi suplemen zat besi, bisa dibarengi dengan meminum segelas jus jeruk kaya akan vitamin C.
Baca juga: 10 Suplemen yang Berguna untuk Meningkatkan IQ, Apa Saja?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.