Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Semeru 2 Kali Erupsi, PVMBG: Masih Berstatus Siaga

Baca di App
Lihat Foto
Dok. PVMBG
Erupsi Gunung Semeru, Jumat (19/4/2024)
|
Editor: Mahardini Nur Afifah

KOMPAS.com - Gunung Semeru yang berada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mengalami erupsi dua kali hari ini, Jumat (19/4/2024).

Erupsi tersebut terpantau dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur sebanyak dua kali.

Kepala PPGA Semeru Liswanto mengungkapkan, setidaknya Gunung Semeru mengalami 18 kali aktivitas kegempaan dalam 12 jam.

"Seismograf mencatat ada 18 kali letusan pukul 00.00-12.00 WIB dengan amplitudo 12-22 milimeter," ucap dia melalui keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (19/4/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Aktivitas Kegempaan di Gunung Gamalama Meningkat, Warga Diimbau Waspada

Erupsi terjadi pagi hari

Liswanto menyampaikan, Gunung Semeru mengalami erupsi sebanyak dua kali pada pagi hari ini.

Erupsi pertama, kata dia, terjadi pada pukul 06.45 WIB dengan kolom letusan teramati setinggi 500 meter dari puncak kawah.

Kemudian, Gunung Semeru mengalami erupsi kembali pada 09.16 WIB dengan tinggi kolom letusan sampai 600 meter di atas puncak kawah.

Terpisah, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan menuturkan, Gunung Semeru hampir mengalami erupsi secara terus-menerus.

“Erupsi Gunung Semeru hampir bisa dibilang menerus, walaupun kecil-kecil, karena memang gunungnya sangat aktif, (dengan) suplai fluida magma dari dalam gunung terus terjadi,” ujar Hendra saat dihubungi Kompas.com, Jumat.

Sehingga, sambung Hendra, pola letusan Gunung Semeru masih sama atau berulang hingga saat ini dengan bisa mengeluarkan material vulkanik.

Akumulasi material hasil erupsi tersebut berupa aliran lava yang kemudian berpotensi menjadi guguran lava pijar atau awan panas.

Material itu kemudian bisa mengendap di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru.

Tak sampai di situ, material hasil erupsi tersebut bisa menjadi banjir lahar dingin jika berinteraksi dengan air hujan.

“Selain itu, interaksi endapan material guguran lava atau awan panas yang bersuhu tinggi dengan air sungai akan berpotensi terjadinya erupsi sekunder,” jelasnya.

Hendra memastikan, Gunung Semeru yang mengalami erupsi tersebut tidak dipengaruhi atau memengaruhi erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara yang baru saja terjadi.

Baca juga: Tertidur Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Masih berstatus Siaga

Hingga saat ini, terang Hendra, pihaknya masih menetapkan status Gunung Semeru berada di Level III atau Siaga.

"Masyarakat, pengunjung, wisatawan diimbau tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang (Sungai) Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi),” tutur Hendra.

Kemudian di luar jarak tersebut, masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan.

Pasalnya, dikhawatirkan dapat berpotensi dilanda awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

“Masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar),’ ujar Hendra.

Selain Besuk Kobokan, pihaknya juga mengimbau untuk mewaspadai sungai dan lembah lain yang berhulu dari puncak Gunung Semeru, seperti Besuk Bang, Besuk Sat, Besuk Kembar, dan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Baca juga: Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi