Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Ikan Mujair, Benarkah Ditemukan Sosok Mbah Moedjair?

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
Mbah Moedjair, penemu ikan mujair. Asal-usul ikan mujair.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Cerita penemuan ikan mujair oleh sosok Mbah Moedjair kerap dilontarkan untuk menjelaskan asal mula keberadaan ikan ini di Indonesia.

Bahkan, julukan "Penemu Ikan Mudjair" tersemat pada batu nisan makamnya yang terletak di Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Mujair adalah ikan berukuran sedang yang hidup di ekosistem perairan tawar dan payau. Ikan ini mudah dibudidayakan, serta gampang dijumpai dengan harga terjangkau.

Tidak hanya itu, mujair juga memiliki rasa dan bau yang tidak terlalu amis, sehingga relatif disukai masyarakat Indonesia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana asal-usul ikan mujair serta perjalanannya hingga ditemukan di Indonesia?

Baca juga: Benarkah Tebar Benih Ikan Nila di Perairan Umum Berpotensi Invasif dan Musnahkan Ikan Lokal?


Asal-usul ikan mujair

Pakar perikanan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Mohammad Mukhlis Kamal mengatakan, ikan mujair atau bernama ilmiah Oreochromis mossambicus adalah ikan spesies asli Afrika.

Nama spesies mossambicus tersebut merujuk pada suatu tempat, yakni negara Mozambik di kawasan Afrika bagian timur.

"Meskipun secara penyebaran lebih luas dari wilayah Mozambik sendiri. Jadi ikan ini asli spesies dari Afrika," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (19/4/2024).

Ikan dengan nama umum mozambique tilapia ini merupakan salah satu jenis ikan anggota dari famili Cichlidae.

Tidak hanya mujair, jenis ikan marga Cichlidae lain juga populer dan mudah ditemukan di Indonesia, termasuk nila, red devil, lohan, dan jaguar.

Baca juga: Viral, Video Ikan Dipotong Malah Memercikkan Api, Ini Kata Peneliti BRIN

Menurut Mukhlis, sebagaimana mengutip Myers (1951), mujair termasuk spesies sekunder (secondary species) atau kelompok ikan air tawar yang memiliki adaptasi tinggi terhadap salinitas (kadar garam).

"Dia (mujair) kadang-kadang masuk sampai perairan payau, dan bila mana diaklimatisasi (disesuaikan) dengan baik, kemungkinan dapat juga adaptif dengan air laut," kata Mukhlis.

Muklis mencontohkan, budidaya ikan nila yang merupakan sesama genus Oreochromis pun dapat dilakukan di air laut.

Kendati demikian, dia mengungkapkan, mujair bukanlah ikan air laut, melainkan ikan air tawar sekunder.

Baca juga: 8 Pilihan Ikan Tinggi Protein, Murah dan Mudah Dijumpai

Perjalanan ikan mujair ditemukan di Indonesia

Pakar perikanan Indonesia ini menjelaskan, kehadiran ikan mujair di perairan Tanah Air kemungkinan besar dikarenakan tidak sengaja terbawa oleh kapal asing yang mengambil air balas di Afrika.

"Karena kemampuannya untuk memasuki perairan pesisir, di lokasi tambat kapal-kapal Belanda yang butuh untuk air balas, larva dan anak-anak ikan mujair ada di situ, sehingga terbawa berlayar hingga ke Nusantara," paparnya.

Seperti diketahui, selain Hindia Belanda yang kini menjadi Indonesia, Belanda memiliki wilayah jajahan cukup banyak di Afrika.

Layaknya Afrika, Indonesia merupakan negara tropis, sehingga mudah bagi mujair yang terbawa untuk berkembang biak saat dilepaskan bersama pembuangan air balas dari kapal.

Baca juga: Menjadi Ikan Termahal di AS, Elver Berharga Hampir Rp 31 Juta Per 453 Gram

Mukhlis menuturkan, ikan mujair tercatat pertama kali ditemukan pada 25 Maret 1936 di Pantai Serang, Blitar, Jawa Timur, oleh seorang nelayan bernama Moedjair.

Informasi tersebut tertulis jelas pada batu nisan tempat Mbah Moedjair dimakamkan.

"Saat itu, ikan itu diidentifikasi sebagai Saroterodon tilapia yang kemudian menjadi Oreochromis mossambicus," terang Mukhlis.

Pada zaman itu, menurutnya, belum ada nama lokal yang diberikan untuk menyebut ikan tersebut.

"Saat itu nama lokalnya belum ada, tetapi orang ingat Pak Moedjair. Akhirnya menjadi mujair, sebagian orang Sunda malah menyebutnya lauk jaer," lanjutnya.

Baca juga: Bukan Salmon, Ini 4 Ikan Paling Sehat untuk Dimakan

Cerita penemuan Mbah Moedjair

Dilansir dari Kompas.com (16/1/2021), sosok Mbah Moedjair lahir di Desa Kuningan, Kabupaten Blitar, pada 1890.

Mbah Moedjair yang bernama asli Iwan Muluk awalnya bekerja sebagai penjual sate. Sayangnya, usaha tersebut bangkrut akibat kebiasaan buruknya yang suka berjudi.

Tidak ingin patah semangat, Mbah Moedjair tirakat atau berpantangan atas usulan kepala desanya saat itu, Muraji.

Dalam usahanya berpantangan, Mbah Moedjair mengaku mendapatkan pandangan berupa menemukan serta memelihara ikan yang habitatnya berada di air laut.

Namun, tak ada yang tahu pasti bagaimana Mbah Moedjair dapat menemukan ikan mujair dan memeliharanya.

Merujuk buku Go... Go... Indonesia (2013) karya Apri Subagio, Mbah Moedjair disebut menemukan ikan saat berkunjung ke Pantai Serang, Blitar Selatan.

Baca juga: Ikan Koi di Akuarium Kota Malang Dilaporkan Mati, DLH: Ada yang Masukkan Lele

Dia tertarik untuk memelihara karena ikan tersebut menyimpan anak di dalam mulut saat ada bahaya.

Jika dirasa bahaya sudah menghilang atau keadaan sudah aman, ikan tersebut akan mengeluarkan anaknya lagi dari mulutnya.

Setelah sebelas kali percobaan, Mbah Moedjair akhirnya berhasil memelihara empat ekor ikan itu di kolam air tawar di pekarangan rumahnya.

Berkat keberhasilannya, Mbah Moedjair dikenal di seluruh Jawa Timur. Keberhasilannya saat itu juga didengar oleh asisten residen Jawa Timur pada zaman penjajahan Belanda.

Asisten residen pun mengesahkan nama ikan tersebut sebagai ikan moedjair atau mujair sebagai bentuk penghormatan untuk si penemu.

Penemuan Mbah Moedjair juga membuahkan sejumlah penghargaan, termasuk dari tingkat nasional.

Usai wafat karena asma pada 7 September 1957, Mbah Moedjair dimakamkan di Blitar dengan batu nisan yang diukir tulisan "Moedjair Penemu Ikan Mudjair".

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi