Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi suhu panas.
|
Editor: Mahardini Nur Afifah

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebab cuaca panas di Indonesia pada April 2024.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menjelaskan, fenomena suhu panas hari ini dan beberapa waktu terakhir disebabkan posisi semu matahari pada April 2024 yang berada dekat Khatulistiwa.

"Kondisi ini membuat suhu udara di sebagian wilayah Indonesia menjadi relatif cukup terik saat siang hari," ujar Guswanto kepada Kompas.com, Sabtu (7/4/2024).

Meski cuaca tergolong panas, Guswanto memastikan peningkatan suhu di Indonesia bukanlah heat wave atau gelombang panas karena karakteristik dua fenomena ini berbeda.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guswanto menyebutkan, suhu panas dapat terjadi berulang setiap tahun karena faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu Matahari.

Baca juga: Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Suhu udara maksimum di Indonesia

Lebih lanjut, Guswanto menyampaikan bahwa beberapa wilayah terpantau mengalami suhu udara maksimum di atas 36,5 derajat Celcius dalam kurun seminggu terakhir.

Suhu di Medan, Sumatera Utara mencapai 37,0 derajat Celcius pada 21 April 2024, suhu di Saumlaki, Maluku mencapai 37,8 derajat Celcius pada 21 April 2024, dan suhu di Palu, Sulawesi Tengah mencapai 36,8 derajat Celcius pada 23 April 2024.

BMKG juga memantau terjadinya gelombang panas di berbagai negara di Asia Tenggara, seperti Thailand, yang berdekatan dengan Indonesia.

BMKG mencatat, suhu maksimum di Thailand saat dilanda gelombang panas bisa mencapai 52 derajat Celcius.

Baca juga: Thailand Dilanda Suhu Panas, Dilaporkan 30 Orang Meninggal Dunia akibat Heat Stroke

Masih ada potensi hujan lebat, angin kencang, dan petir

Meski terjadi cuaca terik dan suhu panas, Guswanto mengingatkan masih ada potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat, angin kencang, dan petir dalam beberapa hari ke depan.

BMKG memantau terjadinya hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrem sejak 22 April 2024 di beberapa wilayah di Indonesia.

Guwanto mengatakan, wilayah yang dilanda cuaca ekstrem meliputi Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, dan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur.

Selama sepekan ke depan, kata Guswanto, wilayah yang berpotensi dilanda cuaca ekstrem adalah sebagian besar Sumatera, Jawa bagian barat dan tengah, sebagian Kalimantan dan Sulawesi, Maluku dan Sebagian besar Papua.

Terjadinya cuaca ekstrem dipicu oleh kontribusi dari aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial, serta kondisi suhu muka laut yang hangat pada perairan wilayah sekitar Indonesia.

"Hal ini tentu saja dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah di Indonesia," jelasnya.

Baca juga: Musim Kemarau Diprediksi Mundur, Akankah Cuaca Panas Terik 2023 Terulang Lagi?

April 2024 adalah masa peralihan

Terpisah, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani menyebutkan, April 2024 adalah periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah di Indonesia.

Karena alasan itulah masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem.

Cuaca ekstrem yang dimaksud Andri meliputi hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es.

Andri menjelaskan, salah satu ciri-ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari.

Hal tersebut biasanya akan didahului dengan suhu udara hangat dan cuaca terik pada pagi hingga siang hari.

Terjadinya udara hangat dan terik disebabkan oleh radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar.

Fenomena itu memicu proses konveksi atau pengangkatan massa udara dari permukaan Bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.'

Baca juga: Warganet Sebut Suhu Kalimantan Sangat Panas, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Imbauan BMKG

Andri mengatakan, karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat.

Jika kondisi atmosfer menjadi labil atau tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) dapat meningkat.

Andri menuturkan bahwa awan CB berkaitan erat dengan potensi kilat atau petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es.

Di sisi lain, BMKG juga memperkirakan ada potensi labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di hampir sebagian besar wilayah Indonesia pada 2-3 hari ke depan.

Oleh sebab itu, Andri meminta masyarakat untuk tetap tenang meski perlu tetap waspada terhadap potensi bencana terutama banjir yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

"Pantau terus informasi peringatan dini cuaca melalui aplikasi infoBMKG untuk mendapatkan informasi yang lebih detail," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi