Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN
Pelatih Timnas U20 Indonesia Shin Tae Yong menyampaikan konferensi pers jelang Piala Asia U-20 di Stadion Milliy, Tashkent, Uzbekistan, Selasa (28/2/2023). Timnas U20 Indonesia yang berada di Grup A akan menjalani pertandingan perdananya melawan Timnas Irak pada Rabu 1 Maret 2023 di Stadion Lokomotiv, Tashkent, Uzbekistan.
Penulis: Jaya Suprana
|
Editor: Sandro Gatra

SEBAGAI seorang warga Indonesia yang bangga atas timnas Indonesia sudah jelas tanpa keraguan sedikit pun bahwa saya bangga atas keberhasilan timnas Indonesia menaklukkan timnas Korsel pada babak perempat final Piala Asia U23 2024.

Namun kebanggaan yang saya rasakan belum tentu dirasakan oleh warga Korea Selatan yang sudah barang tentu mengharapkan timnas Korsel berjaya menaklukkan timnas Indonesia.

Rasa kecewa warga Korea Selatan malah masih diperparah oleh kenyataan yang membuktikan secara tak terbantahkan sambil menyakitkan bahwa de facto pelatih timnas Indonesia adalah Shin Tae Yong yang notabene justru seorang warga Korea Selatan.

Bagi yang masih sulit membayangkan betapa kecewa perasaan para warga Korsel silakan secara andaikatamologis membayangkan apa yang akan terjadi apabila pelatih timnas Qatar yang pada babak awal Piala Asia U23 2024 mengalahkan timnas Indonesia adalah seorang warga Indonesia. Kemungkinan besar sang pelatih asal Indoneia tersebut tidak akan berani pulang ke Indonesia.

Namun terlepas dari eksperimen akrobat pemikiran andaikatamologis menjengkelkan tersebut, pada hakikatnya kasus pelatih timnas Indonesia yang warga Korsel berhasil melatih timnas Indonesia sehingga berjaya mengalahkan timnas Korsel pada babak perempat final Piala Asia U23 2024 di Qatar mengingatkan saya pada kasus Wibisana.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wibisana pada kisah Ramayana versi Walmiki menjadi penasihat pribadi Sri Rama sehingga Sri Rama berjaya menaklukkan Rahwana di Alengka.

Bahkan Wibisana bukan hanya secara politis seorang warga Alengka, namun juga secara biologis adalah adik bungsu Rahwana, maka beban nasionalisme masih ditambah beban nepotisme di mana seharusnya Wibisana mati-matian membela Negara dan Bangsanya sampai titik darah penghabisan.

Namun karena naga-naganya Wibisana meletakkan kebenaran di atas nasionalisme, maka adik bungsu Rahwana ini justru mati-matian membela Si Rama demi berjaya membinasakan sanak-keluarga dan menghancurkan negeri Wibisana sendiri. Dengan konsekuensi dampak dianggap pengkhianat oleh rakyat Alengka.

Yang dilakukan Wibisana pada hakikatnya merupakan analogi yang dilakukan oleh Shin Tae Yong dalam mati-matian melatih Timnas Indonesia sehingga berjaya menaklukkan Timnas negerinya sendiri dengan konsekuensi dampak dianggap pengkhianat oleh rakyat Korea Selatan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi