Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Baca di App
Lihat Foto
imdb.com
Tangkapan layar poster film Avatar: The Way of Water.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Indonesia memiliki beberapa animator yang karyanya mendunia, sebut saja Griselda Sastrawinata dan Paulie Alam.

Griselda adalah anak bangsa yang terlibat dalam pembuatan film animasi Hollywood, seperti Frozen 2, Moana, dan Kungfu Panda.

Sementara Paulie adalah animator asal Tanah Air yang terlibat dalam pembuatan film Coco dan Toy Story 4.

Selain dua nama tersebut, masih ada satu animator asal Indonesia yang karyanya tidak kalah mendebarkan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ia adalah Sashya Subono, animator yang mengerjakan Avatar Disney: The Way of Water, She-Hulk, dan Hawkeye.

Kesempatan emas tersebut didapat Sashya saat ia bekerja di Weta FX, sebuah perusahaan efek visual dan animasi digital yang berbasis di Wellington, Selandia Baru.

Kepada media asal Singapura, Channel News Asia, Sashya menceritakan pengalamannya menjadi animator sampai ia terlibat dalam beberapa film ternama dunia.

Ia mengatakan, dirinya memiliki keahlian matchmoving, yaitu membuat elemen yang dihasilkan komputer tampak seolah-olah terekam di dunia nyata dan animasi gerakan wajah.

Dengan keahlian tersebut Sashya mampu menghidupkan wajah karakter dengan merekam gerakan dan ekspresi wajah manusia dan mentransfernya ke dalam gambar.

Baca juga: Pengakuan Jim Caviezel, Aktor yang Tersambar Petir Saat Perankan Yesus

Lahir dari keluarga seniman

Sashya mengaku sangat menyukai film dan animasi. Keluarganya juga memiliki kecintaan terhadap dunia seni.

Sashya adalah keponakan dari Adrie Subono, seorang promotor konser terkenal di Indonesia.

Otomatis, ia juga bersaudara dengan Melanie Subono dan Adrian Subono yang berkarier sebagai musisi dan aktor.

“Saya orang Indonesia yang besar di Wellington dan ketika saya masih muda, saya dihadapkan pada banyak film seperti trilogi The Lord Of The Rings dan Toy Story Pixar. Saya terobsesi dengan Buzz Lightyear dan desainnya,” ujar Sashya.

“Saat saya menonton film-film ini, saya berpikir, 'Wow, itu terlihat luar biasa, saya ingin menjadi bagian darinya’,” tambahnya.

Baca juga: Sosok Dallas Liu, Aktor Berdarah Indonesia Pemeran Zuko dalam Serial Avatar: The Last Airbender

Mengejar mimpi menjadi animator

Ketertarikan Sashya terhadap film mendorong Sashya bersama suaminya yang berkewarganegaraan Selandia Baru untuk pindah ke Indonesia pada 2010 setelah keduanya menikah.

Pada saat itu, ia telah mendaftarkan diri untuk mendapatkan diploma di bidang film.

Seiring berjalannya waktu, Sashya menyadari bahwa produksi film dan pengerjaan lokasi syuting bukanlah keahliannya.

“Saya menyadari bahwa saya senang berada di belakang layar dan di depan layar,” katanya.

“Saya mulai terjun ke dunia animasi di mana terdapat begitu banyak keterampilan luar biasa untuk dipelajari dan saya tidak pernah menoleh ke belakang,” tambah Sashya.

Pada saat itu, Sashya mengaku sudah sangat menyukai film sampai-sampai kecintaannya ini mendorongnya untuk belajar banyak hal secara online.

Ia pun memulai proyek animasinya sendiri pada awal 2010-an. Karyanya saat itu masih dapat ditemukan di kanal YouTube Road2Animate dan blog pribadi dengan nama yang sama.

Sashya baru menuntaskan studi diplomanya pada 2012 dan melahirkan anak pertamanya di tahun yang sama.

Ketika itu, ia mengaku sudah benar-benar terjun ke dunia animasi dan memutuskan untuk mengejar gelar sarjana dalam bidang animasi interaktif di SAE Indonesia.

Di sana Sashya menjalani peran sebagai orangtua baru dengan mempelajari grafik video dan keterampilan efek khusus.

Setelah menyelesaikan gelarnya, Sashya mengambil proyek animasi lepas, mengajar paruh waktu di SAE Indonesia, dan akhirnya menjadi kepala departemen animasinya. 

Menurut penuturan Sashya, kesempatan mengajar di SAE Indonesia merupakan hal yang sangat luar biasa.

“Saya bisa meningkatkan keterampilan saya dan berbagi pengetahuan saya dengan orang Indonesia lainnya yang tertarik dengan animasi,” ungkapnya.

Baca juga: Daftar 14 Film Terbaru yang Tayang Mei 2024

Bekerja di Weta FX

Sashya bersama suaminya menghabiskan delapan tahun tinggal di Indonesia.

Waktu yang begitu lama membuat keduanya rindu dengan Wellington. Kondisi ini mendorong mereka kembali ke Selandia Baru dan Sashya meningkatkan kariernya di dunia animasi.

Ia sempat menjadi animator lepas lalu melanjutkan studi S2 di Victoria University of Wellington.

Pada 2020, Sasya mendapat kesempatan emas bergabung dengan Weta FX setelah anak ketiganya lahir.

Menurut Sashya, Weta FX merupakan mimpi yang menjadi kenyataan karena semua orang yang ahli di bidang animasi dapat selalu terbuka untuk belajar dari satu sama lain.

Baca juga: Kontroversi Film Kiblat, Ditegur MUI dan Belum Lolos LSF

Sashya mengerjakan film Avatar dan Marvel

Sashya mengaku merasa sangat gembira ketika mendapatkan kesempatan menggarap Avatar: The Way Of Water dan Marvel Cinematic Universe (MCU).

Ia mengibaratkan, rasa takjub yang dirasakan ketika terlibat dalam produksi film tersebut sama seperti orang lain yang menontonnya.

Hal tersebut, kata Sashya, mengingatkannya pada kekaguman yang ia rasakan saat pertama kali menonton The Lord Of The Rings dan film Pixar lainnya pada tahun 2000-an.

“Selalu merupakan momen yang membanggakan dan menyenangkan melihat nama saya di kredit,” ungkapnya.

“Sungguh luar biasa bisa membawa nama Anda dan mewakili negara dan budaya Anda di layar lebar. Sungguh menakjubkan mengetahui bahwa anak-anak Anda juga bersemangat dan bahagia ketika mereka melihat Anda di kredit,” tambahnya.

Baca juga: Agak Laen dan Deretan Film Terlaris Indonesia Sepanjang Sejarah

Tantangan menjadi animator

Sashya menjelaskan bahwa pekerjaan sebagai animator memberikannya tantangan karena ia harus menerjemahkan emosi manusia ke dalam wajah para karakter, baik itu manusia, hewan, alien, atau bentuk lainnya.

Menurut Sashya, menjadi animator wajah bukan hanya tentang menerapkan efek, melainkan juga menyampaikan pengalaman yang dapat dipahami semua manusia, bahkan jika perasaan itu dialami oleh tokoh berupa kera.

“Saat saya mengerjakan Kingdom of The Planet of The Apes, saya harus mempelajari cara kera dan monyet mengekspresikan diri dan membuat emosi manusia terlihat sealami mungkin,” imbuhnya.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi