Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nuklir Bisa untuk Obati Kanker Tiroid, Apa Itu, Bagaimana Prosesnya?

Baca di App
Lihat Foto
Instagram/mood.jakarta
Tangkapan layar unggahan soal terapi nuklir yang disebut dapat untuk menyembuhkan penyakit tiroid.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Unggahan mengenai terapi nuklir yang disebut-sebut dapat untuk menyembuhkan penyakit tiroid, beredar di media sosial. 

Informasi yang diunggah akun Instagram @mood.jakarta, Selasa (7/5/2024) memperlihatkan perempuan awalnya memiliki benjolan besar di bagian leher, terlihat sudah kempis setelah disebut terapi nuklir.

“Siapa yang baru tau kalo nuklir bisa jadi obat tiroid juga?” bunyi keterangan unggahan tersebut.

Hingga Kamis (9/5/2024), unggahan disertai foto tersebut sudah mendapatkan 269 komentar warganet.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari penelusuran Kompas.com, unggahan tersebut berasal dari akun Instagram Rumah Sakit Mandaya Royal Hospital Puri, Parung Jaya, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten.

Baca juga: PBB Tuntut Transparansi Jepang yang Buang Limbah Nuklir ke Laut

Teknologi kedokteran nuklir untuk hipertiroid

Dokter spesialis kedokteran nuklir di Mandaya Royal Hospital Puri Eko Purnomo mengatakan, perempuan dalam unggahan tersebut merupakan pasien yang dia tangani sejak 6 Februari 2024. 

Pasien tersebut merupakan wanita berusia 34 tahun asal Sumatera dan sudah merasakan sakit selama 13 tahun.

Sebelumnya pasien tersebut diberikan pilihan minum obat atau menjalani operasi.

Namun karena sudah terlalu lama minum obat dan tidak mau operasi, akhirnya pasien dirujuk ke Mandaya Royal Hospital Puri.

“Keluhan awal pasien sering merasa tremor, jantung berdebar, cepat lelah, sering kepanasan, berat badan juga turun drastis. Menjadi kurus walaupun pasien menyatakan makannya cukup banyak,” ungkap Eko kepada Kompas.com, Rabu (8/5/2024).

Selain itu, ada juga keluhan mata yang agak menonjol dan merupakan salah satu komplikasi dari hipertiroid.

Ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler Indonesia (PKN-TMI) itu juga menuturkan, obat anti tiroid yang diminum pasien sudah cukup tinggi dan dikonsumsi selama bertahun-tahun.

Setelah datang ke Mandaya Royal Hospital Puri, Eko melakukan pemeriksaan laboratorium lengkap dan hasilnya pasien memang terkena hipertiroid.

“Hormon tiroidnya boleh dibilang hampir lima kali lipat dari ukuran normal. Jadi sangat tinggi, artinya positif hipertiroid. Kemudian kami juga scan, dari hasil scan menunjukkan positif hipertiroid yang sudah kronis,” jelas Eko.

Ablasi nuklir untuk hipertiroid

Eko kemudian menjelaskan kepada pasien bahwa saat ini ia memiliki tiga opsi untuk penyembuhan, yaitu operasi, minum obat, atau melakukan ablasi nuklir.

Operasi ablasi nuklir merupakan salah satu jenis pengobatan nuklir yang menggunakan zat radioaktif yodium-131 untuk mematikan sel-sel tiroid yang tumbuh di luar kontrol.

Tindakan ini merupakan terapi yang dapat mengatasi gangguan pada kelenjar tiroid, baik yang jinak maupun ganas, tanpa operasi.

Terapi ablasi nuklir dapat digunakan untuk mengobati hipertiroid dan kanker tiroid. Untuk kanker tiroid, terapi ini dapat digunakan sebagai tindakan lanjutan setelah operasi pengangkatan kanker tiroid.

Tujuannya adalah untuk menghilangkan sisa-sisa jaringan sel kanker tiroid yang berpotensi menyebabkan kekambuhan di kemudian hari.

Terapi ablasi nuklir menggunakan dosis rendah zat radioaktif yang aman bagi tubuh. Pasien dengan terapi ablasi untuk kanker tiroid harus diisolasi selama lima hari karena dosis yang diberikan besar, antara 100-150 mCi.

Kemudian pada Kamis (15/2/2024), pasien menjalani terapi ablasi nuklir dan kondisinya sudah berangsur pulih dengan benjolan di leher mengecil.

Tak hanya benjolannya, pasien juga merasakan emosinya mulai normal dan berat badan perlahan sudah mulai naik.

“Pasien ini baru melakukan ablasi nuklir satu kali dan baru dua bulan berlalu. Jadi masih dalam masa evaluasi. Respons tiap pasien berbeda-beda, tapi target (kesembuhan) tiga bulan nantinya,” kata Eko.

 

Baca juga: Reaktor Fusi Nuklir Terbesar di Dunia Resmi Beroperasi di Jepang, Disebut Matahari Buatan

Tentang ablasi nuklir

Dikutip dari Mandaya Hospital terdapat 8 kasus penderita kanker tiroid per 100.000 penduduk di Indonesia dengan kematian mencapai 50 persen.

Setiap tahunnya terjadi kasus baru yakni 3 kasus per 100.000 penduduk menurut Globocan 2012. Angka ini semakin meningkat dengan kecenderungan usia semakin muda dan sering menyerang wanita dibanding pria.

Tiroid merupakan kelenjar yang berada di bagian depan leher, di bawah laring yang merupakan bagian dari tenggorokan.

Bentuknya mirip seperti kupu kupu, jika terkena gangguan dapat menyebabkan pembekakan atau benjolan. Kelenjar ini memproduksi hormon tiroid yang mengatur proses metabolisme tubuh, termasuk mengatur seberapa cepat tubuh membakar kalori dan seberapa cepat jantung berdenyut

Salah satu metode terbaru dalam penanganan kanker tiroid yang tepat yakni Ablasi Tiroid Radioaktif Iodium 131 (RAI). Terapi ini bertujuan menyusutkan hingga menghilangkan seluruh kelenjar tiroid yang menunjukkan sifat keganasan seperti kanker tiroid.

Prosedur ablasi tiroid

Prosedur ablasi tiroid diklaim tidak rumit. Pasien akan diminta untuk meminum zat radioaktif iodium 131 yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa seperti meminum obat pada umumnya.

Kemudian pasien akan ditempatkan pada kamar isolasi selama tiga sampai lima hari tergantung dosis yang diberikan.

Cara kerja terapi ablasi ini melihat dari sifat sel kelenjar tiroid yang menyerap zat yodium didalam tubuh, dengan mengkobinasikan yodium dengan radiasi dihasilkan zat I-131yang nantinya akan diserap oleh sel sel abnormal tiroid dan membunuhnya.

Terapi ini bekerja dengan sel-sel tiroid yang tidak terkendali yang menyerap yodium secara berlebihan.

Perawatan ini juga bekerja untuk mengecilkan jaringan tiroid yang tidak bisa dihilangkan dengan operasi atau untuk mengobati beberapa jenis kanker tiroid yang telah menyebar ke kelenjar getah bening dan bagian lain dari tubuh.

Menurut dari American Cancer Society, terapi ini efektif untuk pasien pengidap kanker tiroid jenis papiler atau folikuler yang menyebar ke leher atau bagian tubuh lainnya, namun seiring berkembangnya terapi ini juga digunakan sebagai tindakan lanjutan pasca operasi pengangkatan kanker tiroid.

Tindakan lanjutan ablasi tiroid ini, bertujuan agar tidak ada sisa-sisa jaringan dari sel kanker tiroid yang berpotensi menyebabkan keluhan atau kekambuhan lagi di kemudian hari.

Baca juga: Viral, Video Mahasiwa Teknik Nuklir UGM Pukau Wakil Bupati Konawe Selatan, Ini Sosoknya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi