Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Baca di App
Lihat Foto
iStockphoto/RomoloTavani
Ilustrasi bintang paling dekat dengan bumi.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Badai Matahari yang terjadi pada 10-12 Mei 2024 mengakibatkan gangguan geomagnetik atau magnet Bumi.

Koordinator Bidang Geofisika Potensial Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Muhamad Syirojudin mengatakan, gangguan magnet Bumi berdampak bagi kehidupan manusia sehari-hari.

Menurutnya, gangguan magnet Bumi mengakibatkan komunikasi berbasis satelit menjadi sulit tersambung.

“Untuk sumber gangguannya dari faktor aktivitas Matahari, yaitu lontaran massa korona,” ujar Syirojudin kepada Kompas.com, Sabtu (11/5/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Bahkan, jaringan satelit orbital Starlink yang dimiliki pengusaha asal Amerika Serikat (AS), Elon Musk, juga mengalami gangguan atau tidak terkoneksi dengan baik karena gangguan magnet Bumi.

“Untuk wilayah Indonesia sendiri karena berada di wilayah ekuator mungkin dampaknya gangguan pada beberapa komunikasi berbasis satelit," lanjutnya.

Baca juga: Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Peringatan skala G5

Syirojudin mengatakan, menurut Pusat Prediksi Cuaca Antariksa Amerika Serikat (AS) NOAA, gangguan magnet Bumi mencapai skala G4 pada Jumat (10/5/2025).

Satu hari setelahnya atau tepatnya pada Sabtu (11/5/2024), badan tersebut menaikkan skala gangguan magnet Bumi dari G4 menjadi G5.

Untuk diketahui, skala gangguan magnet Bumi terdiri dari G1, G2, G3, G4, dan G5. Penjelasan dari masing-masing skala dapat dilihat melalui gambar di bawah ini:

Baca juga: Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Penyebab gangguan magnet Bumi

Syirojudin menerangkan, jaringan sensor magnet bumi BMKG di seluruh Indonesia telah mendeteksi adanya badai magnet Bumi dengan skala moderat pada Sabtu (11/5/2024).

Gangguan magnet Bumi bersumber dari ledakan bintik Matahari mati yang terjadi pada tanggal 7-9 Mei 2024.

Aktivitas di permukaan Matahari tersebut mengakibatkan terlepasnya energi radiasi dalam jumlah besar berupa lontaran massa korona yang dapat mengakibatkan gangguan magnet Bumi skala kuat atau skala G5 di Bumi.

Berdasarkan hasil monitoring BMKG dari nilai Kp-indeks, badai Matahari mencapai puncaknya di permukaan Bumi pada Sabtu (11/5/2024) pukul 7 UTC.

Untuk diketahui, Kp-indeks adalah nilai rata-rata K-indeks dari beberapa wilayah di Indonesia yang menginformasikan tingkat gangguan medan magnet Bumi setiap tiga jam di wilayah Indonesia.

“Nilai Kp-indeks maksimum yang tercatat adalah 8, hal ini mengindikasikan badai magnet bumi dengan tingkat kuat,” jelas Syirojudin.

Baca juga: BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Dampak gangguan magnet Bumi lainnya

Ia menyampaikan, indeks badai yang mencapai Kp 8 setara dengan gangguan magnetik sebesar 240 nT.

Kondisi tersebut berdampak langsung pada daerah lintang menengah sampai tinggi, seperti diperlukan koreksi sistem pembangkit listrik tegangan tinggi untuk wilayah lintang menengah-tinggi.

Selain itu, terjadi pula masalah pada navigasi satelit dan radio frekuensi rendah dan munculnya aurora rendah yang dapat terlihat seperti di Illinois dan Oregon, AS.

“Dampak badai ini untuk wilayah Indonesia yang berada pada lintang rendah terdapat gangguan pada jaringan komunikasi berbasis satelit, seperti Starlink,” ungkap Syirojudin.

“Tidak disarankan juga untuk menerbangkan drone saat badai magnetik,” pungkasnya.

Baca juga: Kenapa Pagi Hari Terasa Dingin Saat Indonesia Dilanda Suhu Panas? Ini Kata BMKG

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi